Demi kenyamanan dan kebahagiaan kita bersama, jangan lupa vote dan komen yang buanyaaakkk!!!
❤️🌹❤️*****
Sore itu, Rose sengaja meninggalkan mobilnya di gedung Soerya Tedja karena seharian ini perutnya sakit karena sindrom menstruasi yang sudah biasa ia alami. Belum lagi kepalanya yang terus berdenyut pening. Rose khawatir kalau kemarahannya akan pecah bila ia harus menghadapi kemacetan Jakarta.
Gara-gara pertemuannya dengan Romeo kemarin, semalam Rose tidak bisa tidur dengan nyenyak. Setiap kali terpejam, ia memimpikan banyak hal. Seperti tertawa bersama Romeo Handjojo. Lalu berganti dengan mimpi melihat kedua orang tuanya yang tertawa bersama Kakaknya, Junior.
Dan yang terakhir, Rose melihat seorang pria yang terus berjalan di depannya. Atau lebih tepatnya, seorang yang terus berjalan meninggalkannya.
Dari perawakannya, Rose menebak kalau pria itu bukan Romeo Handjojo. Melainkan Alfaros Pakusadewa. Tapi kenapa Alfa meninggalkannya? Apa Alfa berniat untuk pergi bersama perempuan lain?
Duduk sendirian sembari menunggu makanan yang ia pesan datang, Rose mulai memikirkan banyak hal yang belum terjadi padanya. Yang yang paling mengganggu pikirannya saat ini adalah ucapan Romeo kemarin. Bagaimana kalau hari ini ia benar-benar bertemu dengan pria itu? Tidak mungkin kan?
Tok Tok
Rose tersadar dari lamunannya setelah ada sebuah tangan yang mengetuk meja di hadapannya. Dan setelah ia mendongkak, tanpa sungkan wanita itu menghela napas pelan. Kenapa Romeo bisa tahu kalau ia sedang ada di sini?
"Aku boleh duduk di sini?"
"Kalau aku bilang enggak, apa kamu mau pergi?"
Romeo terkekeh lalu menaruh pantatnya di kursi yang berada di seberang tempat duduk Rose. "Aku benar-benar nggak tahu kalau kamu juga makan di sini."
"Satu atau dua kali, pertemuan kita memang bisa dianggap sebagai kebetulan. Tapi panti asuhan dan restoran? Kamu yakin nggak nyuruh orang buat ikutin aku?" Rose menatap Romeo dengan seksama, mencari tahu kebenaran dari pria yang nyatanya malah tertawa itu.
"Buat apa?" Romeo tersenyum sebelum mengalihkan pandangannya untuk melihat seorang pria yang sedang duduk sendirian di dekat mereka.
"Sekretarisku bilang, makanan di tempat ini enak. Dan sepertinya bukan cuma Wildan yang berpendapat seperti itu."
"Oh..." Rose mengangguk memahami ucapan Romeo.
Lagi pula, dari cerita yang ia dengar kemarin, Romeo baru sampai di Indonesia beberapa hari yang lalu. Apa mungkin pria ini mengetahui restoran yang menyajikan makanan enak tanpa informasi dari sekretarisnya?
"Kalau kamu nggak nyaman, aku bisa pergi."
Rose menggeleng. "Jangan. Duduk aja di sini."
"Kenapa?"
"Akan terlihat aneh kalau tiba-tiba kamu pergi. Sudah banyak yang melihat kamu duduk di sini. Aku nggak mau terlihat menyedihkan."
"Astaga ... ternyata kamu cukup pemikir ya?"
"Memangnya ada perempuan yang nggak pemikir seperti aku?"
Romeo mengedikkan bahunya. "Aku nggak tahu perempuan lain. Aku cuma mengenal kamu."
Rose tersenyum miring. "Kamu berharap aku percaya?"
Romeo menggeleng pelan. "Kalaupun kamu nggak percaya, aku sama sekali nggak rugi Juliet."

KAMU SEDANG MEMBACA
Juliet & Romeo
Romance"Karakter, organisasi, tempat, perusahaan, pekerjaan dan kejadian dalam tulisan ini hanya fiktif." __________________________________ Untuk seseorang yang selalu terlihat dingin, siapa yang tahu jika sebenarnya ia cukup hangat. Dan untuk seseorang y...