Jeongguk sampai di apartement tepat pukul delapan pagi. Malamnya ia habiskan bersama Seora tentu saja. Wanita itu benar-benar tidak membiarkannya pulang tadi malam. Tapi, entah kenapa Jeongguk menikmati waktunya bersama Seora. Padahal mereka hanya menghabiskan waktu dengan menonton film dengan ditemani oleh sekotak pizza.
Apartement milik wanita itu juga bukan tempat yang sangat nyaman, sedikit berntakan dengan beberapa potongan baju yang berserakan di lantai dari ruang tengah hingga kamar. Namun eksistensi wanita itu membuat Jeongguk ingin tinggal lebih lama lagi.
Alhasil, dirinya bermalam di kamar Seora, wanita yang baru ia temui dua kali.
Jeongguk meletakkan sepatunya di rak. Lampu di sepanjang lorong menyambut kedatangannya. Dirinya berjalan dengan lemas, karena jujur, tubuhnya juga lelah. Menyanyian tiga lagu lalu disusul dengan agenda 'kencan' bukanlah kegiatan yang ringan.
Harapannya, ketika Jeongguk berjalan memasuki apartement, kehadiran Taehyung akan menyambutnya. Tapi kali ini, ruangan yang didominasi warna abu-abu muda itu nampak kosong. Tidak menunjukkan keberadaan seseorang.
Dapur juga tidak berisik. Karena biasanya, Taehyung akan membuat sarapan sederhana jam segini.
Menghela napas, Jeongguk lantas melempar tubuhnya ke sofa. Berbaring dengan bantal sebagai alas kepalanya. Tangannya sudah mengambil ponsel dari dalam saku, menampilkan ruang obrolan dan pesan terakhir yang pacarnya kirim. Rasa bersalah langsung bersarang dihati Jeongguk. Sudah bisa dipastikan lelaki itu marah dan mengungsi ke apartement Jimin.
Karena frustasi, Jeongguk memilih untuk menelpon Taehyung. Dirinya tersenyum tipis ketika nada sambung terdengar. "Halo?."
Tubuh Jeongguk sontak terduduk. "Dimana?."
"Lagi sama Jimin." Suara Taehyung terdengar agak serak, membuat Jeongguk mengernyitkan dahinya.
"Kenapa gak bilang gue kalau mau pergi?."
"Memangnya lo bilang kalau mau pergi semalaman?."
Perkataan Taehyung langsung membuat Jeongguk terdiam. Tangannya lantas mengusak rambut hitamnya. Merasa bersalah sekaligus frustasi disaat yang bersamaan.
"Oke, gue minta maaf." Jeongguk menghembuskan napasnya kasar. "Sekarang pulang, ya?."
"I-iya. Gue bilang Jimin dulu."
━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━
Sekitar satu jam setelahnya, pintu apartement berbunyi. Nampaklah sosok Taehyung dengan berbalut kemeja berwarna maroon dan celana hitam ketat. Ia berjalan masuk melewati lorong dan langsung dihadapkan dengan ruang tengah.
Taehyung kira, pacarnya itu sudah berganti pakaian menjadi lebih santai. Nyatanya, yang lihat adalah Jeongguk yang masih menggunakan pakaian manggungnya semalam sedang tertidur pulas di sofa. Jujur, amarah Taehyung langsung luntur begitu saja.
Dengan langkah pelan, Taehyung mendekati lelaki itu. Menatapnya sendu dengan perasaan yang campur aduk. Amarah, kecewa, juga perasaan sakit yang lainnya. Namun, ketika menatap kondisi Jeongguk yang seperti ini, membuatnya tidak tega.
Maka, Taehyung memilih mendudukan bokongnya pada celah kecil yang tersisa pada sofa dan mengusap kepala lelaki itu, menyingkirkan helaian rambut yang menutupi dahi. Hal itu tentu saja membuat Jeongguk menggeliat. Taehyung berjengit ketika tubuh Jeongguk bergeser mendekat ke arahnya, terbaring miring dengan menggenggam telapak tangannya.
Dan saat itu juga airmata Taehyung jatuh. Dirinya bingung. Semalam, Jeongguk terlihat bergairah sekali saat mencium wanita itu, namun sekarang lelaki itu bertingkah seakan tidak ingin membiarkan Taehyung pergi. Isakan kecil itu akhirnya membuat Jeongguk membuka matanya.
Alangkah terkejutnya Jeongguk ketika hal pertama yang ia lhat adalah Taehyung yang sedang menunduk dengan pundak bergetar, ditambah dengan isakan kecil yang benar-benar mengikis hatinya.
"Taehyung!." Jeongguk sontak mendudukan tubuhnya dan meraih pundak Taehyung.
"Hei, kenapa nangis?." Tanya Jeongguk halus. Tangannya menyentuh pipi Taehyung dan membawa wajah itu mendongak.
Hanya gelengan kepala yang Jeongguk terima. "Gue minta maaf, ya. Jangan nangis lagi."
Jeongguk benar-benar berubah menjadi sosok yang lemah jika sudah dihadapkan dengan Taehyung yang menangis.
"Sayang, jangan nangis."
Dibawanya tubuh kurus itu ke dalam pelukan. Jeongguk mendekap tubuh itu dengan erat. Tangannya terangkat untuk mengusap kepala Taehyung guna membuat lelaki itu lebih tenang.
Pundak Taehyung kini tidak lagi bergetar, hanya napasnya yang terasa tidak teratur. Jeongguk lalu melepas pelukan hangatnya, menatap Taehyung dengan senyuman manis.
"Maaf, ya." Ucap Jeongguk pelan, mengusap pipi Taehyung halus.
Taehyung akhirnya mengangguk kecil dan memberanikan diri untuk menatap lelaki yang berada di hadapannya tepat di mata. "Tapi lo belum cobain kukis buatan gue."
Ekspresi Taehyung yang cemberut membuat Jeongguk tertawa kecil. Dirinya akhirnya mengecup bibir tebal itu halus. "Maaf, ya. Mana kukisnya?. Sini gue coba."
Taehyung memang pada dasarnya bodoh. Berlagak baik-baik saja, seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal, sudah jelas, rasa sakit yang menyerangnya benar-benar nyata. Pelukan Jeongguk kini terasa berbeda. Aroma lelaki itu seakan bercampur dengan aroma tubuh orang lain. Bahkan Taehyung tidak lagi mengetahui apa tujuan Jeongguk meminta maaf.
Sekarang, Taehyung hanya bisa berharap semoga ia segera menemukan jalan keluar dari semua ini.
Brengsek sama bego di jadiin satu. Cocok wkwk.
Thank you for reading, I love you<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Kissed | Kv
FanfictionJeongguk memang bodoh. Dia telah berjanji dengan Taehyung untuk tidak nakal saat pergi ke club. Namun nyatanya, ia malah berakhir mencium seorang wanita asing malam itu. Dan masalah tidak tidak berhenti sampai disitu. Kinda inspired by Katy perry, I...