Pelaksanaan festival kebudayaan akhirnya tiba. Semua orang yang terlibat membantu acara berjalan sibuk mempersiapkan segala sesuatu. Para penonton dari kalangan mahasiswa maupun dosen sudah hadir. Duduk manis menunggu acara dimulai.
Sementara Jisoo dan Taehyung, dua bintang utama pertunjukan teater, bersiap-siap tampil setelah pembukaan acara. Mereka sudah berdandan dan memakai kostum sesuai peran masing-masing. Sejak tadi Jisoo tidak berhenti memainkan jari-jemari dengan gelisah. Dia cemas bila sampai gugup di tengah penampilannya berlangsung dan berujung kacau.
"Kenapa, Ji?" Taehyung bertanya, memiringkan kepala menatap wajah Jisoo. Sadar pergerakan Jisoo yang tak biasa. "Nervous, ya?"
"Iya," jawab Jisoo mengakui. "Ini pertama kalinya gue tampil depan banyak orang. Gue takut bikin semuanya berantakan, Tae."
Taehyung tersenyum mendengar jawaban Jisoo. "Elo udah berusaha latihan sebaik mungkin. Jangan larut dalam perasaan khawatir. Khawatir cuma bikin lo berhenti mendapatkan ketenangan. Lebih baik elo pikirkan kemungkinan yang menyenangkan," ujarnya mencoba menenangkan. Kemudian, Taehyung mengambil satu tangan Jisoo dalam genggaman. Sontak Jisoo memandang pemuda itu dengan sorot bingung. "Waktu SD, gue pernah tampil di acara kenaikan kelas. Gue takut setengah mati sampai mau nangis. Mama gue pegang tangan gue, kayak begini," Taehyung mengeratkan genggaman tangan. "Kata Mama, genggaman tangan bisa meredakan ketakutan dan kesedihan. Dan, benar aja, genggaman tangan Mama bikin gue tenang."
Jisoo memejamkan mata, sesaat. Merasakan genggaman Taehyung yang perlahan mampu menyurutkan perasaan cemas dan takut yang semula melandanya. Tergantikan oleh kehangatan yang menyelimutinya.
Mereka terdiam menikmati ritme debaran jantung masing-masing. Jisoo menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan derap liar yang bergejolak di dadanya. Berkali-kali membisikkan kepada hatinya untuk tak terhanyut dalam kenyamanan, tapi di situasi begini hati seolah mengkhianati sang pemilik.
Ini bukan pertama kalinya Jisoo merasa gelenyar aneh setiap berada di dekat Taehyung. Entah sejak kapan dia merasa kenyamanan saat bersama Taehyung. Mungkin semenjak... Taehyung menghiburnya dengan mengajaknya jalan-jalan seharian penuh? Jisoo tidak akan lupa kata-kata dan tindakan Taehyung hari itu yang mengobati kesedihannya.
"Haus nggak, Ji?" tanya Taehyung membuat Jisoo terkesiap. "Mau gue ambilin minum?"
Jisoo mengerjapkan kelopak matanya, mengangguk kaku. "Boleh."
"Oke. Tunggu bentar," ujar Taehyung melepaskan genggaman mereka. Lalu dia beranjak mengambil air mineral di dalam kardus yang berada di sudut ruangan.
Dilihatnya Taehyung berpapasan dengan salah seorang panitia. Pemuda itu mengobrol sambil memasang senyum kotak yang menambah wajahnya semakin rupawan.
Jisoo terpana begitu saja.
Pikiran dan hatinya berperang. Jisoo cepat-cepat memalingkan pandangan, segera menguasai diri.
Tidak. Hati Jisoo kuat. Pertahanannya tidak boleh runtuh.
Apalagi runtuh karena laki-laki yang sering mempermainkan perempuan seperti Taehyung.
Jisoo bukan takut jatuh cinta. Dia hanya takut kecewa.
•••
Taeyong baru saja selesai dengan mata kuliah pagi. Masih ada jadwal mata kuliah sore nanti. Sekarang, dia akan menonton penampilan Jisoo di gedung pusat kesenian kampus—atau lebih dikenal dengan sebutan art center.
Menyampirkan ranselnya ke pundak, Taeyong melangkah cepat melewati koridor yang membawanya keluar dari kawasan gedung fakultas. Langkah pemuda itu terhenti ketika rungunya menangkap seruan nyaring yang memanggil namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jichu's Indekos | Kim Jisoo
Fiksi Penggemar[On Going] Rated: 15+ Jichu's Indekos terdiri dari tiga lantai, diisi sembilan penghuni cowok-cowok ganteng dengan berbeda usia dan karakter. Penghuninya aneh semua, hobinya bikin rusuh, dan sakit kepala sang pemilik indekos: Panggilannya Teteh Jich...