Demi kenyamanan dan kebahagiaan kita bersama, silakan vote dan komen yang buanyaaakkk!!
❤️🌹❤️*****
Setelah sambungan teleponnya dengan Rose terputus, Alfa menggulirkan layar ponsel dengan ibu jarinya berniat menghubungi kontak seseorang yang biasanya ia beri perintah untuk mencari tahu keberadaan Rose. Namun, tepat sebelum ibu jarinya menekan kontak itu, Alfa teringat akan sesuatu.
"Hidup di keluargaku udah cukup menyesakkan Alfa. Dan menikah dengan kamu akan membuat aku semakin tercekik ... aku bisa mati, Alfa."
Ucapan Rose membuatnya menghela napas panjang. Apa sikapnya selama ini memang keterlaluan? Sejujurnya, Alfa juga tidak menyukai hal ini. Dengan menyuruh orang-orang untuk mengikuti Rose, ia seperti terlalu membatasi ruang gerak perempuan itu.
Tapi Alfa melakukan hal itu bukan tanpa alasan. Setelah mengetahui apa yang sudah terjadi dengan Jasmine satu tahun yang lalu, ia tidak punya pilihan lain. Terus berjauhan dengan Rose, membuat Alfa meminta tolong kepada beberapa kenalannya untuk mengawasi Rose dari jauh.
Alfa hanya tidak mau bila perempuan sombong yang amat ia sayangi itu terluka. Karena tidak banyak orang yang bisa menerima ucapan Rose yang terkadang memang sedikit menyakitkan itu.
Alfa tidak mau bila ada seseorang yang menyimpan dendam atau perasaan suka yang berlebihan lalu menyakiti Rose seperti apa yang sudah terjadi pada Jasmine. Apalagi saat ia sedang tidak di Indonesia. Alfa pasti akan sangat membenci dirinya sendiri bila sesuatu yang buruk menimpa Rose.
"Gimana Al?" Alfa menoleh ke arah suara dan menemukan ibu paruh baya yang merupakan penyumbang terbesar ketampanan di wajahnya.
"Rose baik-baik aja kan?" tanya Samara sembari duduk di samping sofa tempat Alfa berbaring.
"Baik Ma. Tapi entah kenapa, aku ngerasa ada sesuatu yang gak enak." ucap Alfa sembari mengusap dadanya pelan.
"Kamu mau ke Jakarta?"
Alfa menggeleng lemah. "Nggak Ma. Rosie bilang dia masih mau sendirian."
"Hmm..." Samara mengangguk beberapa kali. "Kalau Rose bilang begitu, berarti dia memang mau sendiri."
"Iya. Dia pasti marah-marah kalau aku datang."
Samara tertawa renyah karena putranya terlihat begitu menyukai cucu Pak Benny Soerya Tedja tersebut sampai ia benar-benar tidak mau membuat kesalahan.
"Memangnya Rose pernah marah sama kamu?"
"Rose masih marah Ma. Dari bulan Desember tahun lalu dia selalu uring-uringan. Setiap aku tanya alasannya, dia selalu bilang nggak mau bahas."
"Kamu bikin salah apa?"
Alfa menggeleng. "Nggak tahu Ma. Selama ini aku selalu berusaha nggak bikin dia marah. Apalagi kalau aku nggak di Indonesia. Soalnya kalau lagi kangen Rose suka sensitif." Alfa mengakhiri ucapannya dengan kekehan pelan.
"Tanya baik-baik, kalau ada masalah cepat diselesaikan. Supaya nggak menumpuk di belakang."
"Iya Ma." Alfa tersenyum manis. "Terus Ma,"
"Hmm?"
"Kalau kami menikah nanti, Rose bilang dia lebih suka kalau aku berhenti ikut race."
"Terus?"
"Menurut Mama gimana?"
"Kok menurut Mama? Menurut kamu gimana?"
"Sebenarnya aku gak terlalu suka kerja kantoran Ma. Tapi kalau Rose yang minta, kayaknya aku harus mulai belajar ambil alih perusahaan Kakek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Juliet & Romeo
Romance"Karakter, organisasi, tempat, perusahaan, pekerjaan dan kejadian dalam tulisan ini hanya fiktif." __________________________________ Untuk seseorang yang selalu terlihat dingin, siapa yang tahu jika sebenarnya ia cukup hangat. Dan untuk seseorang y...