Juliet & Romeo ― 9

745 198 33
                                    

Rose kembali duduk diam sambil memandangi wedding chapel yang ada di depan sana. Sepeninggal Romeo, Rose kembali membebaskan kakinya dari sepatu yang amat menyakitkan itu. Ini gara-gara Alfa memiliki tubuh yang tinggi, ia jadi memakai stiletto yang lebih tinggi dari biasanya.

Namun, pikiran Rose kembali terlibat dengan sesuatu yang tidak seharusnya. Yaitu dimana saat Rose mendongkak dan menatap wajah Romeo. Ia tidak menyangka jika jarak mereka akan sedekat tadi. Malam ini, Romeo juga terlihat lebih tampan dari kemarin. Rose juga baru menyadari kalau pria itu juga lebih tinggi beberapa senti dari Alfa.

Ngomong-ngomong, apa sebelum menghadiri acara ini, Romeo ke salon dulu? Kenapa rambutnya selalu terlihat rapi seperti itu? Rose tidak akan berbohong jika kening musuh besarnya itu benar-benar mempesona.

Ditambah alisnya tebalnya yang sesekali bergerak mengkerut tipis. Jangan lupakan juga hidung Romeo yang berbentuk sempurna. Tidak begitu besar namun memiliki tulang tinggi. Sangat berbeda dengan hidungnya yang kecil dan tidak begitu mancung.

Belum lagi garis rahangnya, lalu bibir tipisnya yang tidak pernah tersenyum itu. Rasanya Rose ingin―Stop! Stop! Stop! Ada apa dengan kepalanya? Kenapa ia selalu memikirkan ciuman dan sebagainya? Mengagumi ciptaan Tuhan boleh-boleh saja, tapi ia tidak perlu memikirkan ciuman dan sebagainya. Ini gara-gara Jasmine & Jerrald!

Rose menarik napas panjang. Ia harus berhenti. Sekarang juga. Ia harus berhenti memikirkan Tan Romeo Handjojo. Lupakan! Karena mereka dilarang. Rose juga sudah diwanti-wanti oleh Pak Benny Soerya Tedja kalau untuk urusan yang satu ini, ia tidak bisa membantah.

Rose kembali menarik napas lebih dalam dari sebelumnya, lalu memejamkan mata dan mulai berdoa. Tuhan ... jangan pertemukan aku dengan dia lagi. Aku benar-benar takut Tuhan. Dia begitu mempesona. Aku takut mengecewakan semua orang. Aku takut berdosa karena membuat Mama dan Papa sedih. Jauhkan aku dengan seseorang yang tidak baik untukku. Semoga Tuhan mendengar doaku. Amin.

Drrttt ... Drrttt ... Drrttt ...

Merasakan getaran itu, kelopak mata Rose terbuka. Perempuan cantik bermata bulat itu mengambil ponsel yang ada di dalam clutch bagnya. Setelah melihat nama si penelepon, Rose tersenyum kecil karena sepertinya Tuhan benar-benar menjawab doanya.

"Halo?" sapa Rose.

"Kamu udah sampai mana Babe?" tanya Alfa.

"Aku ada di taman, Al. Di dekat wedding chapel. Kalau kamu mau nyusul, kamu bisa ikuti jalan setapak yang di sampingnya ada kol―"

"Wait, wedding chapel?! Ya ampun! Kamu belum pulang?"

Rose menghentikan ucapannya setelah mendengar kata seruan kaget itu. "Maksud kamu apa?"

"Maaf ... aku pikir kamu udah pulang."

"Maksud kamu?"

"Aku harus pulang. Tiba-tiba Luki minta meeting."

"Gimana?" Rose masih tidak percaya bahwa ditinggalkan begitu saja oleh Alfa Romeo. Atau lebih tepatnya Alfaros Lin.

"I'm so sorry..."

"Malam malam begini kamu ada meeting?"

"Aku nggak bisa nolak Rose. Ada seseorang yang mau ketemu aku."

"Dan kamu tinggalin aku sendirian?"

"Kamu nggak sendirian Rosie. Di sana ada saudara-saudara kamu. Lagi pula, kenapa kamu ninggalin aku gitu aja? Aku cari-cari kamu, aku pikir kamu udah pulang." Rose membuang napas pendek.

"Atau gini aja, kamu bisa tunggu aku di lobi. Kayaknya aku nggak akan lam―"

"Dari awal kita masuk ballroom, kamu yang sibuk dengan semua orang! Kamu mengabaikan aku Alfa. Untungnya aku ditemani Kak Joshua."

Juliet & RomeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang