32. Perjalanan Mereka

94 26 1
                                    

Relax and enjoy. Jangan terburu-buru bacanya, oke? Happy reading! 💜

────────────────
R E B E L L I O N

.

.

.

Semuanya sudah dikomandokan oleh Sakala. Mereka semua sudah berada di helikopter milik L'emons dan akan segera meluncur ke Indonesia.

Karena perbedaan waktu yang terbilang lumayan jauh─ 7 jam, maka mereka pergi ketika malam hari. Lebih tepatnya pukul 8 malam waktu London. Dengan perkiraan waktu 15 jam perjalanan mereka menuju Jakarta, tapi bisa saja perjalanan mereka akan sedikit lebih cepat atau bahkan lebih lambat.

"Berangkat dan kemudikan helikopternya sekarang!" Sakala memerintahkan semua pilot dengan menggunakan hologram yang menempel di tangannya.

Fungsi hologram yang digunakan Sakala adalah Walkie-talkie versi canggih. Bentuknya tidak seperti dahulu, kini benda itu telah disederhanakan semaksimal mungkin agar mudah dibawa kemana-mana.

Suara baling-baling helikopter terdengar secara bersamaan. Semuanya sudah mendengar perintah dari Sakala dan mulai mengemudikan helikopter yang akan menuju Jakarta.

"Test! H-2 kepada Capt. Andregax di H-1, masuk!"

Suara itu terdengar dari tangan kanan Sakala. Dengan cepat, Sakala pun langsung mendekatkan tangannya itu menuju mulutnya. "Andregax di sini. H-2 tetap laporkan dan berikan semua informasi yang akan mulai terlihat ketika kita mencapai Indonesia."

"Baik, Kapten!"

Suara itu sudah tidak terdengar. Sakala mengalihkan pandangannya kepada dua orang yang duduk di belakangnya dengan aman.

"Persiapkan senjata kalian mulai dari sekarang. Kita gak akan tau apa yang sudah menanti kita di depan sana," ujar Sakala kembali memandang ke arah depannya.

Abinra dan Sagala mengangguk, keduanya langsung memasang peluru serta beberapa senjata canggih lainnya. Mempersiapkan semuanya seperti perintah Sakala.

Helikopter mereka mulai menelusuri langit malam London, semuanya nampak gelap walau sudah diberi lampu oleh beberapa helikopter di depannya.

Mereka semua berharap supaya rencana kali ini tidak akan ada yang menghalangi. Brian sudah mengurus pemerintah setempat dan sudah berkomunikasi dengan pemerintah di Indonesia secara virtual.

Entah kekuasaan apa yang Brian miliki, tapi itu berhasil. Lelaki itu telah membuat pemerintah London maupun Indonesia bekerja sama dengannya.

Nafas Abinra sedari tadi terasa sangat berat. Hari yang ditunggu mereka semua akhirnya tiba. Hati Abinra kembali terbebani dengan bayangan beberapa orang akan mati karena hal ini.

Tangan gadis itu sedikit bergetar, matanya pun melotot dengan tatapan kosong. Nafasnya terasa sesak. Namun, Sagala langsung menggenggam tangan adiknya itu dan mengelusnya untuk memberi sedikit semangat miliknya.

"Bin, jangan goyah. Semuanya ada di depan mata kita." Sagala menundukkan kepalanya, mencoba untuk bertatapan dengan mata milik Abinra.

REBELLION (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang