AMERTA 24

42.1K 7.9K 1.5K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Kondisi Renjana semakin membaik meski diri Renjana yang masih tetap diam, bahkan tak ada satu katapun keluar dari bibir mungil miliknya. Renjana hanya berdiam diri dengan tatapan kosong, tak mempedulikan teman-temannya yang berusaha membuka obrolan dengannya.

Sia yang selalu menemani Renjana dengan yang lain mulai menyiapkan makanan yang telah disiapkan oleh pihak rumah sakit untuk Renjana konsumsi. Sia me-nyuapkan sesendok bubur yang telah disiapkan ke arah Renjana, dengan perlahan Renjana membuka mulutnya dan menerima suapan demi suapan makanan yang Sia sodorkan pada dirinya.

Hanya ada tatapan tak terima yang tersorot dari mata sang sahabat ketika melihat keadaan Renjana yang saat ini, tak ada ocehan yang biasa Renjana tujukan pada teman-temannya saat mereka hendak membeli barang-barang mahal tak berguna.

Sesekali Chandra menghampiri Renjana yang terbangun dari tidurnya untuk memasangkan earphone yang ia bawa dari rumah dan menyumpalkannya di kedua telinga Renjana sambil memutar beberapa musik favorit Renjana. Tak ada penolakan yang dilakukan oleh Renjana untuk Chandra, anak itu tak merespon apapun yang mereka lakukan.

Kriettt!

Chandresh masuk bersama Widya dan juga Cahaya, berharap kehadiran keduanya dapat membuat Renjana merespon sekitarnya. Widya menghampiri putranya dengan tatapan sayu, setelah semua yang Chandresh ceritakan membuat Widya merasa gagal melindungi putranya.

Grepp!

Widya memeluk putra pertamanya itu dengan erat, menumpahkan semua air mata yang bersarang di kedua matanya di bahu lebar milik Renjana. Renjana tak merespon tangisan ibu yang selama ini ia cari, membuat Chandresh putus asa untuk membuat putranya merespon lingkuangannya.

Cahaya, gadis itu ikut memeluk sang ibu yang tengah menangis, membuatnya merasa bersalah karena dengan bodohnya tak menyadari jika pria yang telah bersamanya selama dua tahun di kelas adalah kakak kandungnya.

Sedangkan di sisi lain, lebih tepatnya di kediaman Chandresh, Raksa yang mendapatkan kabar mengenai sang adik dari Yatno membuat Raksa gelisah dalam kamarnya. Ia ingin mengunjungi sang adik yang dikabarkan tengah mengalami masa buruk saat ini, namun gengsi yang tertanam di hati Raksa melebihi rasa inginnya untuk menemui sang adik.

Raksa beranjak keluar dari kamarnya dan pergi ke ruangan yang tak jauh dari kamarnya, dengan piyama yang terlihat kusut dan rambut panjang miliknya yang dibiarkan tergerai, membuat Raksa terlihat tak terurus.

Kriett!

Raksa memasuki kamar yang di tempati oleh Renjana lima tahun terakhir.

Klek!

Ketika ia berhasil menyalakan lampu penerang sang adik, ia langsung di suguhi oleh banyaknya piagam yang berjejer rapi, serta sertifikat kejuaraan yang Renjana dapatkan tertempel dengan rapi di dinding kamarnya. Memori beberapa minggu yang lalu memutar begitu saja dalam benaknya ketika ia dengan jahilnya mengoleskan selai coklat ke kasur yang Renjana gunakan untuk tidur, membuat Renjana harus begadang semalaman untuk membereskan perbuatannya.

[ √  ] AMERTA ¦ Ft Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang