22

4.2K 313 5
                                    

Matahari memang belum menunjukan seluruh wujudnya di ufuk timur sana, tapi ajaibnya lelaki bernama Jeongguk itu sudah bangun sejak setengah jam yang lalu. Mungkin efek dari tidak tidur terlalu malam, pikirnya. Dan ia akui bahwa bangun di pagi hari memang lebih menyegarkan daripada bangun ketika matahari sudah mencapai puncak.

Ditambah dengan jadwal yang cukup padat hari ini. Kelas pagi?. Terdengar biasa bagi Jeongguk. Tapi entah kenapa kelas pagi selalu menjadi musuh terbesarnya. Apalagi sejak tinggak sendiri belakangan ini, semuanya menjadi lebih susah.

Move on, kata Taehyung. Jeongguk selalu mengingat kata-kata itu. Perlu diperhatikan disini maksud dari perkataan Taehyung yang itu. Jeongguk tahu bahwa Taehyung tidak menyuruhnya untuk 'move on' soal perasaan, melainkan untuk 'move on' dari pola hidup yang ia lakukan sebelumnya. Alias pola hidup merusak.

Maka, ketika Jeongguk melangkahkan kakinya keluar dari unit apartement, ia berusaha untuk mempertahankan senyum simpulnya, menyapa tetangganya, bahkan beberapa satpam yang sedang berjaga.

Pokoknya hari ini harus lebih bahagia, itu kata Jeongguk dalam hati.

Namun, sepertninya rencanya itu gagal. Ketika ia hendak berjalan masuk ke dalam sebuah kedai kopi langganan, matanya tidak sengaja menangkap sosok Taehyung yang juga sedang memesan kopi di kasir. Senyumnya yang sedari tadi mengembang, seketika luntur.

Tubuh Jeongguk langsung kaku dan jantungnya berdetak cepat. Berusaha mengabaikan eksistensi Taehyung, Jeongguk berjalan menuju kasir, berdiri tepat di belakang Taehyung. Sambil menunggu Taehyung selesai, matanya tidak bisa mengalihkan pandangannya dari punggung yang berlapis cardigan cokelat muda itu.

Kedai kopi ini memang sudah menjadi langganan Jeongguk dan Taehyung sejak tahun pertama kuliah dulu. Lokasinya yang memang dekat dengan kampus menjadi alasan utama. Dan jeongguk dengan bodohnya datang ketika sudah tahu bahwa Taehyung juga akan datang.

"Iya, terima kasih." Itu suara Taehyung.

Taehyung-pun berjalan menjauh, tanpa menyadari keberadaan Jeongguk sama sekali. Mata Jeongguk awalnya sempat mengikuti gerak Taehyung yang berjalan menuju sebuah meja untuk menunggu pesanan, tapi dirinya langsung tersadar ketika sang kasir memanggil namanya.

"Kak Jeongguk?. Tumben gak bareng kak Tae." Tanyanya dengan kekehan kecil, melirik sosok Taehyung yang sudah duduk manis di mejanya sekilas.

Udah putus. Jeongguk hanya bisa ikut terkekeh kikuk. "Iya, nih."

"Oh." Wanita itu tersenyum. "Kalo gitu mau pesen apa, kak?."

Untungnya wanita itu tidak bertanya lebih, beruntungnya Jeongguk. Setelah itu, Jeongguk menggeser tubuhnya sambil memasukan dompet ke dalam saku.

"Gguk?."

Jeongguk sontak mendongakkan kepalanya. Matanya membulat seketika. Taehyung baru saja memanggilnya. "H-hai."

Sialan, canggung sekali.

Taehyung tersenyum, mengisyaratkan Jeongguk untuk duduk bersama dengan tangannya. Dengan begitu, Jeongguk berjalan menuju meja tersebut dan duduk di hadapan Taehyung.

"Pagi banget?." Tanya Taehyung, masih mempertahankan senyum manisnya.

"Sengaja. Mau mampir kesini dulu soalnya."

"Udah sarapan?."

Jeongguk menggeleng. "Belum."

"Kenapa belum!?." Suara Taehyung meninggi.

"Gak mau aja."

"Nanti siang jangan lupa makan ya."

Kepala Jeongguk lagi-lagi mengangguk. "By the way, Tae. Semalam gue tel-

"Gguk, udah dulu, ya. Nama gue di panggil. Dadah."

Tubuh Taehyung seketika bangkit dan berjalan cepat mengambil pesanannya di konter. Jeongguk mengikuti pergerakan lelaki itu dari mengambil pesanan, berjalan menuju pintu keluar, hingga memasuki sebuah mobil yang ia yakini sebagai mobil Namjoon di area parkir.

Dan Jeongguk sontak terdiam, masih menatap mobil yang masih terparkir disana. Apa yang barusan terjadi?.

━━━•❅•°•❈•°•❅•━━━

Tepat pada jam dua belas siang, Taehyung sudah sampai di apartement. Berhubung tidak ada kelas lagi, maka ia memilih untuk pulang saja. Alasan lain yang membuatnya pulang lebih awal juga karena kepalanya mendadak pusing. Tubuhnya juga ikutan lemas. Perasaan tadi pagi masih baik-baik saja.

Dengan begitu, Taehyung memilih untuk berbaring di kamarnya. Pakaian yang ia pakai ke kampus masih melekat sempurna ditubuh, karena malas mengganti. Untungnya, berbaring membuat rasa pusing di kepalanya berkurang.

Namun ditengah kegiatan berbaringnya, Taehyung dibuat naik pitam karena ponselnya berbunyi, menandakan ada sebuah panggilan masuk.

"Anjir, siapa, sih?."

Taehyung meraih ponselnya yang tergelatak di nakas. Ia sontak menegakkan tubuhnya dan menatap layar ponsel itu seksama.

'Ggukie' tertera disana. Tidak ada pilihan lain selain mengangkat, Taehyung sudah cukup banyak mengabaikan panggilan dari lelaki itu semalam. Maka, kali ini Taehyung menggeser tombol hijau dengan ragu.

"Halo?."

"Taehyung?." Jeongguk terdengar antusis di seberang sana.

"Hai, kenapa telfon?."

"Suara lo kenapa?. Kok serak?. Lo sakit, ya?."

Taehyung memejamkan matanya sejenak. "Gak tau, Gguk."

"Apa yang lo rasain sekarang?."

"Pusing, lemas."

"Gue ke apart. Tunggu bentar."

"Eh?. Gguk, gak perlu." Taehyung lantas panik.

"Gue kesana."

Dan yang Taehyung tahu setelah itu adalah Jeongguk sudah menekan bel apartement berulang kali dengan tergesa-gesa. Taehyungpun segera membukakan pintu untuk lelaki itu. Ketika pintu terbuka dan mereka sudah berdiri berhadapan, Taehyung menyadari raut wajah khawatir Jeongguk yang membuat hatinya total menghangat.

"Muka lo pucat banget." Ucap Jeongguk, berjalan masuk dan membiarkan Taehyung menutup pintu.

"Taehyung, lo udah makan siang?."

Taehyung menggeleng lemas.

"Ayo makan, gue yang masak."

Jeongguk lalu menarik tangan Taehyung dan membawanya untuk duduk di sofa. Taehyung sempat terkejut awalnya, tapi sayang tubuhnya terlalu lemas untuk melakukan apapun. Telapak tangan Jeongguk menyentuh dahi Taehyung, ingin mengetahui suhu tubuh lelaki itu.

Sebuah umpatan keluar dari mulut Jeongguk ketika menyadari bahwa suhu tubuh Taehyung sangat panas. "Lo pokoknya jangan kemana-mana. Duduk atau tiduran aja disini."

Taehyung membalasnya dengan sebuah anggukan. Sementar Jeongguk sudah beranjak menuju dapur dan sibuk dengan masakannya. Dari sofa, Taehyung menatap pergerakan Jeongguk dengan seksama. Bagaimana lelaki itu menyiapkan semua bahan dan mulai memadukannya, bahkan dengan kondisi jaket kulit kesayangannya masih melekat ditubuh.

Tanpa disadari, senyuman Taehyung sudah mengembang di wajahnya yang memerah.














Hey yall,
Tae dan Gguk balikan gak nih??? Hehehe
Btw, gguk tuh lebih jago masak daripada tae. Jadi tae juga sebenernya oke-oke aja klo gguk mau masakin.

Hope you enjoy this chapter, love you so matchaaa<3

Kissed | KvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang