Ada yang kangen Teteh Jichu dan sembilan cogan nggak? :)
•••
Selesai makan bakso di kantin. Kebetulan hujan sudah reda. Jinyoung menawarkan Jisoo untuk pulang bersama, tapi Jisoo menolak lantaran dia bawa motor sendiri.
Jinyoung bersikeras mengantar Jisoo sampai ke parkiran fakultas MIPA, dan lagi-lagi Jisoo menolak. Jisoo cuma nggak pengin ngerepotin Jinyoung. Jarak fakultas MIPA dan fakultas Psikologi cukup jauh. Kasihan kalau Jinyoung harus nganterin dia dulu—terus balik ke fakultasnya, takutnya capek.
"Udah buru, gue anter," paksa Jinyoung tak mau dibantah.
Bola mata Jisoo berotasi, jengah. "Gak usah. Elo langsung balik aja ke fakultas lo."
Jinyoung menggeleng kukuh, "Gue mau anterin lo."
"Lo ngerti bahasa manusia nggak, sih?" sergah Jisoo menggertakkan gigi, menahan geram. Rasanya Jisoo ingin berteriak pada Jinyoung bahwa laki-laki itu sangat ngotot, tetapi dia tak kuasa. Ini Jinyoung, laki-laki kalem yang sudah seperti kakaknya sendiri. Jisoo tidak sampai hati memarahi Jinyoung.
Coba saja jika Taeyong. Mungkin Taeyong baru buka mulut saja—Jisoo sudah mengamuk melebihi seekor macan.
Berhadapan dengan seorang Taeyong, bawannya Jisoo pengin marah-marah terus. Gimana enggak... tiap mereka ketemu, tindakan dan omongan Taeyong selalu mengundang amarah, bikin jengkel.
"Ngerti, kok. Emang apa salahnya kalo gue nganterin elo?"
"Entar lo yang capek, Bang. Gue cuma nggak mau ngerepotin."
"Sama sekali enggak. Ini mutlak kemauan gue sendiri." Jinyoung menatap Jisoo dengan sorot memelas, "biarin gue anter ya?"
Mendapati tatapan itu, akhirnya Jisoo mengangguk pasrah. Jisoo tak habis pikir kenapa Jinyoung begitu keras kepala.
Keduanya mengobrol dan saling melempar guyonan sepanjang menuju lahan parkir fakultas MIPA. Sesekali membalas sapaan dari para mahasiswa-mahasiswi baik yang kenal maupun tidak.
Jisoo sudah bersiap naik ke motornya, menghidupkan mesin dan memakai helm. "Langsung pulang, kan? Nggak ke mana-mana?" tanya Jinyoung berdiri di dekat motor gadis itu.
"Iya, langsung pulang. Gue mesti bersih-bersih nih. Teman-teman gue mau pada nginep." jawab Jisoo sembari mengambil posisi ternyaman di atas jok motornya.
Dahi Jinyoung berkerut, "Nginep? Ngapain?"
"Besok kan libur, jadi mau ngumpul aja. Udah lama nggak nginep bareng."
Jinyoung manggut-manggut.
"Gue duluan, Bang." pamit Jisoo.
"Yoi, hati-hati di jalan, Jichu," pesan Jinyoung melambaikan tangan.
Jisoo segera menjalankan motornya. Meninggalkan Jinyoung yang memandang kepergiannya hingga perlahan menghilang ditelan sekat.
•••
Raja langit telah tenggelam, meninggalkan kelam. Giliran sang rembulan dan gemintang yang menggantikan tugasnya.
Nayeon, Lisa, dan Momo sudah berada di rumah Jisoo sejak dua jam yang lalu. Mereka berempat duduk lesehan di ruang depan, berbincang-bincang dengan seru sambil menyemili kue kering dan kacang goreng yang tersedia di dalam toples dan diletakkan di atas meja.
"Kok lo bisa kepilih?" tanya Nayeon tak menyangka setelah mendengar cerita Jisoo perkara terpilihnya dia menjadi salah satu kandidat peran utama untuk teater musikal festival budaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jichu's Indekos | Kim Jisoo
Fiksi Penggemar[On Going] Rated: 15+ Jichu's Indekos terdiri dari tiga lantai, diisi sembilan penghuni cowok-cowok ganteng dengan berbeda usia dan karakter. Penghuninya aneh semua, hobinya bikin rusuh, dan sakit kepala sang pemilik indekos: Panggilannya Teteh Jich...