29. Rujak

581 79 17
                                    

Happy reading
Sorry for typo

*

*

*


Bell pulang sudah sepuluh menit berbunyi, kelas Chacha juga sudah mulai sepih bahkan sisa mereka bertiga di kelas.

"Cha, lo yakin nggak mau bareng kita pulangnya?" ajak Angel. Sudah puluhan kali Chacha mengirim dan menelfon Nathan namun ponsel laki-laki itu tidak aktif.

"Gue pulangnya bareng kak Nathan. Kalian duluan aja." Chacha berniat akan ke kelas Nathan.

"Yaudah kalo gitu gue temenin ke kelasnya." mereka bertiga berjalan ke kelas Nathan. Namun saat mereka berada di tangga, mereka berpapasan dengan Davin dan yang lainnya namun Nathan tak ada diantara mereka. Pikiran negatif mulai muncul di kepala Chacha.

"Nathan lagi di rooftop Cha" sahut Davin menjawab pertanyaan di pikiran Chacha. Gadis itu hanya tersenyum dan menggangguk.

"Baek-baek ya di rooftop, setan disana pada liar" celetuk Gilang.

"Dihh, liaran juga pikiran lo" Key menoyor kepala Gilang gemas.

"Jess pulang bareng gue yuk" Azka merangkul pundak Jessica namun segera ditepis oleh Jessica.

"Nggak usah, gue bawa mobil sendiri" cibir Jessica menarik tangan Angel untuk pulang setelah berpamitan dengan Chacha tentunya.

"Duhh calon pacar galak juga" kekeh Azka melihat punggung Jessica yang mulai menjauh.

Chacha membuka pintu rooftop dan melihat Nathan yang sedang berbaring di sofa. Dengan kesal ia menghampiri Nathan yang tertidur tanpa beban. Enak saja laki-laki itu tertidur dengan nyenyak sedangkan ia khawatir keadaan laki-laki itu. Baru saja Chacha ingin menapok pipi Nathan, raut wajah gadis itu langsung berubah melihat wajah Nathan yang pucat.

"Nath lo nggak papa kan?" Nathan membuka sedikit kedua matanya dan melihat Chacha yang sedang melihatnya dengan tatapan khawatir.

"Gue nggak papa Cha" Nathan bangkit sedikit kemudian menyuruh Chacha duduk dan ia menggunakan paha Chacha sebagai bantalan.

"Nath kita pulang aja yuk, biar gue yang bawa mobil" Nathan menikmati usapan tangan Chacha di kepalanya. Saat pelajaran terakhir mereka berenam bolos ke rooftop, tak lama kemudian Nathan merasakan dadanya begitu sesak untung sang sahabat sangat sigap, Dava selalu membawa obat Nathan. Ia menyimpannya di tempat permen jadi orang mengira bahwa itu bukan obat. Sedangkan Davin selalu membawa botol air kemana-mana jika sedang bersama Nathan. Saat mereka mendengar bell pulang, Nathan menyuruh mereka untuk pulang duluan, tak mungkinkan Nathan menghampiri Chacha dengan keadaan seperti ini. Namun kelima sahabatnya tidak ingin meninggalkan Nathan setelah memastikan Nathan baik-baik saja. Setelah keadaan Nathan mulai membaik, mereka kemudian pamit pulang memberitahu Chacha bahwa Nathan berada di rooftop.

"Lo pikir gue selemah itu apa" kekeh Nathan.

"Ya abisnya muka lo pucat gitu" Chacha memperhatikan wajah Nathan. Ia kemudian mengelus pipi Nathan dengan lembut. Pandangan mereka bertemu. Saat Chacha ingin menjauhkan tangannya dari pipi Nathan, laki-laki itu menahannya.

"Jangan berhenti. Gue suka lo elusin rambut dan pipi gue" Chacha merasakan pipinya panas saat Nathan menatapnya dengan intens.

"Cha tadi lo kenapa diam aja"

"Nggak papa kok. Gue cuman pengen diam aja" ucap Chacha sambil tersenyum lebar memperlihatkan bahwa dia baik-baik saja.

"Really?" Nathan bangkit dan duduk menghadap Chacha. Laki-laki itu menatap Chacha dengan lekat. Tangannya bergerak merapikan rambut Chacha yang berantakan akibat angin sore. Chacha memandang ke arah lain berusaha untuk tidak bertatap muka dengan Nathan. Jantungnya kembali berdetak kencang. Bundaaa tolongin anakmu ini.

NATHANIEL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang