meliffluous.

174 32 14
                                    

Disisi lain, Junho masih setia duduk dibelakang pintu. Menatap kosong terhadap nampan berisi makanan yang tadi Minhee beri sebelum kembali mengunci dirinya.

Junho tidak ingin makan, Junho ingin pulang.

Senja mulai menyapa, Junho merenung. Apa Yunseong tidak pergi mencari Junho? Apa Yunseong sudah tidak sayang Junho?

Saking lamanya ia menunggu, pikiran negatif selalu masuk kedalam pikiran Junho.

'Tok.. tok!'

Junho menoleh kearah pintu dibelakangnya lalu berdiri. "Yunseong?"

"Ini Minhee, calonmu satu-satunya."

Senyum Junho luntur. Yunseong dimana?

Pintu terbuka, menampilkan Minhee dengan senyuman yang bertengger di wajahnya. "Malam, Ma Chére."

"Apa kau sudah-- astaga, kenapa kau tidak menyentuh sedikitpun makananpun? Nanti kau sakit," guratan khawatir tampak di raut Minhee.

Minhee mengambil nampan makanan tersebut lalu meraih sesendok makanan yang ada disitu. Disodorkannya lembut, "Ayo buka mulutmu,"

Junho menolak. Ia mundur, enggan membuka mulut.

"Ayo, buka mulutmu. Kau harus makan atau kau akan sakit."

Junho menggeleng.

"Junho,"

Junho masih tetap diam.

"Mon Chére?"

Tetap tidak ada jawaban. Membuat Minhee jengkel.

Dihempasnya nampan makanan kasar lalu merengsek maju kearah Junho. Junho terkejut lalu melangkah mundur.

Bahu Junho diremat oleh Minhee keras. Membuat Junho mengaduh.

"Minhee! Khh-!" Ucap Junho gelagapan sekaligus takut.

Minhee kemudian tersadar lalu melepaskan eratannya terhadap bahu Junho. Junho langsung terduduk lemas saking takut dan gemetarnya.

Minhee memang menyeramkan.

"Maaf, Ma Chére, a-aku tidak sadar..," ucap Minhee lalu merengkuh Junho pelan dan penuh kelembutan.

Junho tidak berontak, tenaganya lemas. Berhadapan dengan Minhee membuatnya tak bisa berkutik sama sekali pada akhirnya.

"Maaf mengganggu, Tuan Muda." Sebuah suara menginterupsi. Minhee menoleh. "Ada apa?"

"Ada tiga orang ingin bertamu, dari setelan mereka, sepertinya teman bisnis." Pelayan Kim menjawab, Minhee beranjak berdiri.

"Suruh mereka duduk di ruang tamu, aku akan menemuinya." Pelayan Kim mengangguk patuh lalu keluar.

Minhee menoleh kearah Junho, "sampai jumpa besok, Chére."

"Minhee, tunggu!"

Lalu Minhee menoleh. "Ada apa?"

"Biarkan aku keluar dari kamar ini,"

Minhee mendelik. Ia berbalik, menatap Junho tajam. "Maaf, Chére. Aku tidak punya jaminan kau akan kembali ke kamar ini."

"Aku janji, aku akan makan jika kau mengizinkanku keluar kamar!" Junho bersikeras meyakinkan Minhee.

Minhee tampak berpikir, "lalu?"

"M-mungkin aku bisa berjalan-jalan sebentar disekitar taman,"

Minhee terkekeh, "nice try, Chére. The answer is no."

"Bersama Bibi Park! Bagaimana?" Ujar Junho keukeuh.

"Tidak ya tidak, Chére." Ucap Minhee. "Tapi aku akan mengizinkanmu untuk makan diluar kamar, bukan diluar rumah. Mengerti?"

Junho berbinar, ia mengangguk.

"Bibi Park akan mengawasimu, Chére. Kembalilah ke kamar setelah makan dengannya,"





































































"Selamat senja, Junho." Sapa Bibi Park begitu Junho sampai di ruang makan. Junho tersenyum canggung, ia baru mengenal Bibi Park dua jam yang lalu.

Ketika Bibi Park memberi Junho sebuah minuman ketika dikurung.

First impression, Bibi Park orang yang ramah untuk Junho. Orangnya murah senyum dan lisannya sopan serta lembut.

Junho mendudukkan dirinya di kursi. "Eum, aku--"

"Junho belum makan, ya? Bibi siapkan mau?" Potong Bibi Park.

Senyuman hangatnya membuat hati Junho nyaman. Junho mengangguk kaku.

Bibi Park dengan cekatan mengambil lauk pauk dan menyodorkannya dihadapan Junho. Junho berterima kasih dan hanya memandangi makanan didepannya.

Makan bukanlah salah satu dari rencananya, tapi Bibi Park tersenyum sembari menatap Junho dari dapur.

Menyeramkan, Minhee memang tidak main-main.

"BRUGH!"

Junho terlonjak kaget mendengar sebuah pukulan. Ia lantas refleks berdiri dan segera menuju sumber suara untuk mengetahui apa yang terjadi.

Yunseong, Yunseongnya, sedang beradu tinju mentah dengan Minhee. Rasanya? Sangat bahagia.

"Yun-!"

Belum Yunseong menyadari keberadaan Junho, sebuah tangan membekap mulut Junho dari belakang.

Tenaganya cukup kuat, Junho berontak, tapi karena ia belum makan dan hanya minum sedikit, energinya seperti hilang.

Junho dipaksa mengikuti arahan orang yang menyekapnya, ia berakhir didepan kamar yang merupakan penjara bagi Junho.

Tangan itu lepas dari mulut Junho lalu Junho didorong hingga tersungkur masuk kedalam kamar.

Junho mengabaikan telapak tangannya yang sakit karena menjadi tumpuan awal untuk menahan pendaratan dan berbalik, disana, Bibi Park dengan raut datar di wajahnya.

Berdiri, lalu meraih gagang pintu.

"Kang Minhee tuanku, apa yang dikatakan tuanku adalah perintahku. Mohon maaf Cha Junho," ucap Bibi Park dingin lalu menutup dan mengunci pintu kamar.

Lagi-lagi.

Junho frustasi.






(A/n) :

Ah pegel. Mari berhenti sejenak.

about you [yunseong junho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang