.
.
Chandra terlihat tergesa menyusuri setiap koridor rumah sakit untuk mencari sesosok pria yang berstatus-kan sebagai ayah kandung seorang Audatama Renjana.
"Paman, Renjana!" ucap Chandra panik ketika ia menemukan sesosok yang ia cari tengah terduduk di salah satu kursi tunggu. Chandresh yang mendengar itu secara spontan berlari bersama Chandra untuk kembali ke ruangan yang ditempati putranya.
Chandresh masuk ke dalam ruangan yang tengah mengalami keributan, di mana putranya berteriak tak tenang sambil menangis. Dengan bantuan para perawat dan dokter, Renjana berhasil ditaklukkan dengan obat penenang, meski membutuhkan banyak waktu untuk bisa menyuntikkan sebuah cairan penenang ke dalam tubuh Renjana.
"Apa yang terjadi dengannya?" tanya Chandresh panik dan menghampiri dokter yang baru saja menangani putranya.
"Putra anda mengalami depresi karena tekanan yang ia alami. Untuk saat ini, mungkin ia akan sulit dikendalikan, tapi Anda tak perlu khawatir, kami akan melakukan sebaik mungkin untuk menyembuhkan putra Anda," ucap sang dokter sebelum beranjak keluar me-ninggalkan ruangan yang Renjana tempati.
Kenyataan kedua berhasil membuat Chandresh melemas untuk kedua kalinya, setelah sebelumnya ia menerima kenyataan jika putranya mengalami gagal ginjal yang kronis, kini ia harus menerima kenyataan lagi jika putranya tengah mengalami tekanan mental yang kuat hingga membuatnya kehilangan kendali.
Chandresh menatap Renjana yang terlentang sambil membuka matanya tanpa mengatakan apapun, krystal bening terus keluar dari kelopak matanya, namun tak ada ekspresi yang bisa mewakili perasaan anak itu.
Chandra terdiam mendengar apa yang barusan ia dengar dari sang dokter membuatnya, ia tak mampu menahan air matanya yang keluar dari kedua matanya. Sia, gadis itu telah menangis sejak tadi saat ia mendapati Renjana telah sadar, namun yang ia dapatkan adalah reaksi ketakutan yang Renjana berikan. Bahkan Renjana menepis tangan Chandra dan Sia yang berusaha mene-nangkan Renjana. Anak itu terlihat tidak mengenali Sia maupun Chandra yang ada di sekitarnya untuk mem-bantu dirinya.
Chandra keluar dari ruangan milik Renjana untuk menenangkan dirinya sendiri. Renjana adalah satu-satunya teman yang mengerti dirinya kapan pun itu, sangat menyakitkan jika ia harus merasakan ini meski perasaan Renjana mungkin ribuan kali lebih menyakitkan dari apa yang ia alami saat ini.
"Chandra!" Panggilan itu sontak membuat Chandra yang tadinya duduk di salah satu bangku taman menoleh dan mendapati sang ibu yang telah sampai di rumah sakit setelah mendapatkan kabar dari sang putra tentang kondisi Renjana.
Dengan segera Chandra menghampiri sang ibu dan memeluknya erat, semua air matanya tumpah begitu saja di pelukan sang ibu.
"Eomma, Renjana sakit!" ucap Chandra getir. Ayesa tahu jika sakit yang Renjana alami bukanlah sakit biasa ketika mendapati putranya begitu histeris dengan apa yang telah menimpa Renjana.
"Renjana pasti sembuh, tenanglah!" ucap Ayesa yang membalas pelukan Chandra, mencoba terus menenang-kan Chandra. Chandra masih terus menangis diiringi memori-memorinya bersama Renjana sejak kecil. Kegiatan-kegiatan kecil yang sering mereka lalui bersama
memutar begitu saja bagaikan kaset rusak.
Deandra yang berdiri di belakang sang istri dan putranya ikut memeluk keduanya untuk menenangkan Ayesa dan juga Chandra. Ayesa tak dapat menahan bendungan air matanya ketika putranya menangis dengan rasa sakit yang ia alami dalam hatinya yang membuat Ayesa juga merasakan sakit seperti apa yang putranya alami.
Apa begini rasa sakit yang Renjana alami setiap harinya?
Rasa sakit yang begitu menyakitkan hingga menyesakkan dada?
Rasa sakit yang di ciptakan dari keluarganya sendiri ....
Chandra dengan perlahan melepas pelukan dari sang ibu ketika ia telah tenang dan berhasil mengendalikan emosinya seperti semula.
Chandra beserta kedua orang tuanya memutuskan untuk pulang dan menunda pertemuannya dengan Renjana dan membiarkan Renjana beristirahat dengan ayesaang untuk sementara waktu.
Di sisi lain, Naresh yang yang mendapatkan kabar dari Chandresh langsung segera menghubungi teman-temannya untuk menyusul Renjana di rumah sakit. Tak butuh waktu lama untuk keempatnya berhasil datang dengan kurang dari dua puluh menit untuk sampai di rumah sakit. Dengan segera Janu dan yang lain pergi ke ruangan di mana kamar Renjana berada untuk menemui sahabat mereka yang masuk kembali ke rumah sakit. Namun ...
Brukk!
Arjuna tak sengaja menabrak wanita yang berjalan dengan cepat, membuatnya segera membantu gadis itu.
"Sia?" panggil Naresh ketika ia mendapati Sia hampir saja terjatuh ketika bertabrakan dengan tubuh giant yang dimiliki oleh Arjuna. Sia yang menyadari keempat teman Renjana tengah berada di depannya segera menuliskan sesuatu di sebuah buku note kecil yang selalu ia bawa kemanapun gadis itu pergi.
"Renjana menghilang, bantu aku mencarinya di sekitar rumah sakit!"
Tulisan yang Sia tuliskan membuat keempatnya berpencar mencari keberadaan Renjana yang dinyatakan hilang. Janu kembali ke lantai bawah untuk mencari keberadaan Renjana, Arjuna mencoba mencari Renjana di lantai bawah yang lain, sedangkan Naresh dan Sia memilih untuk mencari Renjana di lantai atas.
Rumah sakit yang memiliki tujuh lantai itu berhasil membuat kelimanya kewalahan mencari keberadaan Renjana yang ada di antara banyaknya orang yang tengah berada di rumah sakit itu.
Tujuan mereka satu-satunya saat ini adalah lantai paling atas, di mana sebuah rooftop ada di sana. Dengan segera, mereka segera membuka sebuah pintu rooftop rumah sakit itu ada di balik pintu kaca yang terlihat jarang terjamah oleh manusia. Dengan segera Naresh dan kelimanya segera membuka pintu itu dengan kasar. Hembusan angin mulai menerpa wajah mereka ketika Janu berhasil membuka pintu itu dengan sempurna.
"RENJANA!!" Jovan berteriak dan berlari menghampiri seseorang yang dengan lalainya tengah berdiri di ujung rooftop. Jovan menarik lengan pria yang diduga adalah Renjana, membuat tubuh Renjana terjatuh di atas tubuh Jovan.
Naresh membantu Renjana untuk bangkit. Dengan tatapan kosong, Renjana menepis bantuan Naresh dan beranjak berdiri kembali di ujung rooftop. Matanya terpejam menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya, membuat keempatnya kembali menarik Renjana untuk menjauh dari pinggiran rooftop.
"Renjana kehilangan ingatan dan kesadarannya, karena depresi yang alami saat ini."
Naresh terdiam ketika membaca tulisan Sia yang membuatnya menggeleng tak percaya dan segera meng-hampiri Renjana yang masih menatap kosong depannya.
"JANA, SADAR!" Naresh menggoncangkan tubuh Renjana yang terlihat seperti patung hidup dengan tatapan kosong. Naresh menunduk lemas.
Janu, Jovan, dan Arjuna masih menatap keduanya dengan tatapan tak percaya. Baru kemarin mereka melihat Renjana tersenyum pada mereka dengan sedikit candaannya saat dalam perjalanan pulang ke rumah seusai terapi hemodialisis yang Renjana lakukan.
Naresh memeluk Renjana, mencoba menenangkan dirinya sendiri dan juga Renjana, Arjuna ikut memeluk keduanya, membuat satu persatu dari mereka ikut memeluk satu sama lain.
Kita udah sama-sama dari kecil, kita harus laluin ini bersama sampai nanti, karena kita adalah teman ....
KAMU SEDANG MEMBACA
[ √ ] AMERTA ¦ Ft Huang Renjun
Fanfiction"....Amerta berarti abadi, sama seperti takdir tuhan untuk Renjun" "Pa? Renjun mau makan malem bareng papa lagi boleh?" Menceritakan kepahitan hidup yang ditakdirkan pada Huang Renjun, putra haram dari sang ayah membuat Renjun harus merasakan pahitn...