Happy reading
Sorry for typo.*
*
*
*
Chacha bangun dari tidurnya, ia melirik ke arah jam weker pukul 00.15. Sudah dua jam lebih Nathan pulang dari rumahnya.JDAAAARRRRR......
Chacha tersentak mendengar suara petir yang menggelegar, pandangannya ke arah pintu balkon yang tak tertutup rapat. Dengan keberanian yang seadanya Chacha melangkah ke arah balkon untuk menutup pintunya, angin malam berhembus begitu kencang membuat dirinya tambah takut. Ia berdoa semoga tidak di sertai hujan. Chacha sangat takut suara hujan yang menggelegar. Biasanya bundanya akan ke kamar untuk menemaninya tidur atau memastikan dia tidur dulu baru kembali ke kamarnya. Namun sekarang bundanya lagi keluar kota.
JDAAAARRRR......
"Aakhhh bunda" Chacha langsung meringkuk ke atas ranjang setelah menutup pintu balkon. Nama Nathan tiba-tiba terlintas dipikirannya. Semoga saja Nathan belum tidur. Dengan sisa keberanian Chacha mengambil ponselnya di atas nakas dan mendial nomor Nathan.
Panggilan pertama tidak diangkat.
Panggilan kedua tidak diangkat. Matanya sudah berkaca-kaca. Ia berharap panggilan ketiga Nathan mengangkat telfonnya.
"Hallo," ucap Nathan dengan suara serak khas bangun tidur.
"Hikssss Nathan aku takut," isak Chacha saat Nathan mengangkat telfonnya.
"Sayang hei kamu kenapa." di seberang sana kantuk Nathan langsung hilang begitu mendengar isakan Chacha.
"Aku takut Nath, suara petirnya serem trus aku di sini sendiri hikss.. Aaakkhhh huaaaaa Nathan aku takut, di sini gelap aku takut sendiri," tangis Chacha bertambah kencang saat terjadi mati lampu.
"Sayang heii tenang, bertahanlah aku akan ke sana."
"Ce.. cepetan ya, aku takut banget,"
"Iya sayang, kamu tunggu aku. Nggak usah jalan kemana-mana tetap di kamar kamu aja." Nathan menyalakan senter ponselnya sambil melangkah menuju rumah Chacha. Dengan terburu-buru ia membuka pagar Chacha dan melangkah ke atas menuju kamar Chacha.
Ceklek...
"Sayang" Nathan menghampiri Chacha yang sedang meringkuk seperti janin di atas ranjang.
Chacha yang merasa ranjangnya bergerak mengintip di balik selimut. Saat ia menyadari itu Nathan, Chacha langsung memeluknya dengan erat, Nathan pun membalas pelukannya tak kalah erat sambil menenangkan Chacha yang semakin terisak dipelukannya.
"Kamu kok lama banget hiksss aku takut," Hujan turun begitu deras membuat Chacha semakin ketakutan.
"Ssstt sudah ya, aku udah di sini. Kamu nggak usah takut lagi." Nathan berniat melepaskan pelukannya untuk mencari lilin namun Chacha tak ingin melepasnya.
"Sayang, aku cuman mau cari lilin kok,"
"Nggak usah cari lilin, kamu di sini aja," Nathan hanya mengangguk pasrah kemudian mereka berbaring dengan Chacha yang merapatkan tubuhnya ke Nathan dan menempelkan kepalanya ke dada bidang Nathan. Laki-laki itu memeluknya dengan erat. Sambil mengusap lembut rambut Chacha membuat gadis itu merasa nyaman dan aman.
Tak lama nafas Chacha mulai teratur menandakan gadisnya sudah tertidur pulas. "Have nice dream sayang," Nathan mengecup kening Chacha sebelum ia menyusul Chacha ke alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHANIEL (COMPLETED)
Teen FictionSUDAH DI REVISI!! "Gue nggak pernah takut ketika kematian menjemput gue, Cha." Chacha mendongak menatap Nathan. "Karena gue berfikir bahwa satu-satunya yang takut mati adalah mereka yang serakah dalam hidup." Nathan menunduk dan menatap Chacha den...