21 || Target: Pelacur & Jacob

609 68 0
                                    

⚠️WARNING⚠️
Terdapat adegan kekerasan fisik di part ini. Jika tidak kuat, skip aja. Jangan tiru adegan kekerasan di part ini.
___

Instagram : @jilsighn
Instagram khusus wattpad : @wattpad.sisi
Yok follow gaes, biar bisa berteman di sosmed.

Sebelum baca vote dulu yaaa!

Udah vote? Harus udah ya!

Okay, selamat membaca!

*****

Aku berlari dengan Kely entah ke arah mana. Sementara Luke dan Ardolph, kedua laki-laki itu berpisah dengan kami. Sengaja. Kami memang sengaja melakukan hal ini. Biar saja para polisi bodoh itu pusing, aku, bahkan kami sedikit pun tidak peduli. Aku terus mengikuti arah jejak Kely yang ada di depanku dengan jarak yang tidak terlalu jauh denganku, pandanganku sesekali mengarah ke belakang melihat para polisi bodoh yang sedang mengejarku dan Kely.

Empat orang. Para polisi bodoh itu menatapku saat aku melihat ke belakang. Dan tadi, aku sempat melihat salah satu dari mereka menatapku dengan seringainya dan salah satu dari mereka menatapku dengan lekat. Oh sungguh, aku tidak peduli dengan tatapannya, tapi meski memang ada yang aneh dari tatapannya.

Pikiranku langsung menduga-duga jika Luke dan Ardolph tengah di kejar oleh enam orang polisi. Aku tahu karena aku sempat melihat ada sepuluh polisi yang menuju club sial itu. Sialan, mereka menang banyak. Aku akan menghabisi para polisi bodoh itu dengan sehancur-hancurnya. Oh double shit! Kenapa di saat seperti ini aku mengingat Bryan? Seharusnya aku tidak mengingatnya, karena itu semua hanya dulu dan tidak akan pernah terjadi lagi. Meski nanti jika aku akan mengalami hal seperti ini sendiri, aku yakin Bryan tidak akan ada, karena malam itu Bryan mengatakan jika pertemuan kita berakhir di malam itu. Tapi aku pastikan, aku tidak akan pernah di posisi kesusahan.

“Kau siap dengan mereka?” tanya Kely menatapku. Meski di tengah-tengah berlari, aku dapat mendengar perempuan itu terkekeh pelan saat menanyakan itu.

Aku hanya menunjukkan seringaiku padanya. Dan Kely langsung tahu maksudku, perempuan itu ikut menyeringai dan mengangguk pertanda mengerti.

“Di depan sana, siap-siap,” kata Kely, lagi. Kedua tangannya mulai bersembunyi di balik saku sweternya dan aku yakin jika dia sedang menggenggam senjatanya.

Aku yang melihat itu langsung menutup kepalaku dengan tudung sweter kemudian kedua tanganku menggenggam erat-erat kapak dan pisau yang ada di balik saku sweterku. Malam ini—ah bukan, jam tiga pagi hari ini, aku dan SchattenKiller menghabiskan waktu dengan menghilangkan para manusia yang tidak berguna. Di akhiri dengan para polisi bodoh itu, emm, tidak buruk juga.

Aku dan Kely langsung berhenti di tempat yang sepi dan tentu saja di tempat yang tidak ada CCTV nya. Aku menatap para polisi bodoh itu yang masih jauh dengan seringai yang masih tercipta di bibirku ini. Namun tidak lama aku menoleh pada Kely sekilas saat perempuan itu mulai berbicara.

“Kau urus dua polisi yang ada di sisi kiri, aku akan mengurus yang lainnya.” Tepat saat itu juga aku langsung melihat jika Kely melangkahkan kakinya menjauh dariku. Dan aku pun melihat dua orang polisi yang langsung mengikuti arah Kely yang kini perempuan itu berdiri cukup jauh dari posisiku berdiri.

Kini posisiku dan kedua polisi bodoh itu semakin dekat. Kedua tanganku masih setia di dalam saku sweterku dan menggenggam erat-erat kapak dan pisauku. Aku hanya tersenyum jahil menatap polisi yang sedang menatapku tajam sementara yang satu nya lagi terlihat marah padaku.

“Ternyata kau Arabella Brianna, psikopat pecundang itu,” kata polisi yang menatapku tajam. Tangannya merogoh sakunya dan aku bisa menebak, dia sedang membawa pistolnya. “Kita lihat siapa yang akan berakhir di sini.”

DIA PSYCHOPATH [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang