9

4.8K 400 66
                                    

"Gue mau ngomong sama pacar lo. Sekarang juga."

Apartement Jimin seketika hening. Hari hampir malam, matahari baru akan tenggelam di arah barat. Ketika kehangatan dari matahari perlahan lenyap, kehangatan di antara tiga manusia itu juga ikut lenyap. Tadinya, Taehyung berencana untuk menceritakkan semuanya pada Jimin. Tapi, berhubung Namjoon juga ada disana, dirinya mau tidak mau juga harus menceritakkan semuanya pada lelaki itu.

Dan Namjoon-pun juga sudah mengetahui bagaimana brengseknya Jeongguk ketika mencium wanita asing itu di atas panggung. Jadi, tidak apa-apa juga juga Taehyung menceritakan apa yang telah terjadi. Namun, ia tidak menyangka akan berankhir seperti ini.

Namjoon ingin berbicara dengan Jeongguk?. Hell no. Taehyung tidak mau menyaksikan pergulatan diantara keduanya.

"Lo yakin, kak?. Tau sendiri, kan, kalo pacar gue kepalanya batu banget."

Kepala Namjoon mengangguk. Baik Jimin maupun Taehyung sama-sama dapat menyaksikan bagaimana kerasnya raut wajah lelaki itu. posisi duduk dengan kaki terbuka lebar juga membuat auranya semakin kuat. Jimin yang biasanya berani menganggu, kini hanya diam di sebelah Taehyung.

"Pacar lo itu keras kepala, rebel, brengsek pula. Bisa-bisanya lo mau sama dia." Ucap Namjoon ketus.

"Gue juga mau kali kalo Jeongguk nembak gue." Jimin tiba-tiba berbicara. Tatapannya kosong dan datar.

"Heh!."

Jimin lalu mendongak, menatap Namjoon jahil. "Jeongguk ganteng, hot, kaya lagi."

"Dia mainnya juga enak, Jim." Taehyung tiba-tiba menyahut. Membuat keduanya bertatapan dan terkekeh.

Namjoon?. Dia hanya memutar bola matanya malas. Bertanya-tanya kenapa dua lelaki di depannya itu malah berlomba-lomba untuk memuji Jeongguk, yang jelas brengseknya.

"Tapi brengsek. Percuma."

Mendengar itu, tentu saja Taehyung mengangguk. Bibirnya perlahan melengkung ke bawah. Dalam satu sisi, Jeongguk memang sempurna. Namun, disisi lain, lelaki itu juga punya sisi negatif. Dan sisi yang paling meresahkan adalah sisi brengseknya.

Jeongguk sadar ia punya pesona yang kuat. Semua orang juga tahu itu. Tapi, yag membuat Taehyung marah, pacarnya itu seolah menggunakan kekuatan pesonanya untuk menarik semua jenis manusia yang menarik.

"Gue gak mau putus, Kak." Rengek Taehyung dengan raut putus asanya.

Melihat itu, Jimin langsung sigap merangkul pundak Taehyung dan mengusapnya perlahan. "Sayangnya Jimi jangan nangis."

"Jim, gue mau pulang ke rumah mama aja, boleh?."

"Taehyungie mau pulang?. Boleh. Nanti Jimi anter, oke."

Melihat itu, Namjoon sontak tersenyum. Ia sadar bahwa cinta dan kasih sayang tidak hanya datang dari seorang kekasih. Ada banyak bentuk kasih sayang yang dapat diri kita dapatkan jika kita menyadarinya.

━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━

Jam menunjukan pukul sembilan ketika bel pintu apartement berbunyi. Namjoon yang kebetulan sedang mengecek tanaman bonsainya di ruang tengah langsung menoleh. Dirinya lalu melangkah menuju pintu dengan santai. Setelah mengintip dari lubang pintu, Namjoon sontak terkejut.

Masih peduli, rupanya.

Dengan begitu, Namjoon membuka pintunya. Dan begitu pintu terbuka, wajah khawatir Jeongguk langsung menyambutnya.

"Hai, kak. Taehyung ada disini?."

"Gak ada."

Mata Jeongguk lalu membulat terkejut. "Hah?. Beneran?."

"Kalo ada memangnya kenapa?. Setelah dengan brengseknya lo tinggalin dia buat selingkuh, lo kira gue akan biarin lo ketemu Taehyung."

Jeongguk terdiam sebentar, kepalanya tiba-tiab serasa dihantam sesuatu.

"Tapi, kak-

"Biarin pacar lo disini dulu. Biar Jimin yang urus Taehyung."

"Gue mau ketemu Taehyung. Sebentar aja. Please, kak." Ucap Jeongguk memohon.

Apakah Namjoon membiarkan Jeongguk?. Tentu tidak, tidak semudah itu. Namun sebelum tangan Namjoon menutup pintu, suara seseorang membuat keduanya menoleh ke dalam.

"Gukkie?."

Namjoon lantas menghela napasnya, dirinya lalu menyingkir dari ambang pintu dan melangkah menjauh dari sana. Membiarkan dua manusia itu bertemu.

"Tae?." Jeongguk memanggilnya dengan raut wajah khawatir, membuat Taehyung tidak tega dan memilih melangkahkan kakinya mendekat.

Walau dengan amarah yang membuncah, Taehyung tetap tidak tega saat melihat wajah khawatir itu.

"Kenapa baru muncul sekarang?."

"Maaf."

"Maaf aja terus."

Jeongguk menghela napasnya berat. Tangannya terangkat untuk meraih pundak Taehyung, namun sayangnya langsung ditepis. "Sayang, gue ada perlu tadi. Maaf, ya."

"Perlu apa?. Sama siapa?."

Dan Jeongguk terdiam dengan mulut terbuka. Sungguh dirinya juga bingung akan menjawab apa. Tidak mungkinkan kalau bilang selingkuh secara terang-terangan.

"Tuh, kan. Gak bisa jawab. Pulang aja sana."

"Lo harus ikut pulang."

"Gak. Besok pagi gue mau pulang ke rumah mama."

"Gue ikut." Ucap Jeongguk dengan nada tegasnya.

"Gue sama Jimi, lo disini aja."

"Oh, jadi lo lebih milih Jimin?."

Taehyung terkekeh. "Jelas. Lo siapa?. Jimin sahabat gue dari kecil."

"Oke. Gak usah cari gue lagi setelah ini. Beresin semua barang-barang lo yang ada di apart. Lo masih bisa tinggal bareng Jimin, kan?."

Kata-kata yang keluar dari mulut Jeongguk sempat membuat Taehyung terdiam. Sakit hati?. Tidak usah ditanya. Dunianya sudah terasa runtuh secara perlahan saat ini.

"Fine, kalo itu yang lo mau. Setelah gue balik dari rumah mama, gue beresin semua barang gue."

Setelah itu, Taehyung benar-benar membanting pintu apartemt dengan kuat. Ketika ia tidak dapat melihat wajah Jeongguk lagi, tangisannya lantas pecah. Bersamaan dengan tubuhnya yang luruh, Taehyung merasa sakit hati yang amat hebat.

Sementara Jeongguk, ia belum beranjak dari sana. Masih terdiam dengan raut wajah kaku, tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakannya.














Aku suka sebel kalo ada yang selingkuh, terus dia yang sok merasa paling tersakiti.

Thankyou buat yang udah baca, Love you<3

Kissed | KvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang