22

32 5 0
                                    

"Aku sayang papa, cepat jadi papa ku ya" Luwy mencium pipi Panji dan meninggalkan kamar nya.

"Segera sayang segera" ucap Panji di saat Luwy sudah meninggal kan kamar nya.

.
.
.

Panji keluar dari kamar Luwy dan sekarang masuk ke kamar Lucas yang berada di sebelah kamar Luwy.

Tok tok tok

Panji mengetuk pintu kamar itu, tidak berselang lama pintu itu pun terbuka menampilkan wajah dingin nya Lucas.

"Boleh papa masuk?" Panji meminta izin Lucas untuk masuk.

Lucas membuka pintu itu lebar dan berjalan kembali ke meja belajar nya tanpa menghiraukan Panji yang telah duduk di tepi tempat tidur nya.

"Kamu sedang apa?" Panji mencoba memulai percakapan.

"Belajar" Lucas menjawab tanpa mengalihkan tatapan nya dari buku.

"Ada Pr ya?" Panji mencoba bertanya lagi.

"Hmm"

"Papa.." ucapan Panji terpotong karena tiba tiba Lucas berseru "papa kesini mau ngapain sih? Papa mau bela mama, karena udah ingkar janji? Kalau iya sebaiknya papa keluar"

Lucas itu tergolong cukup cerdas di usia nya yang masih tujuh tahun ini sudah membuat diri nya dewasa sebelum saat nya.

"Lucas tidak boleh berbicara seperti itu, apa lagi itu mama mu sendiri" ucap Panji.

"Iya aku tau, tapi dengan selalu mengingkari janji apa aku tidak boleh marah" tampak jelas di wajah Lucas bahwa dia amat marah dan kecewa dengan Davi.

"Iya kamu boleh marah sama mama tapi tidak boleh berbicara seperti itu" Panji menasehati Lucas bahwa ucapan nya itu tidak baik.

"Sekarang Lucas minta maaf sama mama" pinta Panji kepada Lucas.

"Tidak sekarang, aku masih tidak mau bertemu dengan mama" Lucas kembali lagi dengan buku nya.

"Dan sebaik nya papa pulang, karena sudah malam hati hati di jalan" ucap Lucas tanpa mau melihat Panji.

"Okelah kalau begitu papa pulang dulu ya" Panji beranjak dari duduk nya berjalan kearah Lucas dan mengelus kepala anak itu lalu berjalan keluar dari kamar Lucas.

Saat sudah di luar Panji berjalan ke arah tangga dan itu dia pasti melewati kamar Davi, sebelum pulang dia ingin berpamitan terlebih dahulu.

Di depan pintu kamar Davi terdapat banyak tulisan tangan disana, kata kata yang dulu pernah mereka utarakan di pintu ini.

Best friends for ever
By Davi

Panji jelek, bau busuk
By Keana

Genandra homo
By Panji ganteng

"Apaan lu ngatain gue homo, mau ngajak ribut lu!" Seru Genandra.

Dan masih banyak lagi kenangan di pintu ini.

Panji mengetuk pintu itu tapi sebelum sang pemilik kamar itu membuka pintu mata Panji tertuju pada satu kalimat yang berapa di pojok bawah pintu ini.

Sekeras apa pun badai melanda kami tak akan terpisah.
By Keana

"Apa yang kau tulis?" Tanya Davi.

"Sebuah jimat untuk kita" Keana tersenyum menatap sahabat sahabat nya.

"Tapi bada itu telah membuat kita terpisah" ujar Panji.

Pengorbanan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang