AMERTA 9

52.6K 9.6K 1.6K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Pagi ini Nara disibukkan dengan mengobrak-abrik dapur milik Renjana untuk memasak sayuran yang baru saja ia beli di pasar. Tanpa paksaan dari Renjana, Nara mulai memasak beberapa olahan dari sayuran dan daging dari uang yang Renjana berikan pagi ini pada Nara untuk membeli makanan jika Nara lapar—makanan di kulkas tidak membuatnya nyaman—namun, Nara memilih membelanjakan uang yang Renjana berikan untuk mem-beli beberapa sayuran dan daging untuk mereka.

"Siwoo, makanan siap!" teriak Nara yang sibuk menata makanan di atas meja. Renjana yang baru saja mandi segera menghampiri meja dan duduk di salah satu kursi.

"Muka lo, kok, pucet?" tanya Nara ketika melihat raut wajah Renjana yang memucat, namun Renjana yang tak merasakan ada yang salah dengan tubuhnya hanya menggeleng.

"Gua sehat, sama makasih makanannya," ucap Renjana setelah menyuapkan sesuap sop ke dalam

mulutnya.

"Ga perlu, lagian uangnya dari lo," balas Nara jujur yang juga sedang memulai makan paginya.

"Siwoo, lo sekolah?" tanya Nara di sela makannya pada Renjana.

"Udah lulus, lo?" Bohong Renjana, lalu menanya-kan balik pada Nara pasal sekolahnya Nara.

"Besok masuk, untungnya gua dapet bantuan uang dari pemerintah buat bayar sekolah, jadi buat biaya sekolah gua ga perlu mikirin itu," balas Nara menjelas-kan mengenai sekolahnya.

"Habis ini gua mau cari kerja, kalo ada apa-apa di sini, telepon gua!" minta Renjana yang mengeluarkan secarik kertas berisi nomor telepon milik Renjana. Setelah selesai makan pagi, Renjana segera mengambil topi dan juga tas hitam yang sering ia pakai.

"Dan jangan sentuh barang-barang gua, ngerti?" peringat Renjana sebelum Renjana keluar menuju pintu.

"Iya,"

Renjana keluar dari toko yang menjadi rumahnya kini dengan setelan jeans dan hoodie abu-abu. Nara lalu menyimpan makanan yang tersisa ke dalam kulkas untuk jam makan siang nanti.

Tok tok tok!

Sebuah ketukan pintu membuat Nara mematikan kran wastafel untuk menjeda kegiatan mencuci piringnya

dan segera membukakan pintu.

"Apa ada yang ter—oh, Bibi!" Kalimat Nara tiba-tiba berubah ketika menyadari orang yang mengetuk pintu tersebut bukan Renjana, melainkan tiga orang ibu-ibu yang bertemu dengan nya semalam.

"Ayo, silahkan masuk!" ucap Nara mempersilakan ketiga tetangga barunya itu untuk duduk di kursi. Hwan Su yang datang dengan membawa sepiring kue beras, lalu meletakkannya di tengah-tengah antara mereka.

"Aku membawakan kue beras untukmu," ucap Hwan Su sambil menepuk-nepuk bahu Nara pelan.

"Lalu, di mana pria semalam?" tanya He In yang menyadari tidak adanya pria yang semalam bertemu dengannya bersama Nara.

[ √  ] AMERTA ¦ Ft Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang