.
.
Dengan pakaian milik Chandra, Renjana memilih untuk kembali bekerja dengan berjalan kaki untuk pergi ke Restoran Gyojijjang. Pikirannya masih melayang pada keluarganya yang sedang porak poranda. Renjana harus mengumpulkan uang secepatnya untuk pergi ke desa di mana ibu kandungnya tinggal dan bertemu dengan saudari kembarnya.
Hasil yang ia peroleh dari olimpiade hari ini adalah lima juta dan akan dibagi menjadi tiga untuk dirinya, Dafa, dan Cahaya. Setidaknya Renjana harus menunggu hingga bulan depan untuk mendapatkan gaji dari Cafe Namsan dan Restoran Gyojijjang selama sebulan untuk mencari ibu dan saudarinya.
Tin tin!
Sebuah klakson mobil berhasil menghentikan pe-rjalanan Renjana yang hampir saja menyerempet tubuh kecilnya. "Sepertinya aku harus meminjam sepeda umum lagi," geming Renjana pada dirinya sendiri.
Renjana melanjutkan kembali perjalanannya sambil menyusuri pandangannya ke sekitar jalanan, di mana biasa banyak sepeda umum terparkir. Di seberang jalan, Renjana mendapati seorang gadis yang tengah menuntun sepeda dengan sebuah buket bunga di keranjang sepeda-nya. Dengan sedikit berlari, Renjana lalu me-nyebrangi jalan untuk menghampiri gadis itu.
Puk puk puk!
Renjana menepuk pelan bahu gadis itu, membuat sang empunya berbalik badan secara reflek.
'Renjana!' kaget gadis itu ketika Renjana telah berdiri di belakangnya.
'Apa yang kamu lakukan di tengah malam seperti ini, Sia?' tanya Renjana pada gadis yang ternyata adalah Sia.
'Aku membantu kakek itu tutup toko,' ujar Sia sambil menunjuk sebuah kedai kelontong di belakangnya dan Renjana.
'Sekarang pulanglah, ini sudah malam!' ucap Renjana meminta Sia untuk segera pulang, karena hari yang se-makin larut.
'Kudengar kamu ikut olimpiade, bagaimana hasil-nya?' tanya Sia pada Renjana saat keduanya mulai ber-jalan beriringan.
'Tidak buruk,' ucap Renjana
Dengan gerakan tiba-tiba, Renjana menyingkirkan poni pendek milik Sia yang berhasil menarik perhatian Renjana sejak tadi.
"Kamu terluka?" tanya Renjana tiba-tiba, namun karena Renjana menggunakan bahasa suara, Sia hanya terdiam memperhatikan gerak gerik mulut Renjana.
'Kamu tunggu di sana sebentar!' ucap Renjana pada Sia sambil menunjuk sebuah bangku yang terletak tak jauh dari mereka berdiri.
Renjana meninggalkan Sia di sana, dengan me-nuruti perintah Renjana, Sia lalu memarkirkan sepedanya dan duduk di kursi yang Renjana tunjuk. Sia memper-hatikan orang-orang yang lalu lalang dengan kegiatan masing-masing, ada yang sibuk berbicara melalui telepon, ada yang sibuk bercengkrama dengan pacarnya, dan banyak lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ √ ] AMERTA ¦ Ft Huang Renjun
Fanfiction"....Amerta berarti abadi, sama seperti takdir tuhan untuk Renjun" "Pa? Renjun mau makan malem bareng papa lagi boleh?" Menceritakan kepahitan hidup yang ditakdirkan pada Huang Renjun, putra haram dari sang ayah membuat Renjun harus merasakan pahitn...