Instagram : @jilsighn
Instagram khusus wp : @wattpad.sisi
Jangan lupa follow akun instagram aku dan akun instagram khusus wattpad, okay?Sebelum baca budayakan vote dulu!
Okay, selamat membaca!
*****
SchattenKiller-Arabella
Ah sial, mood-ku jadi hancur gara-gara mengingat ucapan Bryan tadi. Dari tadi aku hanya merenung, mataku hanya menatap ke luar jendela mobil yang menampilkan sisi jalan yang di padati oleh para manusia dan mengabaikan pertanyaan-pertanyaan dari Kely dan Ardolph-yang masih menyetir mobil.
Bryan muncul tidak tahu situasi. Dia terus berbicara dan memaksaku untuk segera membalas ucapannya saat aku masih mengamati seseorang yang membunuh Momy dan Jessie di dalam kafe itu. Orang itu tidak sendiri. Meski memang duduknya sendiri di kursi yang ia tempati, aku tahu dia tidak sendirian di sana. Ada beberapa polisi yang duduk secara berpisah, entah itu di arah kanan mau pun kiri tapi aku masih bisa menebaknya. Oh... caranya bermain masih amatir. Dan sialnya, kegiatan itu harus terputus karena suara Bryan yang mendadak seperti orang marah.
Aku tidak mengerti. Bryan berbicara padaku dengan langsung membentak dan seperti tidak habis pikir. Aku hanya tetap diam dan tak mengucapkan satu kata pun untuk membalasnya. Mana mau ingin membalasnya, yang ada aku geram sendiri karena perkataannya langsung membuat suasana hatiku jadi buruk.
Bagaimana bisa suara Bryan yang terdengar di kedua telingaku tiba-tiba berbicara seperti ini. "Apa yang kau pikirkan?! Membawa SchattenKiller untuk bersamamu?!" jelas saja aku tersentak dengan perkataannya tadi. Bryan benar-benar menyebalkan. Laki-laki itu tidak ada habisnya untuk membentakku. Dia pikir siapa? Oh... apa aku harus berterima kasih kepada laki-laki itu karena aku menjadi seperti seseorang yang sekarang? Laki-laki itu sepertinya semakin hari semakin semena-mena tapi sialnya, aku butuh informasi darinya.
Dan aku sangat mengingat perkataan selanjutnya dari Bryan yang waktu itu juga membuatku tidak habis pikir. Perkataannya memancing emosiku. Bryan seperti menyuruhku untuk segera membunuhnya.
"Arabella, apa kau bisa meninggalkan SchattenKiller?"
Tentu saja itu adalah hal yang sangat tidak mungkin. Aku mengidolakan SchattenKiller sejak aku masih kuliah dan Bryan tiba-tiba berbicara seperti itu. Laki-laki itu sepertinya sudah mulai gila. Dia selalu menyuruhku seolah-olah hidupku adalah miliknya dan bodohnya aku karena aku selalu menuruti perintahnya. Oh come on, ini hidupku. Hidupku sepenuhnya hak milikku bukan laki-laki itu.
"Arabella, apa yang kau pikirkan?"
Aku langsung tersentak begitu bahuku ditepuk oleh Ardolph yang masih menyetir mobil. Dia menoleh padaku sekilas dengan dahinya yang mengernyit heran. Aku langsung menggelengkan kepalaku beberapa kali kemudian kembali menatap ke arah depan. "Tidak ada. Ini bukan hal yang penting."
"Kau yakin? Tadi aku melihatmu menggeram dan lihat kepalan tanganmu..." refleks aku melihat tanganku yang memang sedang terkepal kuat. Oh sial, aku ingin membunuh seseorang. "apa orang itu yang membuatmu menjadi seperti ini?"
Aku mengernyit membuat Ardolph terkekeh.
"Bukan kah itu sudah pasti kau akan membunuhnya?" kekehan Kely mulai terdengar membuatku baru menyadari siapa orang yang sedang di bicarakan di topik ini. Kekehan nya terdengar mengejek. Baru saja aku heran dengan sifat Kely yang tidak seperti biasanya, tapi ternyata dia kembali ke habitatnya.
"Ya, dia berhutang nyawa padaku dan kematiannya pasti berada di tanganku."
"Aku heran, kenapa kau menunda untuk membunuhnya? Bukan kah kau tidak akan membiarkan seseorang yang membunuh keluargamu hidup dengan tenang? Ku pikir kau terlalu baik padanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA PSYCHOPATH [Completed]
Misteri / ThrillerArabella tak tahu kenapa teman sekampusnya tiba-tiba membully-nya membuat dia merasakan perasaan aneh. Bukan itu saja, Jessie--adiknya pun di bully oleh teman sekolahnya dan lebih parahnya Momy nya mendapatkan perilaku tidak enak dari tetangganya. ...