Bab 4

4.5K 496 64
                                    

Typo bertebaran, maafkan author yak...

  Iman merasa frustasi, iman tidak tau ia harus bagaimana, kemudian seseorang masuk dan di lempar kembali masuk kedalam ruangan dimana Iman di sekap. Pria itu dalam keadaan terluka, kemudian Iman menghampiri pria yang terluka itu. Lalu salah satu wanita disana berbicara.

"Heh kau, apa yang ingin kau lakukan dengannya?" ujar Wanita bernama Lili.

Iman diam lalu ia melihat sekeliling dan mengambil tanaman atau rumput yang ada disana. "Bisa kau membantuku mengambil tanaman itu? Aku akan mengobati lukanya."

"Memangnya kau seorang tabib?" ujar laki-laki tampan yang bernama Kimjung.

"Jangan banyak tanya, kalau tidak dia akan mati." ujar Iman.

Kimjung dan Lili mengambil tanaman itu lalu memberikannya kepada Iman. Kemudian Iman melumat daun-daun itu dan menempelkan keluka si pria itu. Lalu Iman merobek baju bagian bawah pria itu sebagai perban. Lalu setelah selesai dan beberapa menit pria itu sadar dan sedikit baikan. Melihat itu Kim dan Lili merasa tercengang.

"Wah kau hebat sekali, di kota ini belum ada tabib sehebat dirimu." ujar Lili.

"Biasa saja, jika lukanya tidak di obati segera maka akan infeksi dan membusuk, dan tanganya akan di amputasi." ujar Iman.

"Amputasi? Apa itu?" ujar Kimjung.

"Di potong..." ujar Iman.

Mendengar itu, mereka semua bergidig ngeri. Iman kembali duduk merenung, ia mengambil ponselnya lalu ia melihat jam dan daerah yang tertera. Itu adalah kota Yi pada jaman dahulu kala, saat melihat itu Iman terkejut dan ia mulai melihat kearah jendela. 'Jadi ini kota Yi pada jaman dahulu? Tapi kenapa aku bisa sampai kesini?'

Iman menghela napas panjang di ponselnya menunjukan akan turun hujan namun di tempat dia sekarang panas terik. Iman kemudian berbicara. "Apakah disini sering hujan?"

"Sudah tiga tahun disini tidak turun hujan, semua sumber air kering. Kota ini seperti terkena kutukan," sahut Kimjung.

Iman hanya diam, lalu Iman baru teringat dan tersadar ia pernah membaca buku sejarah kerajaan Yi. Tepat tanggal lima belas November telah turun hujan setelah tiga tahun lamanya kemarau dan tidak turun hujan. Iman menghela napas lalu ia kemudian berbicara. "Pasti sangat sulit bagi kalian melewatinya."

"Ya banyak yang mati karena kekeringan," ujar Lili.

"Kalian tidak perlu khawatir akan turun hujan setelah tiga tahun lamanya, kalian akan menyaksikan hujan itu dan hujan tidak akan berhenti selama dua hari. Dan akan sering terjadi hujan disini nantinya, ikan dan tumbuhan akan segar kembali dan kota ini akan kembali subur." ujar Iman.

"Kau yakin?" ujar pria yang terluka itu.

Belum sempat Iman membuka mulutnya, suara gemuruh air terdengar. Kimjung dan Lili mengintip dan melihat dari Jendela, lalu mereka melihat hujan hang begitu lebatnya. Mereka semua senang, bahkan masyarakat pun menari-nari di tengah derasnya hujan. Iman tersenyum, dan ia juga merasa lapar. Tidak lama kemudian wanita jalang itu masuk dan memberi Iman pakaian baru.

"Kau anak manis, ganti pakaianmu cepat." ujar Wanita itu.

"Baju apaan ini? Aku tidak mau." ujar Iman.

"Kau...." ujar wanita jalang itu.

"Nyonya, raja ingin menebus budal yang terluka itu." ujar pengawal wanita laknat itu.

"Suruh dia masuk, dan jemput sendiri." ujar Wanita itu yang bernama Choi.

Raja itu masuk, lalu ia menebus pengawalnya yang terluka parah dan di culik oleh Choi. Lalu saat ia akan kembali, ia melihat Iman yang berbeda dari orang-orangnya. Lalu raja itu berbicara. "Siapa pria asing yang cantik di sudut sana?"

BL- Door Skylight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang