Episode 01

2.2K 191 5
                                    

"Lino!" teriak seorang siswa pada pria yang duduk di bawah pohon itu. Pria itu sedang membaca buku, bukan novel yang dia baca tetapi buku pelajaran sekolah.

"Lino, apa kau tuli?" tanya pria yang mirip kucing itu. Lino lalu menoleh pada pria itu.

"Ada apa?" tanya Lino sambil menutup bukunya.

"Aigoo kau ini, kapan kau akan bermain?" tanya Choi San sahabatnya itu.

Lino menarik napas panjang, San memang benar akhir-akhir ini dia tak pernah bermain. Dia hanya fokus belajar seharian.

"Hai! Kita harus belajar San. Untuk mencapai masa depan yang gemilang, kan kita ingin kuliah di Universitas Korea" ujar Minho.

Mendengar itu San tersenyum, lalu dia memberikan brosur itu pada Minho.

"Apa ini?" tanya pria itu polos.

"Baca saja" kata San sambil menaikan salah satu alisnya.

"Wah ini olimpiade sains ya" kata Minho.

"Iya ikutlah, aku dengar jika mendepatkan juara pertama kau langsung diterima di sana" kata San.

"Ayo kita ikut" kata Minho. Mendengar itu senyuman San meredup. Dia mengetahui bahwa dirinya tidak secerdas Minho.

"Kau saja yang ikut, kau pasti bisa. Aku akan belajar dulu, nanti kita pasti bisa masuk di sana" kata San menyemangati sahabatnya itu.

"Baiklah kalau begitu" kata Minho.

***

Semua siswa sibuk dengan olimpiade itu, itu adalah olimpiade paling bergengsi yang diadakan oleh Universitas itu.

Lino duduk di bangkunya, lalu datang Felix. Dia duduk di depan Minho.

"Hyung apa kau ikut olimpiade itu?" tanya Felix. Minho menatap pria manis yang ada di depannya itu.

"Iya bagaimana denganmu?" tanya Minho.

"Aku ingin sekali ikut Hyung, tapi umurku tidak cukup. Kau tau kan aku ini murid percepatan" kata Felix sedih.

"Ahh iya, kau ikut pas seleksi saja. Kan masih ada banyak kesempatan, jadi jangan menyerah" kata Minho menghibur Felix.

"Baiklah Hyung semangat ya" kata Felix.

Pada hari saat olimpiade diadakan.

Minho berlari ke loket tempat mengambil tiket dan kartu peserta. Dia benar-benar ingin mengutuk dirinya.

Dia telat bangun, matanya masih setengah sadar. Untung saja ibunya yang membangunkannya pagi itu.

"Selamat pagi anda nomor berapa?" tanya panitia.

"Nomor 777" jawab Minho sambil mengatur napasnya.

"Dengan tuan Lee Minho?" tanya panitia itu. Minho mengangguk.

"Tuan syarat olimpiade ini pesertanya harus dua orang, apa anda tidak mengetahui informasi ini?" tanya Panitia. Hal itu membuat Minho terkejut, dia tak mengetahui jika anggotanya harus dua orang.

Dia mengambil kartu tanda sepertinya, lalu pergi ke tempat yang sepi untuk menelepon San.

Tangannya gemetar saat mengambil ponsel. Ujian sudah hampir mulai.

Dan sialnya San tidak bisa dihubungi saat itu. Minho hampir menangis, lalu dia melihat seseorang pria yang berambut blonde berjalan menuju ke arahnya.

"Hai! Apa kau sendirian? Maukah kau satu tim denganku?" kata pria itu.

Tanpa basa-basi Minho langsung mengangguk dan menyeret pria itu kembali ke panitia.

"Permisi, aku sudah mendapatkan teman. Ini dia" kata Minho.

"Baiklah kalau begitu, silahkan ikut saya" kata panitia itu penunjukan jalan ke pada mereka.

"Hah untunglah aku bertemu kau" kata Minho tersenyum manis pada pria itu.

"Aku Chan, kau?" tanya Chan sambil menyerahkan tangannya untuk berkenalan.

"Aku Lino, kita akan menang" kata Lino penuh semangat.

"Harus itu, kita akan menang" jawab Chan tak kalah semangatnya.

"Kalian berdua tunggu di sini dulu ya, nanti panitia yang lain akan melakukan pengecekan pada kalian" kata Panitia itu lalu dia pergi dari sana.

"Tuan Lino ayo kita susun strategi" kata Chan. Minho langsung mendekat ke arah pria itu.

"Bicara saja dengan santai padaku" kata Minho. Chan mengangguk, lalu mereka menyusun strategi.

Berdasarkan rencana yang disusun, olimpiade dibagi menjadi empat mata pelajaran, yaitu matematika, biologi, fisika dan kimia. Saat itu Chan akan mengerjakan bagian matematika dan fisika sedangkan Minho yang akan mengerjakan biologi dan kimia.

"Baiklah ayo kita hantam semua soal itu" kata Minho.

***

Mereka berdua tengah duduk di bangku taman universitas itu sambil memakan makanan yang diberiakan oleh para panitia.

"Hai, Chan aku yakin kita pasti juara pertama" kata Minho sambil memakan rotinya.

"Kau benar, soal yang tadi hanya kacang bagiku" ujar Chan dia sangat bahagia hari ini.

"Untuk para siswa yang mengikuti olimpiade diperbolehkan untuk mengambil acara bebas. Pengumuman juara akan diumumkan besok lusa"

Minho dan Chan terkejut mendengar itu.

"Kenapa bukan sekarang" kata Minho.

"Tau tak perlu cemas, kita pasti menang. Kau percaya saja padaku" kata Chan. Mereka berdua sangat ambisius ingin menang.

"Baiklah, aku juga tak akan mengecewakanmu" kata Minho. Lalu dia melambai dan pergi dari sana.

Chan melambai pada Minho, saat dia berniat bangun, dia melihat kartu peserta milik Minho. Kartu itu basah karena terkena air jadi identitasnya tidak jelas. Terutama di bagian namanya sudah luntur.

Chan mengambil ponselnya lalu mencatat nomor pria itu yang masih dapat dia lihat.

"Ini aku, kau simpan nomorku ya" Chan mengetik pesan untuk Minho.

"Baiklah" jawab Minho singkat.

***

Sampainya di rumah, ibu Minho sudah menunggunya di depan rumah.

"Eommaa!!" teriak Minho dia berlari ke arah ibunya.

Bukannya memeluk sang ibu, dia malah memeluk kucingnya yang di bawa oleh ibunya.

"Laknat emang" —author

"Bagaimana dengan tesnya?" tanya Sang ibu. Minho hanya tersenyum, tak menjawabnya.

"Kau jangan khawatir aku pasti diterima di sana" kata Minho.

***

TBC

Bagaimana ngebosenin ya? Maaf ya tapi ini baru awalnya kok.

Kalau suka jangan lupa vote dan komen ya. Makasih

VET VS DOCTOR || BANGINHO✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang