19| Terlambat Menyatakan

1.2K 270 180
                                    

Patah hati merupakan salah satu hal terburuk di hidup Jisoo setelah perpisahan kedua orang tuanya.

Meski berulang kali mengalami siklus patah hati, rasanya tetap sama; menyakitkan dan sulit diatasi dalam sekejap. Oleh sebab itu, setelah putus dari Joohyuk, Jisoo tidak pernah tertarik menjalin hubungan lagi. Jisoo berusaha menutup pintu hatinya, mengabaikan gombalan-gombalan murahan, dan menolak ajakan kencan dari para pemuda yang ingin melakukan pendekatan.

Ketika Jisoo mencoba menyembuhkan hatinya, Jinyoung tiba-tiba datang menghuni kos milik ibunya. Ibunya memberitahu bahwa Jinyoung adalah teman masa kecil Jisoo. Dulu, mereka bertetangga. Namun, Jinyoung dan keluarganya pindah ketika Jisoo berusia enam tahun. Jisoo pun ingat sosok Jinyoung sewaktu kecil yang sering dia ajak bermain. Sosok anak laki-laki pendiam yang selalu setia mendengarkan ocehannya yang berisik, dan menemaninya bermain.


Perangai Jinyoung dewasa tidak berbeda jauh. Dia masih selalu terlihat tenang. Hanya saja... Jinyoung dewasa agak banyak bicara, walau tidak terkesan cerewet. Jisoo merasa nyaman setiap berbagi cerita dengan pemuda itu. Jinyoung akan mendengarkan sampai habis, tidak peduli ceritanya sepanjang apa. Setelahnya, dia memberikan saran yang tepat. Atau, setidaknya.... dia mengucapkan kata-kata yang menenangkan, yang membuat perasaan Jisoo lebih baik.

Pada akhirnya, Jisoo melupakan Joohyuk begitu saja. Karena kehadiran Jinyoung membawa kebahagiaan bagi Jisoo.

Semakin lama, Jisoo pun tersadar. Kenyamanan dan kebahagiaan yang Jinyoung berikan—menimbulkan perasaan yang familier. Jisoo tidak naif menyadari bahwa dia menyukai pemuda itu.

Namun, itu dulu.

Perasaan Jisoo terkubur begitu saja sewaktu dia tidak sengaja mendengar percakapan Jinyoung dengan teman-temannya.

"Lo mau cabut ke mana abis ini, Young?"

"Gue mau langsung balik."

"Pasti balik bareng Jisoo, ya?"

"Iya."

"Lo sebenernya ada hubungan apa sama Jisoo? Kalian pacaran?"

"Ihiw! Pinter lu Young, nyari pacar. Tau aja yang bening-bening."

"Bacot, nggak ada apa-apa. Dia sahabat gue-udah kayak adik sendiri." Jawaban Jinyoung sukses meretakkan hati Jisoo.

Mulai detik itu, Jisoo memutuskan memandang Jinyoung tidak lebih dari sahabatnya.

Lucu, ketika waktu mengubah segalanya dan membuat keadaan berbalik. Kini—Jinyoung menyatakan cinta pada Jisoo—di saat dia sudah berpaling.

"Kenapa sih, Bang?" tanya Jisoo saat ingin membuka gerbang indekos, tetapi Jinyoung menahannya.

"Lo nggak mau nanya apapun?" Jinyoung bertanya balik, ingin mengetahui bagaimana reaksi Jisoo terhadap sebaris kalimat yang pemuda itu bisikkan di perjalanan naik bus tadi.

Jisoo memilih pura-pura tak mengerti. "Apa?"

"Omongan gue tadi—serius, Ji," ujar Jinyoung membasahi bibir. "Lo pasti ngerti apa artinya."

Jichu's Indekos | Kim JisooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang