18

4.5K 337 19
                                    

"Taehyung, gue minta maaf."

Lirih Seora dengan wajah memelas. Taehyung berdiri di depannya nampak santai dengan senyuman tipis yang masih menghiasi wajahnya. Mereka memilih berbicara serius berdua di kamar Taehyung, total meninggalkan Jeongguk di luar bersama Jimin dan Namjoon. Berdoa saja lelaki itu tidak mendapat ceramah lagi.

Taehyung menghela napasnya, menatap Seora tanpa amarah sama sekali. "Gue tau lo orang baik, Seora. Kalo lo udah tau dari awal, lo pasti udah tolak Jeongguk."

"Tapi gue merasa bersalah." Ucapnya lagi.

"Lo gak salah, kok. Jeongguk aja yang brengsek." Taehyung memutar bola matanya ketika menyebut nama lelaki brengsek itu.

Seora lalu balas menatap Taehyung was-was. Keadaan mereka yang sedang berdiri berhadapan di depan pintu membuat suasana semakin tegang, walaupun Taehyung masih terlihat biasa-biasa saja. Tapi, itu malah membuat Seora takut jika tiba-tiba Taehyung meledak begitu saja. Karena jujur, ia juga tidak tahu bagaimana harus menyikapi skenario rumit ini.

"Tapi, kenapa waktu lo bilang lo Cuma 'roommate'?

"Ya, karena Jeongguk mau gue pergi. Gak mungkin kalo gue masih ngaku sebagai pacar dia."

"Dia yang minta lo pergi?."

Taehyung mengangguk santai.

"Astaga, Tae. Gue minta maaf."

Permintaan maaf lagi-lagi keluar dari mulut Seora. Bahkan, Seora yang nampaknya lebih merasa bersalah daripdaha sang tersangka utama. Taehyung sampi harus menahan emosinya di depan Seora. Di otaknya kini hanya ada keinginan untuk melempar tubuh Jeongguk dari balkon apartement sekarang juga.

"Jangan minta maaf lagi." Ucap Taehyung sedikit tajam.

Seora lantas terkekeh kikuk. "Jeongguk udah gue maki-maki tadi dimobil. Giliran lo."

"Gue bingung mau maki-maki gimana. Capek." Taehyung juga ikut terkekeh.

Seora mengangguk lalu menghela napasnya. "I'm sick of bi man."

"What?." Kedua alis Taehyung menyatu.

"I'm so sick of bi man." Ulangnya dengan jelas.

"No, Seora. No." Tegas Taehyung.

"It's just a stigma that has been circling in the bi community since a long time. Jeongguk selingkuh karena dia brengsek, bukan karena dia bi. Siapapun bisa selingkuh kalo dia brengsek. Jangan mikir gitu lagi, oke?."

Seora akhirnya mengangguk, kepalanya tertunduk. "Maaf."

"It's alright. Gue Cuma gak mau lo mikir aneh-aneh setelah ini."

━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━

Seora pergi meninggalkan apartement Jimin beberapa menit yang lalu. Meninggalkan Taehyung dan Jeongguk yang sudah duduk berhadapan di meja makan. Segelas cokelat panas berada di genggaman masing-masing untuk menghanagtkan diri. Pasalnya, langit tiba-tiba mendung dan turun hujan yang begitu derasnya.

Awalnya hanya keheningan yang mengisi ruang di antara keduanya. Suara rintik hujan yang menghantam tanah membuat Jeongguk sadar bahwa moment ini nyata. Taehyung benar-benar duduk dihadapannya. Walaupun dengan raut wajah yang berbeda dari biasanya, kehadiran Taehyung tetap membuat hati Jeongguk menghangat.

"Katanya mau ngomong. Ayo, cepetan."

Tubuh Jeongguk sontak menegang. Sumpah demi tuhan, Taehyung dalam mode serius adalah salah satu hal paling menakutkan didunia. Jeongguk saja sampai segan untuk menatap lelaki itu.

"Gue salah. Gue main di belakang, gue khianatin lo. Maaf. Sekarang gue menyesal." Ucap Jeongguk pelan. Tanpa menatap Taehyung, matanya terus menatap sisa cokelat panasnya di gelas.

"Gue masih sayang lo. Lo... masih sayang gue?."

Mendengar itu, Jeongguk sontak mendongak. Menatap Taehyung yang ternyata juga sedang menatapnya. "Gue masih sayang lo, Tae."

"Terus kenapa lo—gue gak negrti sama lo. Katanya lo sayang gue. Lo ngomong gitu setiap malam, setiap pagi, bahkan di chat juga. Gue kira lo beneran sayang gue, Jeongguk."

"Gue sayang lo Taehyung. I truly love you."

Mata taehyung mulai bergetar, sementara telapak tangannya mengenggam kuat gelas dengan kuat. "Lalu Seora?. Dia gak mungkin ada diantara kita kalo lo sayang gue."

"Gue—gue juga gak tau." Ucap Jeongguk, frustasi. Tangannya terangkat unruk mengacak rambutnya kasar. Kini kepala Jeongguk terjatuh di atas meja, tepat di balik lipatan tangannya.

"Sekarang apa?."

Jeongguk menggeleng, masih mengubur kepalanya di lipatan tangan. "Do I deserve a second chance?."

Taenyung mengernyitkan dahinya. Suara Jeongguk tidak begitu terdengar jelas.

Karena tidak mendapat tanggapan, Jeongguk lantas mengangkat kepalanya. Menatap Taehyung dengan penuh keseriusan. "Do I deserve a second chance?."

Taehyung diam, masih menutup rapat mulutnya.

"Tae?."

Taehyung akhirnya menghela napas, membuang pandangannya sekilas lalu kembali menatap Jeongguk jengah.

"Yes, everybody deserves it. But not now, Gguk. Not today, not tommorow, not next week, not next month, or even next year."

"Okay..." Lirih Jeongguk, hilang harapan.

"Perbuatan lo sendiri yang buat gue gak percaya lagi."

"Maaf."

"Lo boleh pulang." Ucap Taehyung pada akhirnya.

Dan, ya, Jeongguk-pun pergi, tanpa mengucapkan sepatah kata lagi. Hanya pelukan ringan yang taehyung berikan sebelum Jeongguk melangkahkan kakinya keluar apartement. Lengan Taehyung total melingkar di leher Jeongguk dengan erat. Sementara Jeongguk membalas pelukan itu dengan menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher Taehyung, menghirup aroma yang membuatnya rindu hingga tidak bisa tidur.

Dalam hati, Jeongguk berharap agar pelukan ini bukan yang terakhir kali. Dan diam-diam Taehyung juga mengharapkan yang sama, walau masih ragu dengan perasaanyan sendiri.













Hey yall, Im back.
Gguk, Tae, sama Seora dah damai nih. Kira- kira gguk sama tae bakal balikan gak ya? hehe

Chapter ini gak panjang sih. But I hope you enjoy~

Thanks for reading, love youuu<3

Kissed | KvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang