Bab 1

11.8K 884 154
                                    

"Dokter, ada pasien kecelakaan." ujar Perawat itu.

"Baiklah, ayo..." ujar Dokter muda itu.

     Dokter itu bernama Iman, dokter itu sangat ramah dan baik hati. Murah senyum dan senyumnya sangat memikat hati. Dokter Iman langsung masuk kedalam ruangan operasi, disana ia langsung menangani pasien itu. Setelah memakan waktu beberapa jam akhirnya oeprasi itu selesai. Iman keluar dari ruangan operasi, diluar ruangan sudah menunggu kedua orang tua anak yang kecelakaan itu. Iman menjelaskan kalau masa kritis anak itu sudah lewat dan akan segera di pindahkan keruangan perawatan. Iman kembali keruangannya, ia menulis laporan dan sebagainya. Ia merapikan meja dan melihat ponselnya berdering.

"Halo," seru Iman.

"Aku menunggu di restoran biasa, apakah kau bisa datang?" ujar suara dari sebrang sana.

"Baiklah, aku akan datang. Kebetulan tugasku sudah selesai," ujar Iman.

"Oke..." sahut orang itu.

    Iman sangat senang orang yang menelponnya itu mengajaknya bertemu di restoran favorite mereka. Ya pria itu adalah kekasihnya Iman, kemudian Iman berberes dan pergi menuju kerestoran itu. Nama pria itu adalah Glen, di restoran Glen menunggu Iman dengan sabarnya. Tidak lama kemudian Iman pun muncul.

"Maaf membuatmu lama menunggu," seru Iman.

"Tidak apa-apa, aku juga belum lama. Aku mengajakmu kesini, karena aku mau menyampaikan sesuatu padamu." ujar Glen.

"Katakan, apa itu?" ujar Iman.

Glen menghela napas lalu ia berbicara. "Aku ingin kita putus,"

Iman menundukkan kepalanya, lalu ia menghela napas dan tersenyum lemah. Ia berusaha kuat dan tegar, lalu Iman berbicara. "Apakah kau memiliki kekasih lain selain aku? Atau mungkin aku kurang menarik bagimu?"

Glen tertawa kecil seolah mencemooh Iman. "Ya aku punya kekasih lain selain dirimu, dan perlu kau tau dia bahkan jauh lebih baik darimu. Dia jauh lebih menarik darimu, dia tidak sesibuk dirimu dan jauh lebih banyak waktu yang ia luangkan untuk ku."

Iman menghela napas panjang, lalu ia berdiri dan melepaskan cincin dari jari manisnya. "Baiklah, jika itu maumu. Aku harap kau bahagia dengan kekasihmu yang baru."

    Iman meletakan cincin itu, lalu ia pergi meninggalkan Glen sendirian di tempat itu. Glen merasa heran kenapa Iman tidak sedih? Ia melihat Iman yang berjalan semakin jauh darinya lalu ia pun melihat kekasih barunya tiba dan menyapa Glen. Sementara Iman masuk kedalam mobil, lalu memukul stir mobil berkali-kali, hatinya sangat sakit, ia sedih, ia menangis. Ia menjalankan mobilnya, sambil meneteskan air matanya. Lalu mobilnya berhenti di sebuah jembatan yang menunjukan pemandangan laut yang luas. Iman berdiri di tepi jembatan dan berteriak sekeras kerasnya. Ia menangis, lalu ia melihat sosok manusia tengah memperhatikannya. Merasa ngeri dengan orang itu, Iman pun masuk kedalam mobilnya. Tapi saat ia akan menjalankan mobilnya, sosok itu muncul di depan mobilnya.

Iman pun keluar dari mobil, lalu berbicara. "Maaf anda siapa? Ada yang bisa di bantu?"

Pria tua itu diam saja, lalu Iman berbicara lagi. "Tuan, apakah anda terluka? Atau lapar? Ini saya ada roti, makanlah."

    Iman menyerahkan roti itu, lalu pria tua itu menerima dan memakan roti itu. Iman juga memberikan air mineral kepada pria itu. Lalu setelah selesai, pria itu memberikan sesuatu kepada Iman. Pria itu tidak bisa berbicara tapi terlihat dari gerakan di bibirnya ia mengucapkan terimakasih.

"Kenapa tuan memberikan ini pada saya?" ujar Iman.

    Orang itu diam saja, lalu ia pria tua itu pergi. Iman melihat-lihat benda itu, lalu saat ia akan memanggil pria tua itu, pria itu hilang begitu saja. Bulu kudug Iman meremang, lalu ia buru-buru masuk kedalam mobil dan melanjutkan perjalanannya pulang kerumahnya. Sesampainya di rumah ia melihat kembali benda yang di berikan oleh pria tua itu. Ia tidak tau benda apa itu, benda bulat kecil setelah di perhatikan benda itu seperti beku. Benar saja itu adalah es yang membungkus cincin Giok. Lalu Iman mencairkan es itu.

BL- Door Skylight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang