Bab 13

2.1K 253 33
                                    

Iman dan Yuza pergi ketaman lagi, disana Iman melatih Yuza perlahan menggunakan kekuatan yang Yuza miliki. Iman melatih Yuza dengan sabar, lalu dengan cepat Yuza mampu menguasai satu kekuatan.

"Cukup samai disini anakku, besok kita lan...." ujar Iman, belum sempat menyelesaikan kata-katanya sudah terdengar suara ledakan.

Jeduuuummmm

"Ibu Yuza takut..." ujar Yuza.

"Kemarilah..." ujar Iman sambil menggendong Yuza.

Iman berjalan menuju ke aula istana, tetapi saat menuju ke aula Bai Lu, Lili, dan Kimjung memanggil. "Yang mulia, kita di serang."

"Aku tau." Iman menghela napas, lalu berbicara. "Pergilah kedunia atas, bawa Yuza, rawatlah Yuza seperti anakmu sendiri. Sekolahkan dia, didiklah dia dengan benar. Yuza sedang tertidur, jika dia terbangun dan menanyakan aku. Bilang saja aku sedang bekerja. Berikan surat ini kepadanya tepat di usianya yang ketujuh belas tahun. Lili dan Kimjung pergilah bersama Bai Lu."

"Tapi yang mulia...." ujar mereka.

"Tidak ada tapi-tapian, pergilah. Pintu langit ada di kamarku dan raja, ketika kalian sudah keluar dari sini, kalian tidak akan bisa kembali kedunia ini, kecuali ada orang lain yang mampu membukanya. Pergiiii...." ujar Iman.

"Tapi yang mulia... Hamba tidak akan meninggalkan yang mulia...." ujar Bai Lu.

Sriiiiing...

Iman menghunuskan pedangnya kearah ketiga pengawalnya. Mereka berhenti, lalu Iman memaksa mereka bertiga pergi membawa Yuza. Iman mengikuti mereka lalu mereka masuk ke pintu langit. Saat semuanya telah pergi ke kedunia manusia biasa, Iman menghancurka mantra penghubung di semua pintu langit. Ada tiga pintu langit, satu bagian utara kota Hyujin, yang kedua bagian timur, dan yang ketiga di hutan bagian barat. Pintu itu akan terbuka kembali tapi butuh waktu yang sangat lama.
Iman kemudian pergi ke halaman dimana semua prajurit sudah berkumpul dan siap berperang.

"Wahai janda adikku, menyerah saja dan menikahlah denganku. Kau akan hidup bahagia denganku." ujar Dong Ha.

"Aku tidak akan pernah sudi menikah denganmu Dong Ha, lebih baik aku mati." ujar Iman.

"Ck... Heh aku tidak akan sudi kau mati, ayolah menikah denganku." ujar Dong Ha.

"Ciiiih, kau tidak berhak memilikiku. Karena aku hanya boleh di miliki oleh Hyujin." ujar Iman.

"Baiklah, aku akan membunuhmu kalau begitu. Pergilah kau keneraka menyusul Hyujin bajingan itu." ujar Dong Ha kesal.

Dong Ha menyerang Iman dengan segala macam kekuatannya. Iman hanya menghindar, terus menghindar. Karena Iman sadar kekuatannya terkuras habis saat sedang mengandung Yuza. Pheonix yang selama ini berada di tubuh Iman sudah Iman pindahkan ketubuh Yuza.  Iman menyerang dengan sisa kekuatan yang ada, kekuatan itupun mampu melukai seluruh anak buah Dong Ha. Iman di serang dari kejauahn, tubuhnya di lilit dengan rantai.

Iman terluka parah, lalu Dong Ha berbicara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iman terluka parah, lalu Dong Ha berbicara. "Ahhahaha, lihatlah. Ratu sombong terluka? Ciiiih ternyata kau lemah."

Iman memejamkan matanya, lalu matanya berubah menjadi kabut emas. Rantai yang melilitnya pun bertebaran dan terlepas dari tubuhnya. Ini adalah kekuatan terakhirnya, jika ia memaksakan menggunakan kekuatan itu, maka dirinya akan mati. 'Aku tidak perduli jika aku harus mati, aku harus melindungi istana dan seluruh rakyatku. Wahai sang pencipta dunia, aku mohon padamu. Berilah aku kekuatan untuk menjaga dan melindungi kerajaan ini.'

Cahaya kilat menyilaukan mata menyambar kemana-mana, angin berputar membentuk tornado di sekeliling Iman dan menyebar keberbagai penjuru. Angin melahap semua anak buah Dong Ha. Dong Ha merasa heran, lalu ia dan semua orang yang memusuhi kerajaan Hyujin lari tunggang langgang meninggalkan istana Hyujin. Iman memuntahkan seteguk darah. Karena salah satu dari penyihir membunuhnya dari belakang. Gemuruh dan semua kekacauan berhenti, lalu Dong Ha kembali melihat keadaan.

"Ahahahhaha, lihatlah Dong Ha. Aku berhasil membunuhnya. Dan kau harus menikahi ku." ujar Penyihir itu.

Dong Ha tersenyum sinis, lalu di belakang penyihir itu ada anak buah Dong Ha yang sudah menghunuskan pedang kepunggung penyihir itu. Penyihir itu mati, Iman juga sudah mati. Jasad Iman di bakar oleh Dong Ha. Lalu abunya ia letak di sebuah pot tembikar dan ia letakan di kamarnya. Dong Ha kini berhasil menguasai kerajaan Hyujin. Bahkan semua kekayaan kerajaan Hyujin. Ia duduk disinggah sana milik Hyujin, ia tertawa lepas. Meski ia sudah berhasil menguasai semua kerajaan di kota itu, ada satu hal yang kurang dalam hidupnya. Ia tidak memiliki sesiapapun yang menenamani hidupnya.

Hari berganti hari, Dong Ha memperluas kerajaan yang ia kuasai, ia menjadikan seluruh masyarakat kerajaan Hyujin seorang budak untuk membangun istana yang lebih besar, kota yang jauh lebih maju dan luas. Ia bahkan membangun sebuah patung dirinya di tengah-tengah kota. Istana dari seluruh kerajaan kini bersatu. Meski dengan nama yang berbeda-beda. Tetapi ada satu kerajaan dan seluruh sektenya yang tidak mau bersatu. Mereka lebih memilih terpisah di bagian selatan. Kerajaan yang penuh suka cita dan kebahagiaan itu hidup damai tanpa mencampuri urusan orang lain.

Kembali ke dunia atas, Bai Lu, Yuza, Lili, dan Kimjung sampai dirumah yang dulu pernah di beli sama Hyujin untuk masa depan mereka. Bai Lu berjalan lunglai, mereka bertiga menangis sejadi-jadinya. Bahkan anak buah yang ada di rumah itu berduka. Mereka menangis karena mereka tau pasti ratu mereka akan mati. Demi melindungi mereka ratu mereka menghadapi musuh mereka sendirian. Yuza bangun dari tidurnya,  lalu duduk termenung dan meneteskan air matanya.

"Aku mohon kalian jangan bersedih, aku tahu ibu mengirimku kemari karena ingin melindungiku. Paman, bibi... Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi...." ujar Yuza.

"Yang mulia...." ujar ketiga pengawal itu.

Yuza tersenyum lalu berbicara. "Jangan panggil aku yang mulia, mulai dari sekarang aku adalah keponakan kalian."

Melihat Yuza yang tegar mereka juga tidak bersedih lagi. Meski dalam hatinya sangat sedih tetapi Yuza menahan kesedihannya. Ia selalu teringat akan kata-kata ibunya.

"Kenapa kau sedih anakku?" Ujar Iman.

"Aku di ejek oleh teman-temanku tidak punya ayah." sahut Yuza.

"Kemarilah nak, dengarkan ibu baik-baik. Jangan pernah dengarkan apa kata orang lain. Siapapun mereka, jangan kamu hiraukan, mereka hanya iri kepadamu. Ingatlah satu hal Yuza, ibu akan selalu ada di sampingmu meski ibu sudah tak lagi hidup di dunia ini, ibu selalu mencintaimu, ibu akan selalu melindungimu. Tetaplah tersenyum meski dalam keadaan sulit sekalipun. Tetaplah bahagia, karena kebahagiaan itu kita sendiri yang ciptakan, ibu menyangimu nak." ujar Iman.

Yuza duduk di tepi kolam renang, ketiga pengawal selalu menjaga dan memperhatikan pangeran kecil mereka. Mereka takut Yuza akan tumbuh menjadi anak yang pendiam, murung dan sebagainya. Mengingat kematian ibunya yang saat ini tidak bisa ia terima. Dalam hati Yuza selalu ingin membalaskan dendam kematian kedua orang tuanya. Tapi apalah daya, dia hanya anak kecil polos dan tak berdosa yang tidak tau apa-apa.












Bersambung....

Yuza berhasil mencuri abu milik ibunya...











BL- Door Skylight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang