Episode 21

791 104 2
                                    

Hai hai!

Apa kabar kalian? Aku tau kalian bacanya on. Jadi jangan lupa vomennya ya

Aku nungguin ini. Jangan biarkan aku ngomong sendiri kek orang gila gais.







***

Minho dan Chan semakin hari semakin dekat. Mereka sangat jarang bertengkar sekarang tak seperti dahulu.

Mereka sering makan bersama, keluar bersama. Pokoknya rukun satu sama lain.

Tak terasa sudah lima bulan berlalu dengan sangat cepat. Saat- saat ini mereka tengah sibuk dengan pencarian gelar mereka masing-masing.

Tapi di beberapa waktu mereka senggangkan untuk makan siang bersama. Chan sejak malam natal itu tak pernah menginap di klinik. Pasti dia akan pulang ke rumah. Begitu juga dengan Minho.

Saat ini, Minho dan Chan tengah makan siang bersama di sebuah cafe yang letaknya tak terlalu jauh dari tempat mereka bekerja.

"Bagaimana harimu?" Tanya Chan pada pria yang memakan kue cokelat itu.

Minho menoleh, lalu dia mengancungkan salah satu jempolnya pada Chan untuk menjawab.

Chan melihat di sudut bibir Minho ada cokelat, langsung saja tangannya gercep untuk mengusapnya.

"Aigo, hati-hati" kata Chan setelah mengusap area sensitif itu. Minho tak berkedip melihat reaksi dari Chan.

"Thank you" kata Minho dengan imutnya pada Chan. Pria yang ada di depannya itu hanya tersenyum gemas.

Akhir-akhir ini Minho begitu manis menurut Chan. Tanda-tanda apa ini, Chan juga tidak yakin.

"Wah tinggal satu bulan lagi" kata Minho sambil tersenyum pada Chan. Tapi bukannya senyum Chan malah terlihat serius.

"Apa kau sangat menantikannya?" Tanya Chan tiba-tiba. Minho dengan cepat mengangguk. Memang benar kan hari itu adalah hari yang mereka tunggu-tunggu.

Chan menghela napas, lalu dia membereskan barang-barang nya. Tak lupa dia menaruh uangnya di atas meja.

"Kau mau ke mana? Kan belum selesai" kata Minho panik melihat Chan akan pergi tiba-tiba.

"Aku sibuk ada urusan" kata Chan singkat. Lalu dia langsung bangun, dan pergi.

Dia dalam hatinya pria itu merasa aneh, kenapa dia mendadak sangat kesal pada Minho. Padahal  benar kan kata Minho tadi.

Chan merasa tak benar pada dirinya, dia merasa tidak tenang jika mendengar kata perpisahan.

Di sisi lain Minho masih di sana dengan kue cokelatnya, dia sedang kebingungan. Apa dia ada salah bicara sehingga Chan pergi lebih awal. Atau memang Chan ada urusan mendadak. Minho dengan segala kebingungannya di sana tak tenang.

"Lino!" Suara itu mengejutkannya, Minho langsung menoleh ke arah sumber suara.

Yang dia lihat saat ini adalah pria dengan rambut hitam menatapnya sambil tersenyum.

"Han?" Tanya Minho terkejut.

"Ini, pastikan kau datang ya" Han memberikan sebuah kertas tebal.

"Apa ini?" Tanya Minho bingung saat melihat isinya.

"Aku akan menikah dengan Hyunjin" kata Han Jisung pada Minho.

"Selamat Jisung" kata Minho dengan mata yang berkaca-kaca. Jisung terkejut saat melihat air mata itu keluar dari mata pria itu.

"Kenapa kau menangis?" Tanya Han.

"Aku tidak menangis, ini air mata bahagia" kata Minho sambil mengusapnya.

Mendengar itu Han merasa lega dan tersenyum pada Minho, dia mengusap kepala pria itu dengan lembut.

"Kau juga harus bahagia dengannya" ujar Jisung.

***

Minho menangis sejadi-jadinya dia kamarnya, sambil melihat undangan yang ada nama "Han dan Hyunjin" membuat dadanya semakin sesak.

Dengan bodohnya Minho tak bisa melupakan Han. Meskipun waktu panjang sudah berlaku, tapi di masih tidak tega melihat Han dengan orang lain.

Minho sengaja mengunci pintu dan menyalakan televisi dengan suara yang full agar tak ada yang bisa mendengarnya sekarang termasuk Chan.

Pria itu menangis sepuasnya sambil matanya lebam dan suaranya juga agak sesak.

Tapi dia mendengar suara Berry yang menggonggong di depan pintu kamarnya. Dia memutuskan untuk berhenti dan membuka pintu.

"Kau lapar ya?" Tanya Minho pada anjing itu.

Minho bercermin setelah selesai memberikan Berry makan, dia melihat matanya benar-benar bengkak.

Untuk saja Chan tidak melihatnya, kalau dia lihat pasti Minho akan jadi bahan bulian oleh pria itu.

"Ada apa dengan matamu?" Tanya pria itu tiba-tiba membuat Minho terkejut.

Minho bisa melihat Chan dari cermin, pria itu mendekat ke arah Minho.

"Ada apa?" Tanya Chan serius. Minho kemudian menoleh dan menatap pria kekar di depannya itu.

"Tadi aku menonton film, sangat sedih makannya sampai menangis" kata Minho sambil tersenyum agar Chan percaya.

Tapi sepertinya Minho tipe orang yang tak mudah terbawa suasana. Apalagi hanya karena film. Chan tak percaya dengan ucapan pria itu.

"Sana kau mandi dulu, aku akan tidur duluan. Selamat malam" kata Minho lalu dia langsung lari ke kasur.

Chan melihat tingkah aneh Minho, membuatnya merasakan hal aneh.

***

Saat Minho sudah tertidur, Chan melihat sesuatu yang terlihat di bawah bantal Minho.

Dia menariknya dan melihat ke arah kertas itu.

"Ini surat undangan Jisung" gumamnya. Lalu dia mengarahkan pandangannya pada Minho.

"Pantas saja dia seperti itu" gumam Chan. Lalu dia meletakan kertas itu di atas meja. Chan tetap memandangi pria yang tidur di sampingnya itu.

Perlahan tangannya bangun dan mengarah dengan ragu-ragu ke kepala Minho.

Chan mengusap surai cokelat itu dengan lembutnya. Dia merasa aneh, melihat pria itu sedih membuatnya juga ikut sedih.

"Ada apa denganku?"

***

TBC

Jangan lupa vote dan komen gais.

Aku gak nyangka Han sama Hyunjin bakal kawin. Kawin..... kawin..... kawin.... xixixixi

😂

VET VS DOCTOR || BANGINHO✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang