AMERTA 20

45.8K 8.6K 933
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Renjana sontak melakukan terapi hemodialisa sesuai anjuran dokter setelah memeriksa keadaan, Naresh yang mendapatkan pesan dari ponsel milik Renjana segera membolos pelajarannya dan pergi menyusul di mana Renjana dibawa.

Dengan bantuan sopir milik keluarganya, Naresh berhasil sampai di rumah sakit yang berdiri dengan megah layaknya sebuah hotel. Dengan langkah cepat, Naresh segera manuju ruang hemodialisa untuk menghampiri Renjana di sana.

Sesampainya di depan pintu ruang yang bertulis-kan hemodialisa, Naresh segera memasuki ruangan itu dan menuju sebuah meja perawat untuk menanyakan dimana Renjana berada sekarang.

"Permisi, di mana ruang milik pasien bernama Audatama Renjana?" tanya Naresh dengan tergesa pada perawat yang bertugas segera mengecek sebuah daftar kamar hemodialisa yang ada.

"Pasien Audatama Renjana di kamar nomor lima belas," ucap perawat itu, Naresh mengangguk mengerti dan segera berlari menuju kamar nomor lima belas. Tanpa mengetuk sebuah pintu berwarna cokelat dengan nomor kamar lima belas itu, Naresh segera masuk dan mendapati banyak orang yang ada di dalam kamar Renjana.

"Naresh?" panggil Renjana ketika ia melihat Naresh baru saja datang dengan seragam yang nampak kusut dan berantakan. Melihat Renjana yang baik-baik saja membuat Naresh lega dan langsung menghampiri Renjana yang terbaring di atas tempat tidur dengan alat yang ter-sambung dari tubuh Renjana dan alat besar yang ada di sebelah tempat tidur.

"Kamu berantem?" tanya Naresh ketika melihat kemeja yang Renjana kenakan terpampang jelas sebuah tapak sepatu pada bagian perutnya.

"Gak berantem, Na, cuma nolongin orang," balas Renjana sekenanya.

Menyadari kehadiran banyak orang lain di ruangan itu membuat Naresh segera menyapa orang-orang yang ada dalam ruangan itu.

"Gimana sekolah baru kamu?" tanya Naresh mencoba membuka pembicaraan baru pada Renjana. Renjana sedikit terkekeh sebelum dirinya menjawab pertanyaan Naresh.

"Hampir sama kaya cerita Jovan waktu kalian masih di Green High School," balas Renjana pelan.

Mendengar nama Green High School disebut, membuat keenam teman baru Renjana beserta Pak Dana yang ada dalam ruangan itu menyita perhatian mereka dan berfokus pada pembicaraan Renjana dan juga Naresh.

"Besok aku ikut pindah ke sekolah kamu," ucap Naresh cepat setelah mendapat jawaban yang Renjana katakan.

"Gak perlu, Na. Kalo lo pindah, gua yakin yang

lain juga ikut pindah," ucap Renjana melarang Naresh untuk pindah ke sekolahnya yang baru.

Brakkk!

Sebuah benturan pintu pada dinding membuat semua mata tertuju pada sekelompok pria yang masuk dengan pakaian yang berantakan. Hal itu membuat Renjana dan Naresh mematung ketika mendapati Jovan, Arjuna, Janu, dan Chandra yang baru saja masuk dengan sedikit keributan.

"Kalian?" lirih Naresh ketika mendapati sahabat-sahabatnya ada di dalam ruangan yang sama dengannya.

"Gua tau lo bolos sekolah dan lo bukan tipe orang yang suka bolos, maka dari itu kita ikutin lo dari sekolah sampe sini. Sekarang jelasin apa yang terjadi sekarang?" tanya Janu selaku yang paling tua diantara mereka.

"Mereka?" lirih Karin pada kembarannya yang duduk di sampingnya membuat Jay segera meatap tajam adiknya untuk diam.

"Mereka bukan orang sembarangan, jadi diem dulu!" tegas Jay tajam dan meminta untuk mereka diam dan memperhatikan mereka.

"Hemodialisa? kakak sakit ginjal?" tanya Arjuna mencoba menebak saat tak medapati jawaban sedikitpun dari Naresh maupun Renjana.

"Bener-bener lo, Jana. Bisa-bisanya lo gak cerita ke kita." Kini Chandra ikut memojokkan Renjana, rasa kecewanya pada Renjana dan Naresh membuat emosinya meningkat.

"Biarin Renjana istirahat, biar aku yang jelasin ke kalian," ucap Naresh yang beranjak mendekati keempat temannya untuk keluar dari ruangan milik Renjana.

"Mereka temen-temen lo semua, Jana?" tanya Ekasesa ketika beberapa orang yang asing itu keluar dari ruangan yang di tempati oleh Renjana. Renjana lalu mengangguk membenarkan pertanyaan Soobin.

"Janu, putra dari keluarga pe-milik perusahaan batik terbesar. Jovan dia salah satu cucu dari 10 orang paling kaya di Tiongkok. Audatama Arjuna, dia putra pemilik dari salah merk pesawat yang bekerja sama dengan pihak luar, dan yang terakhir Naresh, pewaris tunggal perusahaan properti," ucap Dirga sambil membaca sebuah buku anatomi yang ia bawa.

"Serius? Itu beneran, Jana?" tanya Ekasesa pada Renjana dengan raut wajah tak percaya dengan apa yang Dirga katakan. Renjana hanya mengangguk membenar-kan kalimat Dirga, karena memang itu kebenaranya. Renjana meminta teman barunya untuk pulang, karena Renjana tak ingin membebani teman-teman barunya.

Sedangkan di sisi lain, Naresh terus menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh ringkih milik Renjana.

"Kalo gitu kita harus ngasih tau paman Chandresh supaya Renjana dapat transpalasi Ginjal dan dia bakal sehat lagi," ucap Jovan yang mencoba ingin mengadu-kan keadaan Renjana pada Chandresh agar Chandresh segera mencarikan ginjal baru untuk Renjana.

"Seenggaknya kita minta persetujuan dari Renjana sebelum kita ngadu sama paman," ucap Janu memberikan pendapat untuk meminta izin pada Renjana sebelum mereka mengadukan hal inipada Chandresh.

"Kalo kita minta izin, kita gaka bakal dapet izin itu dari tu anak. Lo tau Renjana gimana, kan? Dia selalu nganggep dirinya beban, apalagi kalo keluarganya tahu, dia bakal lebih ngerasa kalo dia gak berguna dan gua gamau hal buruk terjadi sama Renjana.

Mental dia sakit, Jen, dan jangan memperburuk mental dia. Untuk sekarang, kita rahasian ini dulu dari uncle sampe nanti Renjana siap," ucap Chandra dengan sedikit emosi membuat yang lain diam.

"Untuk sekarang kita ikutin keputusan Renjana, kalo Renjana tetap milih diam dan nanti malah memperburuk keadaannya, kita bakal langsung ber-tindak, gimana?" ucap Naresh yang menengahi antara pendapat teman-temannya.

"Kalian gak mau pulang?" suara Renjana terdengar dari ujanag pintu keluar ruang hemodialisa, membuat kelimanya menoleh pada Renjana yang telah berdiri di depan pintu keluar sambil menenteng jas berwarna dongker miliknya.

"Ni anak emang gak bisa ditebak!"

[ √  ] AMERTA ¦ Ft Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang