23

37 7 0
                                    

Saat mereka tiba dirumah sakit Resta dan beberapa suster telah bersiap di depan pintu masuk.

Adam langsung membaringkan Cia di bangkar dan segera mereka membawa Cia ke UGD.

"maaf semua kalian harus menunggu diluar" ucap Resta.

"Aku mohon selamat kan Cia, Resta" Nana meminta kepada Resta untuk menyelamatkan cucu nya.

"Kamu tenang aja Na, Cia juga cucu ku jadi pasti aku akan menolong nya" Resta segera masuk ke dalam UGD.

Mereka terkulai lemas di kursi tunggu, melafalkan doa supaya malaikat kecil mereka tidak kenapa napa.

"Ini semua salah ku!" Adam meninju tembok rumah sakit ini dan menyalahkan diri nya atas apa yang di alami putri nya saat ini.

Sena segara menghampiri Adam dan memeluk suaminya itu "mas, jangan seperti ini kamu tidak sana yang salah aku, coba saja aku tidak meninggalkan ponsel ku dirumah pasti ini semua tidak akan terjadi" Sena menyalahkan diri nya.

"Tidak sayang jangan menyalahkan diri mu, maaf kan aku" Adam memeluk erat Sena.

"Mas putri kita baik baik saja kan mas, aku takut" Sena sangat takut.

"Pasti sayang pasti putri kita akan baik baik saja" Adam menenangkan Sena.

"Kalau terjadi apa apa pada nya aku tidak akan memaafkan diri ku sendiri mas" tangis Sena pecah dan tubuh nya gemetar hebat.

Nana dan Keana menghampiri Sena dan memeluknya memberi kekuatan kepada Sena.

"Sudah sayang jangan menangis lagi" Nana mengelus punggu Sena.

"Mama Cia pasti baik baik aja kan ma" Sena menatap mertua nya itu dengan sedih.

"Pasti" Nana meyakin kan Sena bahwa Cia tidak apa apa.

"Iya mbak Cia pasti baik baik saja, percaya lah" Keana juga ikut menyemangati Sena.

Tak berselang lama Resta keluar dari dari UGD berbarengan dengan Cia yang masih tidak sadar kan diri.

"Cia kenapa, mom" Adam yang bertanya lebih dulu.

"Cia tidak apa apa, tidak ada yang serius pada fisik nya kalian tenang saja, Cia akan di pindah kan keruang inap" Resta menjelaskan.

"Alhamdulillah" semuanya mengucapkan syukur kepada allah.

"Tapi, seperti nya dia sedikit terguncang, apa terjadi sesuatu?" Resta bertanya karena dia melihat tanda tanda itu pada Cia saat pemeriksaan tadi.

"Cia melihat kami berdua bertengkar mom" Adam menjawab pertanyaan Resta.

"Aku tidak tau apa yang menyebabkan kalian bertengkar tapi tolong jangan di depan Cia, itu bisa berdampak buruk dengan masalah psikolog nya" Resta memberi nasehat kepada kedua suami istri itu.

"Iya mom, terima kasih" Adam mengucapkan terima kasih kepada Resat.

"Iya sama sama, itu udah kewajiban mommy menolong siapa pun termasuk kelurga mom sendiri" Resta menepuk pundak Adam dan mengelus kepala Sena.

"Makasih ya Res, kalau enggak ada kau aku enggak tau harus gimana" Nana juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat nya itu.

"Iya sama sama, ya udah aku pamit dulu ya soal nya masih ada jadwal operasi nanti aku akan melihat perkembangan Cia, permisi" Resta meninta izin untuk undur diri karena dia masih ada jadwal operasi yang harus dia lakukan.

Mereka berjalan menuju kamar inpa VVIP dirumah sakit yang di khusus kan untuk keluarga pemilik rumah sakit ini.

Fyi semua keluarga besar Panji berprofesi sebagai dokter, Daddy dan Mommy nya adalah seorang dokter penyakit dalam. Dikarena kan Panji tidak berminat di bidang yang sama dengan keluarga nya, jadi lah dia yang di beri tanggung jawab untuk mengurus perusahaan sang mendiang kakek, ayah dari Erik Daddy nya Panji. Hanya kakek nya lah satu satu nya pebisnis di keluarga besar mereka, yang awal nya perusahaan menjadi tanggung jawab nya Erik sekarang jadi tanggung jawab Panji karena Erik mau fokus dengan urusan rumah sakit nya saja bersama istri tercinta nya Resta.

Back to topic

Mereka semua menunggu Cia sadar dari obat bius nya, sambil melafal kan doa supaya si malaikat kecil ini cepat sadar.

Tok tok tok

"Assalamualaikum" ada beberapa orang yang mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam, mari masuk" mereka mempersilahkan tamu nya masuk.

"Kenapa kami baru di kabari kalau Cia masuk rumah sakit?" Windy bertanya kepada Nana.

Ya yang datang kerumah sakit adalah sahabat sahabat dari kedua orang tua mereka.

Mereka seperti sudah terikat satu sama lain, kalau satu ada masalah semua nya datang saling membantu, itu sudah mereka lakukan sejak mereka masih duduk di bangku SMA dulu.

"Kau tanya kan saja pada anak mu itu" Nana kembali berucap dingin dan datar.

"Ada Adam? Pasti terjadi sesuatu kan? Kalau tidak ada, tidak mungkin mama mu yang bisa dibilang tidak pernah marah itu akan berucap seperti itu" Windy bertanya kapada Adam.

"Cia melihat aku dan Sena berdua bertengkar, Bun" ucap Adam.

"Ini sebenar nya salah aku, aku lupa ponsel ku tertinggal di kamar dan lupa meminta izin mas Adam untuk ketemu sama teman kuliah ku" Sena menjelaskan sembari menunduk memainkan jari nya abstrud.

Gibran menatap Nana dan Nana tau apa arti dari tatapan Gibran itu.

"Adam bisa kita bicara sebentar" Gibran mengajak Adam untuk berbicara keluar.

Saat Gibran dan Adam keluar Davi, Panji dan si kembar datang untuk menjenguk Cia tak selang beberapa detik masuk lah Genandra.

"Nena.." Luwy dan Lucas berlari menghampiri Nana dan langsung memeluk Nana.

"Cucu Nena yang mengemaskan" Nana memeluk keduanya sekaligus.

Genandra menghampiri Keana yang berdiri di dekat jendela, dan saling melempar senyuman. Itu tidak luput dari mata semua orang disini.

"Kalian?" Tanya Davi menatap Genandra dan Keana bergantian.

Mereka berdua tidak menjawab tapi angukkan kepala cukup menjawab pertanyaan yang ada di kepala mereka.

"Alhamdulillah" mereka sangat bersyukur mengetahuinya.

"Kalian nyolong star ya! Is" Davi menggerutu dan langsung melayang kan tatapan tajam kepada Panji.

"Kenapa?" Panji menjawab dengan polos nya.

"Harus aku lagi gitu yang nembak kau ha?! Sekarang kau lah yang duluan" Yap dulu bukan Panji yang menyatakan cinta terlebih dahulu tapi Davi yang mengutarakan dan menembak duluan.

Panji yang melihat Davi kesal tersenyum kecil, Panji berjalan menghampiri Davi "I Love You" bisik Panji dan itu sukses membuat pipi Davi merah seperti kepiting rebus.

Luwy yang melihat wajah mama nya merah seketika berteriak "mama wajah mama kenapa merah" dan itu sukses membuat semua orang yang ada di ruangan ini tertawa.

"Gak dapat jawaban nih, ya udah" Panji pura pura merajuk dan itu membuat Davi segera menarik lengan kekar Panji.

"Is enggak sabaran banget sih, Love You too" Davi langsung memeluk Panji dan Panji juga membalas pelukan nya dengan erat.

Mereka bertepuk tangan dan haru melihat dua pasang sejoli ini kembali bersatu.

Tapi tanpa mereka sadari ada yang terus mengamati wajah Cia yang sedang memejamkan mata nya. Dia mengelus pipi tembem kepunyaan Cia.

"Kapan kau bangun nya sih gadis galak" ujar nya sedikit cemberut.



080121
TBC

Pengorbanan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang