.
.Brak!
Suara pintu yang dibuka secara tiba-tiba membuat seluruh pandangan mengarah pada Renjana dan Nara yang baru saja masuk dengan keringat yang menbanjiri dahi mereka. Mereka tergesa untuk pulang setelah mendapatkan pesan dari He In pada Nara, jika Renjana mendapatkan tamu.
Sontak saja Renjana langsung pulang bersama dengan Nara menggunakan sepeda, bahkan Renjana masih mengenakan celemek dengan logo cafe yang ia tempati untuk bekerja.
"Papa?" ucap Renjana reflek ketika mendapati semua orang ada di dalam toko tengah duduk di sofa yang membuat Renjana terkesiap.
"Beban mah beban aja, jangan ngerepotin orang!" ucap Raksa dari arah dapur sambil memainkan ponselnya. Mendengar itu, Renjana menunduk tak tahu harus membalas kalimat kakaknya atau diam menunduk seperti biasanya.
Brukkkk!
Tubuh Raksa yang tadinya hendak berdiri setelah mengatakan hal buruk padanya tiba-tiba pingsan dengan wajah yang memucat, sontak saja Renjana segera berlari menghampiri sang kakak yang telah tergeletak di lantai.
"Papa, ayo ke rumah sakit!" ucap Renjana sambil menggendong sang kakak di punggung belakangnya untuk pergi ke mobil. Chandresh dan Ririn mengangguk dan segera menyusul Renjana yang telah keluar terlebih dahulu untuk menuju mobil.
Raksa langsung dibawa ke rumah sakit terdekat. Dalam keadaan setengah sadar, Raksa sedikit mem-buka matanya dan mendapati Renjana yang memeluk dirinya erat, membuatnya hendak segera melepaskan pelukan dari Renjana. Namu, karena dirinya yang terlalu lemas untuk bergerak, Raksa hanya diam menikmati hangatnya pelukan dari sang adik.
Sesampainya di rumah sakit, Raksa segera di bawa ke UGD dengan Chandresh, Ririn, dan Renjana yang menunggunya diluar. Wajah cemas sang ayah mulai terlihat, membuat dirinya tertegun sesaat memikirkan kapan terakhir kali dirinya dicemaskan oleh sang ayah yang kini berdiri di seberangnya. Mengingat itu membuat Renjana hanya menghela napas berat.
"Kita kehabisan stock darah O, dan sekarang ada yang membutuhkan dengan segera," ucap seorang dokter yang berlalu di depannya dengan sebuah ponsel yang ia tempelkan di telinga.
Renjana terdiam, tanpa ragu Renjana meninggalkan sang ayah dan ibunya yang masih cemas di depan pintu UGD untuk mengikuti jejak dokter yang baru saja lewat di hadapannya. Dengan cepat, Renjana segera menepuk pelan bahu sang dokter untuk berhenti.
"Ah, iya, kenapa? Ada yang bisa saya bantu?" tanya sang dokter yang telah berbalik dan mendapati Renjana yang berdiri di belakangnya.
"Maaf, saya tidak sopan, tapi kudengar kalian membutuhkan golongan darah O, benar?" tanya Renjana yang memastikan kembali apa yang telah ia dengar sebelumnya. Sang dokter yang mendengar itu sontak mengangguk dan menjelaskan apa yang terjadi dengan golongan darah O.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ √ ] AMERTA ¦ Ft Huang Renjun
Fanfiction"....Amerta berarti abadi, sama seperti takdir tuhan untuk Renjun" "Pa? Renjun mau makan malem bareng papa lagi boleh?" Menceritakan kepahitan hidup yang ditakdirkan pada Huang Renjun, putra haram dari sang ayah membuat Renjun harus merasakan pahitn...