23

4K 302 11
                                    

Tumpukan alat masak dan alat makan terlihat mengenaskan di wastafel cuci piring. Jeongguk benar-benar meninggalkan benda-benda itu dalam keadaan kotor. Yang ia khawatirkan hanya Taehyung saat ini.

Setelah membuatkan masakan simple berupa ayam dengan saus bawang putih, Jeongguk menyaksikan Taehyung memakan makanannya. Walau dengan lemas, lelaki itu masih bisa makan dengan lahap. Dan jangan lupa sebuah senyuman yang membuat hati Jeongguk total menghangat.

Piring yang digunakan itu lalu bersih, tak bersisa sama sekali. Taehyung suka rupanya. Tanpa berlama-lama lagi, Jeongguk segera mengambil alih piring tersebut dan meletakannya di tempat cucian. Dirinya lalu kembali ke ruang tengah, melihat sosok Taehyung yang kembali menyender lemas di sofa.

Maka dari itu, Jeongguk dengan berhati-hati menuntun tubuh Taehyung untuk berbaring di kamar.

"Gguk, mau kemana?." Suara Taehyung terdengar lesu sekali.

Jeongguk yang sudah berdiri diambang pintu dengan membelakangi Taehyung mau tidak mau membalikan tubuhnya lagi, menatap Taehyung dengan raut wajah halus.

"Pulang. Lo tidur, ya?."

Kepala Taehyung menggeleng cepat. Ia lalu berusaha menegakkan tubuhnya. Melihat itu, Jeongguk segera mendekat dan menahan tubuh Taehyung agar tetap dalam posisi terdidur.

"Jangan pulang."

"Tapi lo harus istirahat, Taehyung."

Taehyung terdiam, menatap Jeongguk tepat dimata. "Disini aja."

"Emangnya lo gak emosi liat muka gue?." Jeongguk duduk di tepi tempat tidur, tepat di sebelah tubuh Taehyung.

"Sedikit." Sebuah tawa kecil keluar dari mulut Taehyung. "Tapi karena lo ganteng hari ini jadi gapapa."

Reaksi Jeongguk? Tentu pipi lelaki itu langsung memerah hingga ketelinga. Tangannya lantas bergerak untuk mencubit pipi tembam Taehyung yang juga ikut tertawa kecil.

"Cie, baper."

"Iya, maaf."

"Kok minta maaf?."

Jeongguk kembali tersenyum. "Pengen aja."

"Ish, gak jelas."

"Makasih."

"Apaan, sih?. Aneh banget. Sini, tiduran di sebelah gue."

Senyumannya sontak hilang, diiringi dengan bola matanya yang melebar. Bolehkan ia?.

"Boleh?."

Taehyung mengangguk antusias, mengabaikan sakit yang menyerang kepalanya. "Boleh!. Cepat naik."

Maka selanjutnya, Jeongguk dengan ragu naik ke tempat tidur lewat sisi yang lain. Ditariknya selimut putih itu dan menyamankan diri di bawahnya, tepat di sebelah Taehyung. Kini, bahu mereka saling bersentuhan di atas tempat tidur. Membawa sebuah perasaan aneh ke diri masing-masing.

"Sekarang tidur." Ucap Jeongguk, masih dengan posisi duduk sambil bersandar. Matanya menatap Taehyung yang berbaring.

"Gak bisa."

"Dicoba dulu, tutup matanya."

Namun Taehyung masih saja membuka lebar matanya, tidak menunjukan tanda-tanda ingin tidur. Jeongguk lantas menghela napasnya. Dari dulu, Taehyung dalam kondisi sakit adalah salah satu moment yang paling Jeongguk hindari. Sebab lelaki itu akan berubah menjadi rebel dan manja dalam seketika.

Karena jengah dengan Taehyung tidak mau menutup matanya, Jeongguk akhirnya punya ide. Ia lalu membuka jaket kulitnya dan meletakannya di lantai. Menyisakan kaus putih yang membungkus tubuh kekarnya. Taehyung tentu melihat itu, tapi memilih untuk tetap diam walau jantungnya mulai berulah.

Dengan tiba-tiba, Jeongguk mengangkat tubuh Taehyung dan membawanya ke dalam dekapan hangat. Kedua lengan Jeongguk total melingkari tubuh kurus Taehyung dengan erat. Taehyung sontak menutup matanya karena terkejut dengan apa yang terjadi. Di tengah kondisi jantungnya yang berdetak cepat, Taehyung mengangkat tangannya untuk mencengram kaus Jeongguk erat.

Jeongguk memeluknya.

Aroma tubuh lelaki itu langsung memasuki indra penciuman Taehyung. Detak jantung Jeongguk juga terdengar dengan jelas. Entah apa yang keduanya rasakan saat ini. Yang jelas, perasaan lega itu sempat menyelimuti diri mereka masing-masing.

"Gue tau lo harus dipeluk dulu baru bisa tidur."

Taehyung masih diam.

"Maaf, ya, kalo lancang."

Suara Jeongguk terdengar berbisik tepat di atas kepala Taehyung, membuat bulu kuduknya mendadak naik.

"Jangan marah, ya. Maaf, gue brengsek."

"Ggukie..."

Kedua mata Taehyung terbuka, bersamaan dengan tangannya yang mendorong tubuh yang ada di hadapannya menjauh. Taehyung menatap Jeongguk tepat di mata dengan bola mata yang juga bergetar. Tanpa berpikir panjang, Taehyung menerjang Jeongguk dengan pelukan erat yang tentu membuatnya terkejut bukan main.

Jeongguk lantas tersenyum, membalas pelukan itu tak kalah erat. Tangan kanannya kini mengusap lengan Taehyung yang melingkar di sekitar area pundaknya.

"Gue sayang lo, Tae."

"Gue sebenarnya masih marah sama lo. Tapi kenapa lo selalu datang?. Kenapa juga gue selalu datang ke lo?. Gue gak mau percaya lagi sama lo, tapi gak bisa, Gguk!."

"Maaf, Taehyung, maaf." Jeongguk beralih mengusap kepala Taehyung yang bersembunyi di ceruk lehernya.

"Gue juga sayang lo, brengsek."

Sebuah senyuman miris terbit di wajah Jeongguk. "Gue kangen lo."

"Lo kira gue gak?. Gue juga kangen banget sama lo." Ucap Taehyung sedikit teriak, namun kali ini suaranya mulai bergetar.

"Maaf, ya." Kata maaf itu kembali terucap.

"Jangan pergi."

"Iya, gue disini."

"Pokoknya lo harus tetap disini sampai gue bangun."

Jeongguk lalu semakin mendekap tubuh kurus itu. "Gue gak pergi, Tae."

"Janji, ya?. Jangan bohong."

"Iya, sayang, iya."




















Hawwo, Im back.
Aku kalo update memang sukanya tengah malem begini. Selain alasan gak bisa tidur, aku suka aja ngeliat notif besok paginya. Kalian vote dan comment itu bener-bener make my day guys. Aku seneng kalo kalian vote. Apalagi kalo comment. Aku kadang senyum-senyum sendiri hehe.

Jadi thank you ya yang udah vote atau comment, I love you<3.

Please be happy, you deserve it.

Kissed | KvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang