S A T U : "Kebakaran!"

9.3K 408 43
                                    

Ps: Sebelum kalian mulai baca, aku mau minta maaf dulu kalau nanti kalian menemukan kesalahan dalam cerita yang ku tulis. Kritik dan saran dari kalian selalu ku tunggu agar aku bisa melakukan perbaikan.

Happy reading guys..🌻 Jangan lupa vote and commentnya yaaa😉

▪▪▪

Suara gesekan, perpaduan antara tangan, air sabun, dengan baju yang dicuci terdengar dari halaman belakang sebuah rumah. Seorang anak lelaki yang masih belia adalah pelakunya. Tangannya yang mungil terlihat fasih melakukan pekerjaan itu. seolah dia sudah mahir karena setiap hari melakukannya.

Tangan anak berumur sebelas tahun itu terangkat sejenak, demi mengusap peluh yang membanjiri kening dan wajahnya. Cucian yang harus dicucinya menggunung. Membuatnya kelelahan bahkan ketika baju yang berhasil dicucinya belum ada separuh dari baju-baju yang menanti giliran. Anak itu menghela napas sebentar, berharap lelahnya sirna. Lalu beberapa detik kemudian melanjutkan pekerjaannya. Dia harus lekas menyelesaikan cucian ini. Sebab pekerjaan yang lain sudah menunggunya.

Ketika anak itu sedang larut dengan pekerjaannya, tiba-tiba saja sebuah suara tangisan dari arah dapur merambat ke telinganya. Membuat dia seketika terkejut, terlebih ketika namanya disebut diantara suara tangis yang terdengar itu. Anak lelaki itu terhenyak, lalu bangkit dengan segera, meninggalkan cuciannya begitu saja dan berlari secepat kilat menuju dapur.

Setibanya di dapur anak lelaki itu semakin dibuat terkejut ketika melihat kobaran api dari arah kompor. Kilatan merah itu sudah nampak meninggi dan menjilat-jilat dinding dapur. Namun seolah belum cukup dia terkejut, selanjutnya jantungnya serasa akan mencelos dari tempatnya ketika dia melihat bocah kecil lain berdiri di depan kompor itu, tengah menangis meraung-raung memanggil namanya. "Bang Tian! Bang Tian! Apiii!"

Tanpa berpikir apapun lagi, anak laki-laki yang dipanggil Tian itu pun segera berlari sekencang angin ribut, lalu menyambar tubuh bocah yang berdiri di dekat kompor, yang tak lain adalah adiknya sendiri dan membawanya menjauh.

Setelah merasa jaraknya dengan sumber api cukup jauh, Tian menghentikan larinya. "Bian, tunggu di sini! Jangan ke mana-mana!" Perintahnya kemudian sambil menurunkan tubuh bocah yang digendongnya itu. Selanjutnya dia kembali berlari menuju kompor, untuk memadamkan api yang masih terus berkobar.

Sementara sepeninggal kakaknya, Bian masih belum menghentikan tangisannya. Dia terlalu takut dan masih sangat shock dengan apa yang terjadi. Tangannya yang bertautan satu sama lain terlihat gemetaran. Terlebih ketika melihat kakaknya, tengah bergelut dengan api.

"Ada apa in- oh astagaaa! Apa yang terjadiii?!" tiba-tiba sebuah pekikan suara terdengar, membuat bocah kecil berumur sekitar lima tahun yang masih berdiri dan menangis itu mengalihkan pandangannya. Dan ketika melihat si pemilik suara, seketika tangis Bian terhenti, meski ketakutan dalam hatinya semakin menjadi.

"Bi-bi-" Bocah itu begitu gugup menjawab dengan suara lirihnya. Sementara orang yang tadi menjerit itu sudah beralih menatapnya sambil memberikan pandangan meminta penjelasan yang mengerikan. Membuat Bian semakin ketakutan menjawab. "Ma-maafkan-"

"Kau- apa ini perbuatanmu?!" teriak orang yang tadi dipanggil bibi oleh Bian. Dia adalah Vina, istri dari pemilik rumah. Tempramentnya cukup parah. Jadi tidak aneh rasanya ketika dia berteriak dengan melotot, menatap ke arah Bian yang berdiri dengan gemetaran di depannya. Bahkan wanita paruh baya itu sudah menarik-narik dengan kasar tangan mungil Bian. "Hey anak nakal! Jawab aku! Apa itu perbuatanmu?!" Teriaknya sekali lagi. Kali ini intonasi suaranya terdengar lebih kejam lagi. Membuat bulu kuduk Bian semakin meremang.

"Aku- aku tidak sengaja! Tadi-tadi-"

"Kau memang benar-benar anak sial!" Teriak Vina sangat marah. Dia bahkan sampai kalap memukul Bian dengan keras. Membuat tangisan bocah kecil itu kembali terdengar. Tapi toh Vina tidak terlihat menyesal. Melihat dapurnya kebakaran membuat api dalam hatinya ikut berkobar.

SEPARATED BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang