"Banyakin sabar mumpung stok sabar di toko masih banyak".
-Adinda Clarita-
🍃🍃🍃
Suasana tenang taman menjadi pilihan terbaik untuk Aleta menenangkan diri setelah kejadian di kantin yang membuat dirinya entahlah kesal dengan kakak kelas gila itu atau Athalla yang bisa-bisanya membentak dirinya.
Merasakan bangku yang ditempatinya bergerak Aleta menengok siapa orang yang telah mengganggunya.
"Ngapain Lo?!" sarkas Aleta.
Athalla yang mendapatkan tatapan sinis dari Aleta terdiam seketika. Merasa tidak ada respon dari Athalla, Aleta beranjak untuk meninggalkan Athalla.
"Tunggu!"
Aleta terhenti saat mendengar suara Athalla tanpa membalikkan badan.
"Gue mau jelasin," ucapan Athalla langsung mendapat senyum sinis dari gadis didepannya.
"Gak penting!"
"Dengerin gue." Athalla mencoba bersabar menghadapi sikap keras kepala Aleta.
"Gue gak mau dengerin apapun yang mau Lo omongin." Sebelum pergi Aleta merasa tangannya dicekal oleh Athalla mau tak mau membuat Aleta berbalik dan menatap mata yang sedang menatapnya tajam.
"Lepas!" Aleta mencoba melepaskan cekalan tangan Athalla yang semakin lama membuatnya sakit.
"Gue bilang lepas!" bentakan Aleta tanpa sengaja membangkitkan amarah Athalla yang sedang dia tahan
"Enggak." tanpa sengaja cengkraman tangan Athalla semakin kuat membuat Aleta meringis.
"Mau Lo apa sih? gue gak punya urusan sama Lo!" dengan menahan sakit dipergelangan tangannya Aleta tetap memberontak saat Athalla menariknya dengan paksa.
"Lepas!" bentakan Aleta dihiraukan oleh Athalla membuatnya menahan air mata yang sudah ia tahan dari tadi.
Brakk
Suara pintu gudang yang dibuka paksa oleh Athalla semakin membuat Aleta memberontak untuk melepaskan cengkraman tangan yang sudah membuat pergelangan tangannya memerah.
Athalla mendorong Aleta lalu mengunci pergerakan Aleta dengan tangannya. Meringis untuk yang kedua kalinya setelah Athalla mendorong kasar dirinya hingga menabrak tembok dibelakangnya.
"Akhh..." menutup mata untuk menahan sakit dipunggung dan tangannya, menahan air mata yang akan keluar.
Melihat Aleta yang menahan sakit membuat dirinya terkejut. Athalla melepaskan cengkraman tangannya membuat Aleta meringis perih. Melihat itu Athalla langsung melihat pergelangan tangan Aleta yang memerah akibat cengkraman tangan dirinya.
"Sorry, gue gak sengaja," ucap Athalla.
Tes
Air mata yang sedari tadi ditahannya meluncur dengan deras setelah mendengar ucapan Athalla. Menunduk menyembunyikan wajahnya dari tatapan Athalla yang membuat dirinya sesak. Usapan lembut di pipinya membuat Aleta mendongak menatap Athalla yang sedang menatap dirinya dalam.
"Maaf," ucapnya menyesal terlihat dari sorot mata yang tadi menatapnya tajam sekarang mata itu menatapnya penuh khawatir.
"Maaf," hanya kata itu yang Athalla ucapkan setelah mengecup pergelangan tangan Aleta yang terluka.
Aleta merasakan gelenyar aneh saat Athalla mengecup pergelangan tangannya. Dirinya bingung, entahlah.. diamnya sudah mewakili perasaannya.
"Tunggu disini, gue ambil obat ddulu. setelah mengatakan itu Athalla segera meninggalkan Aleta yang hanya diam menatap kepergian dirinya.
🍃🍃🍃
Aleta menatap pergelangan tangannya yang diperban, setelah selesai mengobati tangannya Aleta langsung pergi meninggalkan Athalla tanpa sepatah katapun. Meninggalkan Athalla yang menatap nanar dirinya."Aleta!"
Merasa hanya dirinya yang ada di lorong dan hanya dirinya yang bernama Aleta. Aleta menghentikan langkahnya dan dapat dilihat Dinda dan Irene yang sedang berlari kearahnya.
"Astaga Al!" Irene mengatur napasnya yang tersengal akibat berlari mengejar Aleta.
Aleta mengerutkan keningnya mencoba memahami apa yang terjadi.
"Lo ya, dicariin kemana aja Lo?" sembur Dinda marah, setelah kejadian di kantin Aleta tidak kembali ke kelas hingga pelajaran berakhir.
"Gudang," jawab Aleta cuek.
"Hah gudang? Lo ngapain kesana?" Dinda tidak habis pikir apa yang dilakukan Aleta di gudang hingga jam pulang sekolah.
Belum sempat Aleta menjawab teriakan Irene membuat dirinya berdecak kesal. Pasalnya jika cewek tersebut berteriak akan menggangu fungsi pendengarannya.
"ASTAGA AL TANGAN LO KENAPA??" tanya Irene heboh sambil memegang tangannya yang diperban.
"Woy! bisa gak sih Lo jangan teriak-teriak, bisa rusak gendang telinga gue." balas Dinda sambil mengusap telinganya yang berdengung.
"Hehe.. abisnya gue kaget liat tangan Aleta yang diperban," kekeh Irene tanpa beban
"Ya jangan teriak-teriak juga, Lo tau kan suara Lo tuh termasuk polusi," jelas Dinda
"Ih jahat banget Lo." melihat wajah Irene yang tertekuk membuat Aleta menggelengkan kepala melihat tingkah kedua sahabatnya yang selalu berdebat ketika bertemu.
"Gue balik," suara Aleta mengalihkan perhatian kedua orang yang masih saja berdebat.
"Eh Lo mau kemana?" teriakan Dinda tak membuat langkah Aleta terhenti. Membuat Dinda dan Irene berdecak kesal, lalu mengejar Aleta yang sudah keluar kelas setelah mengambil tasnya.
"Tangan Lo kenapa?" tanya Irene kembali, setelah menyamakan langkahnya dengan Aleta.
"Sakit."
Dinda berdecak kesal mendengar jawaban Aleta, "Gue juga tau tangan Lo sakit."
"Yaudah," balas Aleta lalu menaiki mobilnya dan melaju meninggalkan Dinda dan Irene yang masih menatap kepergian dirinya.
"Sabar, dia sahabat kita." ucapan Irene membuat Dinda menghela nafas panjan.
"Banyakin sabar mumpung stok sabar di toko masih banyak".
•••
Terima kasih sudah mengikuti kisah ini ❤️❤️
Jangan lupa tinggalkan jejak 👣
@cewek.hujan

KAMU SEDANG MEMBACA
ALETA (END)
Fiksyen Remaja[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] Menceritakan gadis cantik dengan segudang masalahnya yang membuat dia menjadi gadis dingin, jutek, dan tak peduli dengan sekitarnya. Tapi, bagaimana ketika seorang cowok tiba-tiba datang dan mengusik kehidupan seorang...