Hai ada yang kangen aku gak sih?
Jangan lupa makan yaa***
Minho hanya diam saat mendengar itu, Chan masih menatap pria itu untuk mencari jawaban.
"Kau sangat bau, aku hanya ingin mengganti bajumu" kata Minho. Memberikan baju itu pada Chan.
"Jadi karena kau sudah bangun, ganti saja sendiri" sambung Minho. Chan menaikan salah satu alisnya lalu dia mengambil pakaiannya itu dan langsung memakainya.
"Jangan tidur dulu" kata Minho mengambil bubur dan obat itu.
"Ini kau makan dan minum obat" Minho menyarahkan mangkuk itu.
"Ehh sudah dingin, tunggu sebentar aku akan menghangatkannya" kata Minho ingin bangun dan pergi tapi Chan mencegatnya.
"Tidak apa-apa, berikan saja padaku" kata Chan pada pria manis itu. Minho menurut dan memberikan bubur itu pada Minho.
Chan memakan bubur itu, dan Minho tetap menunggunya di sana. Membuat Chan merasa canggung.
"Apa Berry sudah makan?" Tanya Chan pada pria itu. Minho mengangguk, tadi saat dia menaruh es dia sudah memberi makan anjing itu.
"Bagaimana denganmu?" Tanya Chan pada Minho untuk pertama kalinya.
Minho menggeleng, memang benar dia belum makan saat ini. Dia sibuk mengurus Chan tadi.
"Saja pergilah makan" kata Chan pada Minho, tapi Minho menggeleng.
"Kenapa mau aku suapi?" Tanya Chan menyodorkan sendok itu ke Minho tapi pria itu menolak dan menjauh.
"Iya aku akan pergi" ujar Minho mendekat lalu dia memeriksa dari Chan tanpa aba-aba, membuat Chan terkejut.
"Karena demammu sudah hilang aku akan pergi makan sekarang" kata Minho polos lalu dia keluar dari sana. Di sisi lain, Chan baru pertama kali melihat tingkah polos pria itu, dia tak sengaja tersenyum.
"Kenapa kau Chan?" batinnya.
***
Minho mendengar suara gertakan gigi, lalu dengan cepat dia terbangun. Gertakan itu semakin cepat, Minho melihat ke arah Chan. Ternyata suaranya berasal dari sana.
"Kau kenapa?" Tanya Minho berusaha untuk membangunkan pria itu.
Minho kembali memeriksa dahi Chan, dia merasakan agar hangat dari sebelumnya. Dia langsung berlari ke dapur. Kali ini dia tak mengambil es batu melainkan air hangat dan kain bersih.
Dia kembali mengompres pria itu untuk ketiga kalinya, padahal tubuh Chan hangat tapi dia sangat kedinginan.
Pria itu mengambil kursi dan meletakkannya di samping tempat tidur Chan agar lebih leluasa mengompres.
Minho juga merapikan selimut yang Chan pakai bahkan menambahkannya agar pria itu tak kedinginan.
"Sangat dingin" ujar Chan. Sambil mengeratkan selimutnya, dan dia juga memegangi salah satu tangan Minho yang terletak di sampingnya itu. Minho sangat ingin menariknya, tapi dia sangat kasihan pada Chan sekarang.
"Baiklah kau pinjam saja dulu tanganku" kata Minho.
*
Chan membuka matanya, yang pertama kali dia lihat adalah langit-langit plafon.
Lalu dia merasakan berat di perutnya, Chan menoleh ke arah saja. Ternyata itu karena kepala Minho. Pria itu tertidur di sana.
Chan tidak tega untuk membangunkannya. Dia menatap pria itu lekat, tak disengaja dia menyunggingkan sebuah senyuman.
Lalu tak beberapa saat kemudian, Minho menggeliat menandakan dia ingin bangun. Melihat hal itu Chan langsung menutup matanya kembali.
"Aigoo aku ketiduran" kata Minho bangun dari atas perut pria itu dan mengusap bibirnya.
Minho dengan setengah sadar kembali memeriksa dahi Chan, sudah tak terasa panas sekarang.
"Ahh syukurlah" gumamnya lalu dia bangkit dan tidur di samping Chan seperti biasanya.
Melihat Minho yang sudah tidur, Chan kembali membuka matanya. Dia memandangi pria manis yang tengah berbaring di sampingnya itu.
***
Matahari menyilaukan mata Minho saat dia membuka mata. Dia mantap jam ternyata sudah pukul delapan.
"Aku libur" gumamnya lalu kembali menutup matanya, tapi dia merasakan hal aneh yang berat di pinggangnya.
Minho meraba benda itu, dia terkejut ternyata itu lengan Chan. Minho menghembuskan napas panjang, lalu mulai menyingkirkan tangan itu dari dirinya. Dia melakukannya dengan hati-hati agar sang pemilik tidak bangun.
Dan usahanya berbuah hasil, dia bisa bangun tanpa membangunkan pria itu.
Minho tak tidur lagi, dia memutuskan untuk pergi keluar untuk membeli belanjaan yang kosong.
Pria itu hanya membasuh wajah dan tubuhnya, lalu mengambil jaket karena udara semakin dingin sekarang.
Singkat cerita Minho sudah selesai berbelanja kebutuhan mereka. Dia melihat ke arah kompor, ternyata bubur yang dia buat sudah matang.
"Kau tidak bekerja?" Tanya seseorang mengejutkannya. Minho menoleh, dia sudah tahu itu suara siapa.
"Tidak" jawabnya singkat, lalu kembali pada kegiatannya tadi.
"Jangan mempersulit dirimu karena aku" kata pria itu lagi dari ruang tamu. Minho hanya diam, dia tak mau berdebat dengan orang sakit.
"Ini, makanlah. Nanti minum obatmu" kata Minho memberikan bubur itu pada suaminya.
Chan tidak bisa menolak melihat ekspresi Minho yang seperti itu. Dia hanya menurut dan memakan apa yang pria itu berikan padanya.
Saat itu mereka berdua tengah menonton televisi bersama, tak ada yang memulai pembicaraan saat ini.
"Kau tidur sana" ujar Chan pada Minho tiba-tiba yang membuat pria itu terusik kesal.
"Kenapa?" Tanya Minho bete, dia tak bergerak dari tempatnya itu
"Aku tau kau lelah" kata Chan sambil melihat ke arah pria itu.
"Itu kewajiban, kau tak usah banyak omong" kata Minho lagi.
"Terima kasih" Mendengar itu sukses membuat hati Minho luluh. Minho menatap pria itu sekarang. Chan benar-benar tulus mengatakannya pada Minho.
"Baiklah" kata Minho singkat lalu kembali membuang muka.
"Tapi kita akan hidup bersama selama 6 bulan ini, sudah tersisi 3 bulan. Apa kita bisa jadi teman mulai sekarang?" Tanya Chan membuat Minho terkejut.
Pria itu tak langsung menjawab, dia berpikir sejenak. Tapi ide Chan itu bagus juga. Jadi dia tak perlu canggung ataupun kesepian tiga bulan ke depan ini.
"Bagaimana?" Tanya Chan mendekat ke Minho. Minho menoleh, dia melihat senyum Chan yang manis itu. Astaga.
"Boleh" kata Minho.
***
TBC
Kalau suka jangan lupa vote ya.
Maaf aku telat update, aku ada sibuk tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
VET VS DOCTOR || BANGINHO✔️
FanfictionBANGINHO FANFICTION *Note: Sebelum baca wajib follow akun author. Makasih Aku benci kau! Ujar Chan Aku lebih benci kau! Jawab Lee Know Mampir aja dulu siapa tau suka ;) WARNING -BXB -MPREG