19

4.5K 333 19
                                    

Kata 'maaf' sudah keluar dari mulut Jeongguk dengan serius. Baik itu permintaan maaf kepada Seora ataupun Taehyung sendiri. Dirinya memang bermaksud atas permintaan maaf itu, bukan hanya semata karena permainannya di belakang sudah terbongkar, tapi karena benar-benar merasa bersalah. Pelukan yang Taehyung berikan kemarin siang, total membuat Jeongguk lemas bagai dihantam sesuatu yang besar.

Pelukan hangat itu seakan memberitahunya untuk berhenti, jangan mencoba untuk memulai lagi, setidaknya untuk sekarang dan waktu dekat. Pelukan itu juga Jeongguk rasakan seperti pelukan selamat tinggal. Dan dirinya benar-benar tidak bisa mengenyampingkan fakta bahwa seseorang yang ia lepas adalah seseorang seperti Taehyung.

Bodoh.

Maka sepulang dari apartement Jimin, Jeongguk hanya terdiam di atas tempat tidurnya dengan posisi telentang dan pandangan menatap langit-langit kamar. Pikirannya hanya berisi Taehyung, Taehyung, dan Taehyung. Terutama bagaimana ia harus melanjutkan semua ini tanpa kehadiran Taehyung disampingnya. Rumit. Jeongguk sampai ragu.

But, life goes on, right?.

Begitu pula dengan Taehyung. Selepas Jeongguk pergi, waktunya ia habiskan untuk berpikir. Merenungkan apa yang telah terjadi. Dan menurutnya, berpisah seperti ini adalah jalan yang terbaik. Biarkan diri mereka masing-masing untuk merenungkan semuanya dan menemukan waktu yang tepat untuk kembali.

Bukan berarti Taehyung tidak menginginkan Jeongguk lagi, hanya saja semua butuh waktu. Perasaannya masih sakit saat ini, dan Jeongguk mungkin saja masih dilanda perasaan bersalah dan penyesalan yang berlebih saat ini. Biarkan diri mereka masing-masing untuk lebih dewasa untuk kembali.

Hari ini, tepatnya hari selasa. Hari yang baru setelah senin yang suram. Ajaibnya, baik Taehyung dan Jeongguk sama-sama memilih untuk tidak masuk kuliah kemarin. Jimin, Namjoon, Mingyu, dan Eunwoo sampai mencari-cari keberadaan dua lelaki itu di kampus.

Namun hari ini nampaknya berbeda, Taehyung keluar dari kamarnya dengan wajah sumringah. Jimin yang sedang menuangkan susu ke dalam mangkuk serealnya di depan konter dapur sampai terheran-heran. Tidak seperti orang yang habis putus katanya. Bahkan ketika Namjoon datang ke apartement, Jimin langsung mengadu.

Dengan segala kelucuannya, Jimin menarik Namjoon untuk bersembunyi di balik tembok dapur guna melihat Taehyung yang sedang memakan sarapannya dengan senyuman.

"Kak, kok gue takut, ya?."

Dan Namjoon hanya menggelengkan kepalanya, karena jujur ia juga heran.

Ketika sampai di kampus, Taehyung masih senantiasa memasang wajah bahagianya di depan semua orang. Untungnya, Jeongguk berada di gedung lain. Jadi dirinya tidak perlu melakukan aksi hindar-menghindar.

Jika itu yang terjadi dengan Taehyung, berbeda dengan Jeongguk. Lelaki itu benar-benar memasang wajah datar sepanjang hari. Sosok yang tadinya sudah terlihat begitu brengsek, hari ini adalah puncaknya. Jeongguk terlihat begitu tampannya namun juga sangat brengsek. Eunwoo bahkan sampai takut dengan aura temannya itu.

Pada akhirnya, Jeongguk memilih untuk pulang. Walaupun masih ada satu kelas tersisa. Moodnya total hancur ketika ia melihat sosok Taehyung yang sedang tertawa lepas di salah satu meja kantin kampusnya. Taehyung sedang bersama Jimin dan Namjoon saat ini.

Kondisi Taehyung yang terlihat baik-baik saja membuat Jeongguk marah sekali. Bagaimana lelaki itu terlihat baik-baik saja setelah semuanya. Masih bisa tersenyum dan tertawa dengan bebas, sementara dirinya, bersosialisasi saja susah. Jujur, semuanya terasa sulit tanpa kehadiran Taehyung.

Jeongguk frustasi. Dan ini bahkan baru dua hari. Kenapa semua terasa begitu sulit. Berbeda dengan Taehyung yang sudah bisa mengembalikan dirinya ke kondisi semula, dimana tidak ada hal buruk terjadi. Kenapa ia tidak bisa seperti Taehyung?. Apakah ini akibatnya?. Jeongguk bagai ditelan oleh rasa penyesalannya sendiri saat ini.

Mengapa Taehyung begitu baik?. Mengapa Taehyung tampak dengan mudah keluar dari semuanya?.

Jeongguk butuh Taehyung.

Malamnya, beberapa botol alkohol kosong terlihat tergeletak begitu saja di lantai kamar Jeongguk. Sementara sang empu sedang duduk beralaskan lantai dengan tubuh bersandar di tempat tidur. Sebotol minuman keras yang masih tersisa setengah berada di tangan kanannya. Kebiasaan buruknya kembali. Mabuk dikala kalut seperti ini.

Sebelumnya, Jika Jeongguk merasa kalut seperti ini, Taeyung yang akan datang dan menemaninya sepanjang malam hingga tidak tidur sama sekali. Bagaimana Jeongguk melupakan itu semua. Hingga sebuah senyuman simpul terbit di wajahnya.

"Jeongguk!. Astaga lo ngapain!?."

Malam itu Taehyung baru saja pulang dari kerja kelompok. Sementara Jeonggu, ia sudah sampai di apartement sejak sore. Harinya buruk sekali. Presentasi kelompoknya gagal total dan ceramah dari dosen-pun tidak bisa dihindari. Ditambah lagi dengan pertengkarannya dengan Eunwoo yang sangat hebat hari itu. Benar-benar kacau.

Dan ketika Taehyung membuka pintu kamar, hal yang pertama ia lihat adalah Jeongguk yang sedang duduk dilantai sembari meminum sebotol minuman keras dengan rakusnya. Dengan segera Taehyung rampas botol itu dari tangan Jeongguk. Lelaki itu sontak mendongakkan kepalnya, menatap Taehyung yang nampak terkejut bukan main.

"Sayang, gue pernah bilang, kan, jangan minum kalo lagi suntuk. Ada gue disini."

Taehyung lantas ikut terduduk di hadapan Jeongguk, meletakkan botol itu jauh dari jangkauan Jeongguk. Tangannya bergerak untuk meraih kepala Jeongguk dan meletakkannya di pundak.

"Hari ini berat, ya?." Suara Taehyung halus sekali, berbisik tepat di samping telinga Jeongguk. "Mau cerita?."

Kepala Jeongguk menggeleng dan Taehyung tersenyum. Tangannya tidak berhenti mengusap belakang kepala lelaki itu guna menghantarkan kenyamanan.

"Tapi jangan minum, ya?. bahaya untuk tubuh lo kalo terlalu banyak."

Jeongguk mengangguk lemas. Tangannya lalu bergerak merain tangan Taehyung yang bebas. Di genggamnya telapak tangan itu dengan erat. "Mau peluk sampai pagi."

Mendengar itu, Taehyung kembali tersenyum. "Iya, Ggukie, iya."

Jeongguk tersenyum bagai orang gila dengan kepalnya yang mendongak ke arah langit-langit. Dirinya sudah high saat ini. Botol yang tadinya berada di genggaman, kini sudah jatuh dan menggelinding entah kemana setelah kata-kata Taehyung yang melarangnya minum di kala suntuk.

Ya, memang sebesar itu pengaruh Taehyung di hidup Jeongguk. Namun, semuanya harus berubah di akibatkan oleh kebodohannya sendiri.














Hai hai,
Haru ini aku bisa update lagi. Chapter sedikiiiiitt lebih panjang dari yang kemarin.

Hope you enjoy, yaaa.
Thanks for reading, love you so matchaa<3

Kissed | KvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang