Prolog.

25.9K 1.6K 103
                                    

Ada yang bilang, masa muda itu adalah masa yang paling menyenangkan, masa-masa yang seharusnya dihabiskan untuk bersenang-senang. Dan adapula yang bilang, kalau masa muda itu adalah masa untuk mempersiapkan diri dimasa depan. Ada beberapa remaja yang memilih opsi kedua yaitu mempersiapkan diri dengan belajar untuk masa depan. Dan adapula yang memilih opsi pertama ; bersenang-senang dengan cara mereka sendiri.

Dan saat ini, kedua cewek yang menginjak usia tujuh belas tahun itu memilih opsi pertama, bersenang-senang dengan cara mereka sendiri yaitu membolos sekolah, berkeliling dipusat perbelanjaan ibu kota, dan menghabiskan uang dari orang tua mereka.

Sebut saja nama kedua cewek itu Lisa, dan Rose. Saat ini keduanya nampak berbincang ria disalah satu toko busana, seragam putih abu-abu pun masih melekat ditubuh masing-masing sambil memilah dan memilih beberapa baju yang menarik perhatian.

Tarikan kecil di ujung roknya membuat Lisa tersentak kaget, ia melirik Rose yang kini berjalan menjauh dengan mata yang sibuk mengitari rak-rak lain. Diliriknya ke sebelah kanan, sedikit menunduk hingga pandangannya jatuh pada bocah kecil yang tengah menatapnya polos.

Bocah yang memiliki tinggi badan hanya sampai dipahanya itu benar-benar menggemaskan, pipi gembul juga badan yang berisi, disetai mata hitam legam juga rambut yang memiliki warna sama dengan matanya. Perkiraan Lisa, bahwa bocah tersebut berusia dua tahun lebih.

"Hallo," sapa Lisa sembari berjongkok, agar tinggi badannya setara dengan bocah tersebut.

"Nama kamu siapa?"

"Kookie." suara menggemaskan disertai mata yang mengerjap-ngerjap lucu itu membuat Lisa harus menahan tangannya agar tak mencubit kedua pipi gembul tersebut.

"Kookie ngapain disini? Bareng Mamanya ya?"

"Enggak, Kookie baleng Papa cama Tante Liya."

"Lho? Mamanya kemana?"

"Ke culga," jawaban polos dari Kookie membuat Lisa terdiam dengan sorot mata sendu, namun tak berselang lama ia kembali mengukir senyum kala tangan montok dari Kookie mengelus pelan pipinya.

"Kookie pingin topi itu." tunjuk Kookie tepat pada topi baret berwarna pink yang terletak disalah satu kepala patung.

"Kamu mau itu?"

Kookie menganggukan kepalanya lucu, namun sedetik kemudian ia menggeleng lagi membuat Lisa tertawa gemas karena tingkahnya. "anak cowok kayak Kookie gak boleh make balang pelempuan."

"Siapa bilang warna pink buat perempuan doang?" tanya Lisa.

"Kata Papa."

"Bilangin ke Papamu, dasar om-om jadul!" cetus Lisa.

"Jadul itu apalagi cih, tante?"

Lisa tersentak kaget saat kata menyeramkan itu keluar dari mulut Kookie. "Jangan panggil tante dong,"

Kookie mengembungkan pipinya imut. "Telus? Manggilnya apa?"

"Kakak incess."

"Iya, kakak incess."

Lisa tertawa gemas mendengar jawaban polos dari Kookie, menguyel-nguyel pipi Kookie membuat bocah itu sedikit meringis. "Cakit Kakak Incess."

"Ampun dulu,"

"Ampun."

"Cium dulu, baru Kakak lepasin."

Dan dengan entengnya Kookie memberikan satu kecupan pada Lisa, bibir mungilnya bahkan terasa kenyal saat menyentuh pipi Lisa. Lisa tersenyum tipis, berniat membalas ciuman Kookie namun suara menggelegar membuatnya terkejut, mengintruksi dirinya untuk menghentikan pergerakan.

"Kookie! Jangan ngobrol sama orang asing!" suara dalam nan berat tersebut membuat keduanya tersentak kaget.

Lisa menolehkan kepalanya tepat pada sosok pria bertubuh tegap berkemeja putih dengan celana hitam selutut, berawajah sangar namun anehnya menambah kesan tampannya. Lisa bahkan tak sempat berkedip, ia tak mau melewatkan sedetik pun untuk memandang ciptahan tuhan yang benar-benar menggiurkan itu. Proporsi serta selera fashionnya membuat Lisa yakin bahwa pria itu berusia 20an lebih, jangan salahkan Lisa kalau tiba-tiba saja tipe idealnya berubah jadi om-om.

Rahang tegas, kulit putih, serta bibir merah alami itu sukses membuat Lisa menelan salivanya kasar, dinding imannya mau roboh ini. Jika Lisa terlihat kagum akan sosok pria tersebut, beda halnya dengan Kookie, bocah tersebut justru terlihat takut akan kedatangan sang Papa. Iya, pria tersebut adalah Papanya.

Pria tersebut menghampiri mereka, membawa Kookie kedalam pelukannya dan berlalu pergi tanpa sepatah katapun. Lisa yang melihatnya hanya mampu mengelus dada sabar, baru saja ingin berkenalan, meminta nomer ponsel, dan berbincang sebentar, pria itu sudah melengos pergi membawa Kookie bersamanya, mungkinkah pria tersebut sosok Papa yang dimaksud oleh Kookie?

Papa yang menyeramkan memang, pantas saja Kookie ketakutan.

"Woy! Liatin apa lo?!" pertanyaan yang tiba-tiba saja melayang dari mulut Rose tak membuat Lisa menoleh, ia setia menatap punggung lebar pria tadi hingga benar-benar menghilang dari balik dinding.

"Liatin calon keluarga gue."

CAST

Alisa Lucyandra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alisa Lucyandra

Jung Kookie Pradipta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jung Kookie Pradipta

Jung Kookie Pradipta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jungkook Pradipta

#Bersambung

Mommy Lisa is back!! 🤣 gak tau, bosen aja bikin cerita tentang anak SMA gitu, eh, tapi disini kan Lisanya juga masih SMA ya🤣🤣

Material Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang