31

1K 85 6
                                    

H A P P Y   R E A D I N G
Vote Dulu Sebelum Membaca

🍃🍃🍃

"Gue tau lo hebat, berpura-pura baik-baik saja nyatanya tidak."

-Rafa Arion Bagaskara-

🍃🍃🍃

"BANGSAT!"

Bugh

"Athalla," pekik Aleta saat melihat Dimas yang tergeletak dilantai.

"Shit," umpat Dimas memegang bibirnya yang mengeluarkan darah.

Dimas yang tidak terima balas memukul Athalla, dan terjadilah keributan yang membuat beberapa pengunjung kafe menjerit histeris. Aleta yang melihat keributan didepannya merasa takut. Apalagi dia mempunyai trauma masa kecil, ketika mengingat kejadian keributan kedua orangtuanya. Melihat Aleta yang ketakutan membuat Dinda dan Irene langsung memeluk tubuh sahabatnya itu, berusaha menenangkan Aleta yang mulai terisak.

"Athalla udah woy!"

Rafa dan Ardian dibantu oleh para pegawai kafe berusaha memisahkan mereka.

"Athalla udah," Ucap Aleta lirih.

Athalla yang hendak membalas pukulan Dimas langsung terhenti. Memejamkan matanya, mencoba menahan emosi saat melihat gadisnya yang terlihat ketakutan. Dimas yang dibantu pegawai kafe berdiri langsung meninggalkan kafe tersebut tanpa banyak bicara.

Athalla menghampiri Aleta yang berada dalam dekapan kedua sahabatnya. "Kamu nggak papa kan?" Tanya Athalla khawatir.

"Aku nggak papa."

Athalla mengusap pipi Aleta dengan sayang. "Jangan buat aku khawatir."

Aleta menunduk merasa menyesal, "Maaf."

"Ayo pulang."

"Ath..." Aleta menahan genggaman tangan Athalla dengan ragu. Athalla yang menyadari itu, mengusap tangan Aleta yang berada dalam genggamannya.

"Pulang ke rumah gue."

🍃🍃🍃

"Emang nyari ribut tuh orang."

Ardian yang merasa kesal, memukul meja membuat Athalla dan Rafa berjingkrak kaget. Bahkan beberapa orang yang berada di warung tersebut menatap aneh kearah mereka.

Rafa mengelus dadanya, menetralkan rasa terkejutnya. "Kok lo yang sewot?"

"Gue nggak suka aja si anak setan mau nikung temen gue."

"Emang lo temen gue?" Tanya Athalla yang mendapat delikan dari Ardian.

"Anj."

"Pake verb ing dong biar mantep," usul Rafa sambil sesekali menyesap kopi yang tadi dipesannya.

"Nggak boleh dosa, nggak baik."

"Cih sok alim."

"Astagfirullah. Gini nih temen laknat. Temennya mau berubah jadi lebih baik, eh malah dijorokin jadi bangsat lagi."

"Emang itu mah lo nya aja yang nggak kuat imannya."

"Tai sia."

"Aleta gimana Ath?" Tanya Rafa mengingat kejadian sore tadi.

Athalla terdiam. Ingatannya kembali saat Aleta menceritakan tentang masalah yang dihadapinya. Disaat itulah air mata itu tumpah didepannya. Athalla masih merasakan kesedihan gadis itu. Gadis yang pura-pura kuat, padahal hatinya begitu rapuh. Tak terasa Athalla mengepalkan tangannya kuat. Menahan emosi yang perlahan menyelimutinya.

ALETA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang