.
.Keheningan terjadi diantara Renjana dan Sia yang sama-sama tengah menaburkan rempah-rempah roti yang Sia bawa ke dalam kolam yang penuh dengan ikan.
"Aku ingin mencapai titik tertinggi puncak itu dan pada saat itu aku akan berada di puncak kemenangan tertinggi, aku selalu terpejam karena takut melihat dinding tertinggi yang menghalangi setiap mimpiku. Hingga aku tak pernah tahu dinding seperti apa yang menghalagi jalanku dan pemandangan seperti apa yang sebenarnya ada di depanku."
Kalimat Renjana terhenti sambil memperhatikan sebuah gedung-gedung perusahaan yang menjulang tinggi yang terekam oleh kornea matanya, bahkan salah satu gedung diantaranya merupakan milik keluarga sang ayah.
Sia hanya diam mendengarkan kalimat-demi kalimat yang Renjana lontarkan sambil terus memberikan makan kepada para ikan yang tengah berkumpul di bawah Sia dan Renjana.
"Kamu tahu apa mimpi terbesarku?" tanya Renjana meminta Sia untuk menebak apa impian terbesar Renjana.
'Bekerja di tempat impianmu?' tebak Sia mengatakan jawab yang biasa para anak seusia mereka bermimpi di masa depan.
"Bukan, aku hanya ingin makan malam bersama dengan papa, mama, dan kakak," ucap Renjana dengan senyuman lebarnya pada Sia, membuat Sia tertegun dengan impian Renjana yang terlihat sepele.
"Aku tahu ini terlihat tidak penting, tapi itu impianku sejak beberapa tahun terakhir. Seperti makan malam bersama, liburan bersama, menonton film bersama, dan yang terakhir aku ingin dekat dengan mama," ucap Renjana dengan semangat menggebu-gebu.
Itulah alasan mengapa Renjana selalu mengikuti berbagai olimpiade serta memenuhi keinginan Ririn yang menjadikannya sebagai barang pameran ketika ada acara-acara penting atau pesta perusahaan. Meski begitu, Ririn tak pernah melirik Renjana yang sebenarnya tengah menanggung banyak beban.
"Kamu tahu empat temanku yang kemarin bersamamu? Awalnya aku memang tidak menyukai mereka saat kita pertama kali bertemu, namun waktu demi waktu yang kami lalui bersama, aku menemukan banyak hal yang tak bisa kuraih di tempat lain.Bisa dibilang kami tidak bisa menjadi apa-apa ketika salah satu diantara kita pergi dan kerja sama, serta keharmonisan kami bermula dari pertemuan yang dilakukan oleh keegoisan para orang tua kami yang ingin menjalin bisnis bersama," ucap Renjana menatap kumpulan ikan yang terus berebut makanan yang Sia serta Renjana jatuhkan ke arah kolam.
"Tuhan sepertinya tidak memihakku sama sekali," ucap Renjana yang mengadahkan kepalanya ke langit, menatap birunya awan yang membentang luas.
'Tuhan bukan tidak memihakmu, tapi Tuhan sedang memberimu ujian sebelum Tuhan memberikan mu sebuah hadiah besar nantinya. Bukankah Tuhan tidak akan memberikan sesuatu pada umatnya sebelum umatnya berusaha dan bertahan?' ucap Sia agar Renjana tidak berpikiran buruk mengenai tuhannya.
'Kamu jangan pernah meragukan Tuhan yang kamu percayai, nanti Tuhanmu kecewa,' lanjut Sia dengan sebuah senyuman tulus yang ia berikan untuk Renjana.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ √ ] AMERTA ¦ Ft Huang Renjun
Fanfiction"....Amerta berarti abadi, sama seperti takdir tuhan untuk Renjun" "Pa? Renjun mau makan malem bareng papa lagi boleh?" Menceritakan kepahitan hidup yang ditakdirkan pada Huang Renjun, putra haram dari sang ayah membuat Renjun harus merasakan pahitn...