30 || SchattenKiller

486 54 0
                                    

Udah di part 30 aja^^ Gatau ini chapter nya masih panjang atau bakal beberapa lagi, semoga kalian suka, ya!

Udah follow ig ku belum? Kalo belum, yuk follow, kita temenan di sana.
Instagram : @jilsighn

Budayakan sebelum baca vote dulu, ya!

Oke, selamat membaca!

*****

Schattenkiller—Luke

“Kely, hati-hati, di belakangmu!”

BUGH!

“Oh sial....”

Suara Arabella dari seberang sana mengisi kedua telingaku. Pun dengan suara umpatan Kely dan suara pukulan yang mungkin berasal dari Kely terdengar olehku. Aku hanya diam, begitu pun Ardolph sama-sama diam karena aku tidak mendengar suara dari laki-laki itu.

Aku terus berjalan dengan tenang dan tetap fokus dalam menjalani rencana yang telah kami susun. Sebisa mungkin aku tidak menimbulkan kekacauan untuk rencana ini. Karena, jika aku gagal dalam rencana ini, SchattenKiller akan hancur. Ya, nasib SchattenKiller ada dalam rencana ini. Menang atau kalah, keduanya sangat berpengaruh untuk SchattenKiller.

Dengan kepala menunduk, kini mataku dapat melihat jika di dalam semak-semak yang ada di depan sana ada polisi yang sedang bersembunyi, sedang memerhatikan pergerakanku. Aku lebih menundukkan lagi kepalaku dengan bibirku yang kini menyeringai lebar.

Ini semua tepat seperti apa yang kita rencanakan. Rasanya aku ingin tertawa melihat polisi yang sedang bersembunyi dibalik semak-semak itu sedang menodongkan pistolnya padaku dengan diam-diam. Namun sayangnya, aku mengetahui itu. Kini yang aku lakukan adalah menghilang dari pandangannya, dengan kedua tanganku yang kini memegang kapak dan serpihan beling yang tajam di balik saku sweterku. Aku jadi tidak sabar untuk segera membunuhnya.

Ku rasa, aku berhasil menghilang dari pandangannya. Karena kini, diam-diam aku berjalan untuk berdiam diri di belakangnya tanpa sepengetahuan polisi itu.

“Ke mana dia? Aku yakin tadi dia ada di sana.”

Aku mendengar polisi itu menggeram. Dia tampak kesal karena aku hilang dari penglihatannya. Padahal, aku berdiri tegak tepat di belakangnya yang sedang bersembunyi. “Kau mencariku?” tanyaku, membuat polisi itu langsung menegang. Polisi itu mulai menoleh ke belakang dengan pelan dan waswas, apa lagi wajahnya sangat terkejut. Itu yang kulihat.

“Kau—“

BUGH!

Tanpa menunggu waktu lama, aku langsung menendang wajahnya dengan keras membuat polisi itu terjungkal dan pistol yang dia pegang mulai terlempar ke lain arah. Tidak hanya itu saja, aku mulai menunduk dengan kakiku yang menginjak lehernya membuat mulutnya terbuka lebar kemudian tanganku yang memegang serpihan beling, langsung kuarahkan tepat ke mulutnya sebelum mulut itu mengeluarkan teriakan.

Kedua bola mata polisi itu membola dengan sempurna. Tampaknya polisi itu sedang menahan rasa sakit begitu kakiku yang menginjak tanah kini menginjak mulutnya yang berisi serpihan beling itu. Seluruh wajahnya mulai merah, urat-uratnya menegang begitu juga lehernya yang menegang. Aku hanya terkekeh pelan, usaha polisi yang kini kedua tangannya memberontak tidak ada apa-apanya bagiku. Bodoh! Polisi ini mempunyai otak yang sangat bodoh.

Aku mulai menginjakkan kakiku ke tanah lagi begitu melihat darah keluar dari mulutnya. Polisi itu terpaksa menelan serpihan beling saat aku menginjak mulutnya dan kini lehernya pun mulai mengeluarkan darah. Polisi itu terbatuk-batuk. Aku dapat melihat beling yang lumayan besar dari beling lainnya menembus ke luar dari dalam lehernya. Aku hanya tersenyum puas. Polisi itu terlihat tidak berdaya dengan apa yang terjadi padanya sekarang.

DIA PSYCHOPATH [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang