Rose menggigit tipis bibirnya ketika yang ia kendarai baru saja melewati sebuah danau sebelum benar-benar berhenti di depan rumahnya. Tanpa membuang waktu, cepat-cepat Rose keluar dari mobil sambil membawa tas dan satu bungkus sate di tangannya.
Ketika ia membuka pintu rumah, Rose melepaskan sendalnya begitu saja di depan pintu, lalu menaruh sate yang dipesan oleh adiknya di meja makan, sebelum berlari menuju kamar mandi.
"Hai Ma, Pa." sapa Rose pada kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang keluarga.
"Tumben pulang malam Rose?" jawab sang ibu.
"Iya, Ma." Rose berseru sebelum menghilang di balik pintu kamar mandi.
Selesai dengan urusannya di kamar mandi, Rose menaiki anak tangga menuju kamar adiknya yang berada di lantai dua.
Tok Tok Tok
Sebelum mendapatkan jawaban, Rose sudah membuka pintu kamar adiknya itu dan menemukan seorang pemuda tampan yang sedang menatap ke arah pintu.
"Satenya ada di meja makan." kata Rose.
"Thank's Kak!" Junior menjawab dengan senyuman manis sebelum beranjak dari kursi kerjanya.
"Tapi Jo," Rose menutup pintu kamar itu tepat sebelum adiknya keluar.
"Kenapa?"
"Ada yang mau Kakak bicarakan."
"Soal Alfaros? Tenang!" Junior mengibaskan tangan. "Mama dan Papa nggak tahu kok. Atau belum aja." lalu meringis kecil.
"Bukan soal Alfa." Rose menggeleng ringan.
Kening Junior mengkerut tipis. "Terus?"
Kali ini Junior berjalan mundur, lalu kembali duduk di kursi kerjanya. Sedangkan Rose mengambil langkah perlahan dan duduk di tepi ranjang milik Junior.
"Besok, kita harus datang ke acaranya keluarga Ararya." pinta Rose sambil tersenyum kecil.
Detik itu juga, Junior tertawa renyah. "Kita? Kakak aja kali!"
"Temenin..." Rose memohon dengan wajah memelas.
"Ngapain? Biasanya juga sendirian." sambil menggeleng tidak setuju.
"Aku males Jo. Temenin ya?"
"Kenapa males? Nanti di sana juga ketemu Kak Joshua. Ada Kak Raras juga pastinya." Junior beranjak lagi dari tempat duduknya, dan kaku ini ia benar-benar berniat keluar dari kamar.
"Udahlah, sendirian aja." kata Junior sebelum membuka pintu kamarnya.
"Jo," panggil Rose sebelum pintu itu dibuka.
"Kenapa lagi?"
"Ada satu lagi,"
Rose menghentikan ucapannya sebelum Junior benar-benar mendengarkan. Junior juga melepaskan daun pintu yang sudah ia genggam, lalu menatap Rose keheranan. Karena tidak biasanya seorang Juliet Rose terlihat gugup begini. Apalagi bila mereka berniat membicarakan pesta.
"Apalagi?"
"Tadi, di makam Kakak aku ketemu Romeo." kata Rose dengan suara pelan.
"Romeo? Romeo Handjojo?" kali ini senyuman miring Junior muncul dan wajahnya menandakan bila ia terlihat lebih tertarik pada topik obrolan mereka beberapa detik yang lalu.
Rose mengangguk. "Iya. Romeo."
"Terus? Kalian ngobrol atau gimana?" tanya Junior sembari melipat tangan di depan dada, bersikap seolah sedang menghakimi Rose.

KAMU SEDANG MEMBACA
Juliet & Romeo
Romance"Karakter, organisasi, tempat, perusahaan, pekerjaan dan kejadian dalam tulisan ini hanya fiktif." __________________________________ Untuk seseorang yang selalu terlihat dingin, siapa yang tahu jika sebenarnya ia cukup hangat. Dan untuk seseorang y...