Haii buat yang baru pertama kali menemukan ceritanya ini, keep scrolling ya ^^ aku tau karena ini cerita pertamaku, ada kemungkinan di awal-awal aku kurang bisa menyampaikannya dengan baik. Apalagi tiap aku mau revisi, aku nyerah duluan dan ingin sekali rasanya teriak: INI GUE DULU NULIS APAAN SIIIHHH! :')
*ga sanggup Hayati 🏳🏳
Ini salah satu yang juga jadi alesanku selalu menolak jika ada publisher yang ingin meminang cerita ini buat diterbitin :')
Aku belum pernah menulis sebelumnya, selama ini hanya membaca, jadi aku tahu di awal-awal aku akan sangat mudah mematahkan harapan kalian. Tapi aku berani menjamin tulisanku semakin berkembang, kok... Boleh dilihat di cerita lain di akunku, wkwkwk.. Pede dikit gapapa lah 😂 secara udah setahun lebih aku nulis cerita ini. Jadi, jangan menyerah untuk scrolling yaa 💪💪💪
.
*fanfic
*tidak berkaitan dengan kehidupan asli member bangtan boys✧・゚: *✧・゚:*✧・゚: *✧・゚:*✧・゚: *✧・゚:*
Cerita ini fiktif, we call it fanfiction for a reason, babe. Jadi jangan ada lagi yang tidak bijak ya komennya. Semua nama karakter hanya semata-mata untuk kepentingan kepenulisan, tidak untuk dihubungkan dengan kehidupan asli para member Bangtan.
Semua tulisan di sini murni hasil pemikiran saya sendiri, bukan hasil plagiat (mit amit jabang baby), kalau ada kesamaan, tolong tabayyun dulu ya ukhty, jangan langsung nuduh eyke plagiator.
Mau tau kapan cerita ini di publikasi pertama kali? Well, aku sendiri lupa sih HAHAHAHA... Tapi bisa cek di komenan pertama bab "Prologue" yhaaaa. Itu juga kayaknya baru ada setelah beberapa lama di publish deh. Cerita ini sebulan pertama readers nya "nol" loh darls ಥ‿ಥ
Happy Reading darlings...
✧・゚: *✧・゚:*✧・゚: *✧・゚:*✧・゚: *✧・゚:*
.
_______________❇❇❇_______________
Aku masih tak mengerti, bagaimana kehilangan satu orang bisa membuat duniaku runtuh. Satu orang, dari bermilyar-milyar penduduk dunia. Satu orang, dari dua puluh satu meter persegi di antara ratusan juta lainnya pada permukaan bumi. Padahal, baru tiga hari sebelumnya tangan kokoh itu menangkup pipiku, kontur kasar sidik jarinya bahkan masih terasa olehku. Saat itu dia berkata, "Ayah akan pulang terlambat, jangan tunda makanmu, eoh?" Nyatanya, dia pergi untuk selamanya.
Rasanya semua masih tidak nyata. Bagaimana orang-orang berlalu lalang bagai siluet hitam, lalu apa yang mereka lakukan padaku akan selalu sama; menghampiriku yang terduduk bersimpuh di pelipir ruangan. Jika dia wanita, dia akan menggenggam jemariku penuh empati, merapalkan doa serta kalimat-kalimat penyemangat. Jika dia pria, maka siluet hitam itu hanya akan bersimpuh di hadapanku lantas membungkuk penuh belasungkawa. Setelahnya, mereka akan berlalu dan berganti lagi dengan siluet hitam lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scar We Choose ✔
Fanfiction[ Cerita tamat. Chapter lengkap GRATIS! Namun hanya via PDF, dan hanya bagi yang sudah follow + drop email di wall atau kolom komen cerita ] Mature/NC content 🔞 Cerita ini akan banyak sekali unsur dewasanya. Jadi author mohon, jika belum cukup umur...