AMERTA 5

72.6K 10.7K 2K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Dengan perlahan Renjana mulai memasuki gerbang rumahnya, terlihat sebuah mobil putih tertata dengan rapi di samping mobil-mobil lain yang berarti kedua orang tuanya kini tengah berada di rumah. Renjana lalu mengeluarkan surat pemberitahuan yang Pak Dayat beri-kan padanya sebelum masuk ke dalam rumah, Renjana mulai mengatur napasnya setenang mungkin.

Krietttt! Ceklek!

Renjana segera menutup pintu besar rumahnya, lalu masuk dan segera menghampiri ruang kerja kedua orang tuanya yang ada tak jauh dari ruang makan.

Tok tok tok!

"Mama?" panggil Renjana dari luar.

Ketukan pertama yang Renjana berikan tidak ada sahutan sedikit pun dari dalam ruang kerja orang tuanya.

"Papa?" kini Renjana bergantian menyebutkan nama sang ayah dari luar pintu. Hingga akhirnya setelah hampir lima belas menit berdiri tanpa beranjak sedikit pun dari depan ruang kerja kedua orang tuanya, suara berat milik Chandresh mulai terdengar.

"Masuk," Suara Chandresh menginterupsi Renjana untuk masuk ke dalam ruang kerja kedua orang tuanya.

Ceklek!

Renjana lalu masuk dan mendapati Ririn dan Chandresh yang berkutat dengan laptop di meja masing-masing.

Renjana mendekati meja sang ayah dan mem-berikan sebuah amplop yang Pak Dayat berikan padanya. Dengan cepat Chandresh membuka amplop yang Renjana berikan padanya dan membacanya sekilas.

Renjana tercekat, hatinya mencelos sakit ketika sang ayah membuang kertas yang Renjana berikan pada sang ayah dibuang begitu saja ke lantai usai membacanya.

"Papa sibuk."

Hanya itu yang Chandresh katakan pada Renjana, Renjana hanya menunduk dan mengangguk dan beranjak meninggalkan ruangan kedua orang tuanya.

Buk!

Sebuah benda tumpul menghantam bahu Renjana membuatnya sontak terhuyung ke samping.

"Siapin kamar buat kakak kamu, Raksa pulang hari ini," ucap Ririn pedas pada Renjana. Renjana menatap nanar sebuah ukiran kayu berbentuk kura-kura yang baru saja Ririn lemparkan padanya.

Skakmat!

Kakaknya akan kembali ke rumah ini, dan pen-deritaanya yang lebih besar akan kembali dimulai. Renjana segera pergi ke kamarnya dan mengunci kamarnya yang kedap suara itu. Renjana menangis, benar. Kali ini Renjana benar-benar meluapkan semua emosinya lewat tangisan. Memori-memori mengenai keluarganya memutar bak kaset rusak di dalam kepalanya.

Dia benar-benar merasa sendirian kali ini.

Prangkk!

Sebuah kaca menjadi pelampiasan terakhir bagi Renjana, kepalan tangannya kini telah penuh dengan darah dengan beberapa kaca kecil yang masih menancap di ruas-ruas jarinya.

[ √  ] AMERTA ¦ Ft Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang