.
.Sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan super-market, membuat Renjana yang sedang memakan sebuah mie instan karena perutnya yang lapar setelah belajar hanya menghela napas kasar.
Renjana segera keluar dari supermarket dan segera memasuki mobil milik keluarganya itu.
"Mama sama papa pulang?" tanya Renjana pada Yatno, sang supir keluarga Renjana.
"Iya, Tuan," balas Yatno yang menatap Renjana dari sebuah pantulan kaca.
Renjana lalu terdiam dan membuka kaca mobil di sampingnya. Rintikan hujan yang masih tersisa mulai menabrakkan diri pada wajah polos Renjana yang tampak menikmati sensasi sakit yang berbeda disebabkan oleh rintikan hujan itu.
Mobil hitam itu terhenti tepat di depan pintu besar kediaman Renjana, dengan perlahan Renjana mulai turun dan memasuki rumahnya.
"Bukannya belajar kau malah pergi dan pulang malam!" Sebuah suara memberhentikan pergerakan Ren-jana, membuatnya segera berjalan ke arah asal suara.
"Maaf." Hanya kata itu yang dapat Renjana katakan. Jika Renjana mengatakan yang sebenarnya, itu hanya akan menimbulkan masalah yang lebih besar.
Plakk!
Sebuah tamparan dari Ririn membuat Renjana menger-jabkan matanya terkejut.
"Aku dan ayahmu bersusah payah bekerja dari pagi hingga malam dan kau malah asik bermalas-malasan, ditambah siang tadi kau membolos bersama Chandra. Benar, kan?!" ucap Ririn dengan wajah yang mulai memerah menahan amarah. Chandresh yang mendengar kebisingan dari bawah sontak turun dan menemukan Renjana dan istrinya tengah bertengkar.
"Renjana, naik ke kamar sekarang," minta Chandresh pada Renjana dengan nada yang terdengar datar. Mendengar itu Renjana hanya mengangguk dan beranjak untuk naik ke kamar nya.
"Berperilakulah seperti Janu, dia sudah membang-gakan kedua orang tuanya, tidak seperti dirimu yang selalu menyusahkanku!" ucap Ririn lagi, tentu saja Renjana mendengar apa yang ibunya katakan itu. Sakit? tentu saja, itu adalah makanan sehari-hari Renjana.
Dengan langkah lemah, Renjana mulai memasuki kamarnya yang penuh dengan piala penghargaan akademi yang ia dapatkan demi sebuah pujian dari sang ibu, namun hasilnya nihil. Bukannya bangga, Ririn malah menuduh Renjana melakukan suap terhadap sang panitia olimpiade atau guru.
Renjana terduduk begitu saja di balik pintu kamar-nya, ia ingin menangis untuk mengurangi sedikit dari rasa sakit yang ia alami saat ini, namun nyatanya air mata itu sepertinya enggan keluar dari balik pulupuk matanya.
"Kenapa harus aku?" tanya Renjana pada dirinya sendiri.
Kalimat itu adalah kalimat yang kesekian kalinya yang Renjana tanyakan pada dirinya sendiri. Terkadang ia merasa iri ketika ia sedang bersama dengan keluarga Chandra, walaupun kehidupannya tidak semewah kelu-arganya, tapi mereka hidup dengan keharmonisan keluarga yang utuh. Ayesa selaku ibu dari Chandra selalu mendukung Chandra, walaupun nilai yang Chandra dapatkan jauh di bawah dirinya, bahkan Deandra—ayah Chandra—selalu menemani Chandra belajar di sela-sela pekerjaannya sebagai pengrajin perak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ √ ] AMERTA ¦ Ft Huang Renjun
Fanfiction"....Amerta berarti abadi, sama seperti takdir tuhan untuk Renjun" "Pa? Renjun mau makan malem bareng papa lagi boleh?" Menceritakan kepahitan hidup yang ditakdirkan pada Huang Renjun, putra haram dari sang ayah membuat Renjun harus merasakan pahitn...