"Ya, aku akan menjadi bagian dari hidupmu yang tidak akan pernah kau lupakan. Aku akan terus bersamamu" Ucap Yunseong yang masih mengelus tangan Minhee lembut.
"Terima kasih Yunseong-ah"
"Aku akan menemanimu hingga ujung nafasku. Tetaplah bersamaku selamanya, Kang Minhee" Ujarnya dalam hati.
"Tapi kenapa kau memanggilku dengan sebutan Hwang Minhee di depan Mina?" Tanya Minhee secara tiba-tiba.
"O-oh, itu. Mina tahu kalau kau adalah saudaraku. Jadi aku tidak mungkin memanggilmu Kang Minhee, kan?" Jawabnya mencari alasan.
Sebenarnya ada tujuan lain mengapa harus memanggilnya menggunakan marganya. Dia tidak mau Mina tahu jika Minhee adalah adiknya. Yunseong belum siap untuk mempertemukan mereka. Ini bukanlah saatnya, dia masih harus mencari waktu yang tepat.
Minhee mengangguk saja mendengar ucapan tersebut, tanpa menaruh curiga sedikitpun. "Yunseong. Tadi kau bilang kalau kau pernah bertemu dengan Park Yuna. Bisa katakan padaku seperti apa dia?"
"Dia wanita yang sangat kaya, awalnya ia bekerja sebagai rentenir dan membuka kedai makanan di Itaewon. Lalu kedai miliknya berkembang dengan sangat pesat. Hingga dia memiliki perusahaan sekarang. Aku bahkan tidak menyangka kalau ayahmu adalah pemilik perusahaan itu juga. Aku bertemu dengannya tahun lalu. Karena bisnis yang dikembangkan olehnya sangat baik, aku jadi penasaran dan mencoba untuk bertemu dengannya. Tapi dia menolak" Ceritanya.
"Kenapa menolak?"
"Entahlah, aku juga tidak tahu alasannya. Yang jelas banyak sekali para pengusaha yang ingin mengajaknya kerjasama dan dia selalu menolaknya"
Minhee masih diam di tempat.
"Kau yakin ingin menemuinya?" Tanya Yunseong.
"Iya, aku ingin bertemu dengannya. Tapi bukan sekarang waktunya. Aku masih ingin menemukan eomma dan kakakku"
"Aku sudah bilang padamu, kalau aku tidak bisa menjanjikan apapun"
"Tidak apa, aku akan menunggunya. 5 tahun? 10 tahun? 20 tahun? Berapapun waktu yang harus aku lalui, bahkan hingga seumur hidupku. Aku akan tetap menunggu mereka" Ucapnya pelan.
Yunseong menatapnya dengan seksama. Dia melihat wajah Minhee dari mata hingga ke bibir. Tak lama ia ikut menyunggingkan senyum. Dalam hati Yunseong semakin yakin jika Minhee adalah orang yang berhati lembut. Sangat tulus pada seseorang yang disayang. Seharusnya orang sepertinya tidak disia-siakan.
"Baiklah, kalau kau memang menginginkan itu. Tapi kau harus siap menghabiskan waktu bersamaku" Godanya.
"Tch! Tanpa kau mengatakannya, aku sudah siap untuk melakukannya" Goda balik Minhee.
Mereka berdua tertawa bersama. "Kau ingin pergi?" Tanyanya.
"Pergi? Kemana?"
"Mungkin, berlibur atau apa"
"Ehm........ Aku tidak ingin kemanapun. Lagipula semuanya tampak sama di mataku. Tidak ada bedanya" Jawab Minhee.
"Sebenarnya aku ingin tahu. Kenapa kau tidak ada keinginan untuk berobat. S-supaya, kau bisa melihat lagi" Tanya Yunseong dengan hati-hati.
Minhee diam selama beberapa saat. Hingga akhirnya ia menjawab. "Awalnya aku sangat ingin menyembuhkan kedua mataku. Aku banyak mengalami hal buruk setelah kehilangan penglihatan. Aku sering merasa tidak berguna, dihina, bahkan disakiti. Appa juga melarangku untuk berpergian tanpa diawasi. Aku harus berdiam diri dan tidak memiliki teman, masa kecilku lebih banyak dihabiskan di dalam rumah. Hanya Junho saat itu yang menemaniku. Beberapa kali juga aku sempat berpikir untuk bunuh diri. Tapi aku berakhir mengurungkannya" Dia bercerita sambil berkaca-kaca mengenang pahitnya hidup yang dirasakan selama ini. "Junho selalu memberiku semangat. Dia juga sangat sabar menghadapi sikapku yang terkadang kasar padanya" Minhee menghela nafasnya. "Aku membaca buku yang kau belikan untukku. Ada kata-kata yang aku sukai dari Hellen Keller" Ucapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blind - Hwangmini
RomantizmKang Minhee adalah seorang anak pemilik perusahaan ternama di Korea Selatan. Dia anak yang hidup dengan bergelimang harta. Namun, selama itu dia tidak pernah hidup bahagia. Minhee memiliki sifat yang dingin. Dia kehilangan penglihatannya sejak umurn...