"Kalau ada orang ngomongin kalian yang jelek-jelek, doain aja semoga orang itu kaya raya. Supaya dia sibuk hitung duit, bukan sibuk gosip."
-Seina Jisoo Rawnie-
•••
Latihan taekwondo selama kurang lebih dua jam selesai sudah. Jisoo mengembuskan napas, mengusap keningnya yang banjir keringat dengan punggung tangan. Kemudian suara Sabeum Seojoon menyeruak, memanggil para anggota untuk berkumpul.
[Sabeum= panggilan untuk instruktur/pelatih taekwondo]
Sabeum Seojoon menjelaskan, "Setelah latihan rutin tiga kali dalam seminggu dalam kurun waktu dua bulan ini, saya sudah memutuskan dua orang yang akan mewakili kampus kita mengikuti kompetesi tingkat kota. Satu perempuan, satu laki-laki."
Jantung Jisoo berdegup kencang menanti kelanjutan ucapan Sabeum Seojoon. Dia sungguh berharap bisa menjadi salah satu perwakilan. Latihan keras yang dia lakukan merupakan bentuk keinginan besarnya mengikuti kompetesi untuk lebih mengembangkan potensi.
"Dan, yang menjadi perwakilan adalah...." Ada jeda pendek sebelum Sabeum menyebutkan, "Dohyun dan Yeri." Bahu Jisoo merosot turun mendengarnya. "Selamat, untuk Dohyun dan Yeri. Saya harap kalian bisa memberikan yang terbaik."
"Baik, Sabeum!" sahut Dohyun dan Yeri kompak.
Para anggota menyerbu Dohyun dan Yeri dengan ucapan selamat, beberapa ada yang menyalami tangan bahkan memberi pelukan. Meski berat menelan kecewa, Jisoo berusaha lapang dada menerima keputusan Sabeum. Kini dia harus memberi dukungan kepada dua temannya; Dohyun dan Yeri.
"Selamat ya, Yer. Good luck," ucap Jisoo memeluk singkat Yeri. "Semangat terus."
"Thank you, Kak Jisoo," balas Yeri tersenyum lebar.
Jisoo sebisa mungkin terlihat senang. Walaupun dia merasa menjadi manusia munafik belaka karena kenyataannya tidak demikian. Bukan. Bukan sebab iri terhadap Yeri. Tetapi, dia merasa kecil hati dengan kemampuannya yang tidak cukup mampu membawanya menjadi perwakilan untuk kompetesi.
"Hoi." Jisoo tersentak merasakan tepukan keras di bahunya. Pelakunya Dohyun.
"Bengong aja. Lo nggak mau ngucapin selamat ke gue?" tukas Dohyun menaik-turunkan alis.
Jisoo tertawa kecil. "Selamat, Dohyun. Semangat, ya. Semoga beruntung."
"Iya, lo juga semangat," kata Dohyun kini raut wajahnya tampak lebih lembut. "Gue harap lo nggak berkecil hati karena nggak jadi perwakilan. Lo punya potensi, Ji. Mungkin ini belum waktunya. Semua ada waktu dan porsi masing-masing."
Jisoo menelan saliva. Apa Dohyun bisa membaca pikirannya?
"Gue lihat dari ekspresi lo.... kelihatan kecewa. Apa gue salah?" tanya Dohyun dengan nada hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jichu's Indekos | Kim Jisoo
Fanfiction[On Going] Rated: 15+ Jichu's Indekos terdiri dari tiga lantai, diisi sembilan penghuni cowok-cowok ganteng dengan berbeda usia dan karakter. Penghuninya aneh semua, hobinya bikin rusuh, dan sakit kepala sang pemilik indekos: Panggilannya Teteh Jich...