Bab 7

3.4K 397 39
                                    

Thank u banget buat temen-temen yang sudah Support, jangan lupa Vote dan Komennya ya...

Iman bangun dari tidurnya, lalu ia kekamar mandi dan mencuci wajahnya, rambutnya masih panjang  ia terbiasa dengan rambut panjang bergelombangnya. Kemudian ia pergi berbelanja kesupermarket. Wajahnya kini berubah jauh lebih tampan dan cantik, senyumnya manis sekali. Iman menggunakan masker untuk menutupi identitasnya. Di supermarket Iman berpapasan dengan Glen, Iman cuek dan ia sibuk berbelanja. Glen tahu betul aroma Vanilla Mint yang selalu menempel di tubuh Iman.

"Aroma wangi ini seperti aroma Iman," ujar Glen kepada Aditya.

"Bukannya dia udah mati? Jangan-jangan dia gentayangan lagi." ujar Aditya.

Glen dan Aditya hanya mengangkat bahu cuek, namun saat ia menoleh ke arah Iman yang berambut panjang, Iman sedang membuka maskernya dan sedang meminum minuman di tangannya. Saat itu juga mata mereka bertemu, jantung Glen ser seran dan darah Glen berdesir. Tapi Iman tidak menghiraukannya lalu ia sengaha berjalan dengan santainya melewati mereka. Glen yang sudah kegatelan ingin menghampiri namun ia tahan karena ada si pelakor itu. Glen dan Aditya melanjutkan belanja mereka, sementara Iman pergi dan kembali kerumahnya setelah selesai berbelanja. Iman masak, lalu ia makan, tapi saat ia mau menyuapkan makanan ia teringat kepada Hyujin.

"Hyujin sudah makan belum ya?" ujar Iman pada dirinya sendiri.

Iman meletakkan sendoknya lagi, entah kenapa ia tiba-tiba merindukan Hyujin. 'Kenapa aku tiba-tiba merindukannya? Hyujin... Apakah kau juga merindukanku?'

Iman membolak balik sendoknya, lalu ia menyuapkan makanan itu kemulutnya, 'tidak enak'. Iman pun meletakkan kembali piringnya dan meninggalkan begitu saja, lalu Iman pergi keluar dan berjalan bermaksud untuk ke pintu langit itu. Tapi baru setengah perjalanan ia bertemu dengan Glen.

"Iman, kau masih hidup?" ujar Glen.

"Kalau aku masih hidup kenapa emangnya?" ujar Iman.

"Ikut aku, aku merindukanmu." ujar Glen sambil memeluk Iman.

"Lepas, kau gila ya. Kau tu udah punya si Aditya itu, hellooooooo sadar diri pak. Jangan sampai ada drama KUMENANGIS disini ya, cukup aku aja yang kau sakiti." ujar Iman.

"Aku tidak akan melepasmu." ujar Glen.

Iman meronta-ronta agar terlepas dari cengkraman Glen. Lalu datang seorang Pria tampan. "Lepaskan dia,"

Iman menoleh, lalu pria itu menarik Iman dan menyembunyikan Iman di belakangnya. Glen yang tidak terima langsung berbicara. "Jangan ikut campur, siapa kau ha?"

"Tidak perlu tau siapa aku, pergi dari sini atau aku berteriak kau merampok kami," ujar pria itu.

Glen merasa kalah, lalu ia pergi meninggalkan Iman dan pria itu. Iman tahu betul pria itu siapa, lalu Pria itu berbicara. "Yang mulia, apakah anda baik-baik saja?"

"Bai Lu, kau datang kemari? Lalu bagaimana dengan paduka raja? Apakah dia baik-baik saja?" ujar Iman.

"Apakah anda mengkhawatirkan yang mulia raja? Jika beliau mendengarnya pasti sangat senang, mari ikut dengan saya yang mulia." ujar Bai Lu.

Iman mengangguk, lalu Bai Lu membawa Iman masuk kedalam mobil SUV mewah, Iman merasa heran. Ia ingin sekali menanyakan sesuatu tapi ia menahannya, Iman memandangi bayangannya lalu mendapati rambutnya yang sudah kembali kesemula. Lalu tidak lama kemudian mereka sampai disebuah rumah yang halamannya sangat luas sekali bahkan bisa mendaratkan Helikopter disana. Bai Lu turun lalu membuka kan pintu mobil untuk Iman, lalu Iman keluar dari mobil dan bertanya kepada Bai Lu.

BL- Door Skylight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang