-Tamat-

387 18 2
                                        

"Kak, disa... "

"Kenapa hm?,"

"Ga jadi hehe, ka Venus cepet sembuh yaa!! Abis itu jangan lupa dateng ke makam disa"

"Hah? Maksud lo apaan?,"

Disa hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Venus pada dirinya, "disa sayang ka Venus, get will soon and good bye"

Perlahan tubuh disa yang di balut dres biru muda menghilang sedikit demi sedikit, hal itu mampu membuat Venus terkejut dan turun dari ranjangnya untuk menggapai tubuh disa yang mulai lenyap di depan matanya.

"Disa!!"

"Kak!! Bangun kak! Ka Venus kenapa si?!,"

"Nus sadar nus, lu kesurupan? Saha ieu saha ieu!"

"Sadar woy disa ga ada di sini, disa udah meninggal seminggu yang lalu!"

Perlahan Venus membuka matanya, iqbaal yang baru saja mengucap kata 'disa udah meninggal' mendapatkan cubitan kecil dari friska

"Hah? Apa lo bilang?,"

"D-disa pergi dia udah ga ada di sini" Jawab Farel

"Gausah bercanda, jangan ngeprank"

"Kak, disa udah meninggal, disa nitip surat ini seminggu yang lalu ke ara, nih baca sendiri" Ara merogoh tas sekolahnya dan memberikan sepucuk surat putih ke Venus

"Kita tunggu di luar ya," Syarren mengajak friska, iqbaal, dan Farel keluar dari ruangan itu, Sedangkan ara masih setia menemani sang pacar.

Eaa pacar

Venus mulai membuka surat itu dengan perlahan

"Haiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii,
Kak Venus udah nikah sama ka ara belum? Kalo udah slamat ya!, kalo belum.... Kan disa bilang buka suratnya pas udah nikah, Huft! Tapi gapapa deh. pasti kak Venus buka surat ini waktu disa udah ga bernyawa lagi, maaf yaa disa duluan ketemu Tuhan hehehehe. Kak, hati disa sekarang milik kak Venus, di jaga ya! Maaf hati disa mudah rapuh hehehehe. Maaf karna Disa sayang banget sama kak Venus, lebih dari sekedar kakak dan adik. Langgeng ya sama kak ara, disa turut bahagia kalau kalian beneran langgeng sampe merried, jaga kesehatan ya kak! Jangan ngecewain kak ara! Bahagia selalu ya! Babaii"

Air mata milik pria itu jatuh seketika, ia masih tidak percaya dengan kepergian gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya. 
Ini adalah pertama kali ara melihat Venus menangis di hadapannya, terlihat betapa sayangnya Venus terhadap disa hingga pria itu terlihat sangan terpukul ketika membaca surat tersebut.

Ara memeluk Venus dengan erat, menenangkan, dan memberi sedikit waktu untuk kekasihnya mengeluarkan semua airmatanya.

"Kapan kapan kita ke makam disa ok?
I know you strong," Ara mengusap rambut venus dengan lembut



Semua akan berlalu, ga ada yang abadi di dunia ini. Yang datang akan pergi, yang bersama juga pada akhirnya akan berpisah. Dan ketika itu terjadi, siap ga siap kita harus menerimanya dengan lapang dada.
Bolehkah aku membenci 'kepergian'?
Sebab setelah adanya kepergian, selalu ada rindu yang sulit ditenangkan.
Asal kalian tau, Aku suka makan coklat diam diam, andai coklat adalah sebuah kerinduan, mungkin kini aku sudah terkena obesitas.

🍄

1 bulan kemudian.

Ara, Ari, Venus, Iqbaal, Farel, syarren, dan Friska datang ke makam disa.

Usai menabur bunga dan membacakan doa, mereka pulang ke rumah masing masing kecuali ara, ari, dan venus. Ketiga manusia itu memilih untuk berada di sana lebih lama lagi.

"Mendung nih, kita ga pulang?" Tanya ara kepada dua pria yang masih menatap batu nisan di hadapannya dengan tatapan kosong.

"Yaudah ara pulang sendiri,"
Belum sempat ara berdiri tapi tangannya sudah di genggam oleh pria di sampingnya

"Bareng gua,"

Ara mengangguk dan menatap pria itu yang merupakan pacarnya sekarang.

"Bang, ara balik duluan ya sama ka Venus, bang ari masih mau di sini? Ga pulang juga?"

Ari menggeleng,"nanti abang pulang, duluan aja, hati hati di jalan" Ucap ari dengan senyumnya.

Ara dan Venus mengangguk sebelum pergi meninggalkan ari sendirian di samping makam disa dengan cuaca yang mendung

"Gua beruntung pernah buat lo senyum, sampai akhirnya dia datang dan bikin lo senyum. Dan lo lupa ada gua di sini, gapapa, gua ngerti. Gua yang sebaiknya Mundur, bukan dia.
Terimakasih karna udah jadi salah satu hal terbaik yang gua punya, gua merasa bahagia akan hal itu."
Ari mengusap batu nisan bertuliskan nama 'Disa Merkuriuna', pria itu tersenyum dan bangkit untuk segera pergi meninggalkan tempat itu.

🍄

"Ra, mau makan tteokbokki?? Dulu gua sama disa pernah ke sana, view nya bagus"

"Okai,"

Di tengah gerimisnya cuaca, motor Venus melaju dengan kecepatan sedang. Angin sore menemani mereka berdua kala itu.

Rasa kehilangan masih Menyelimuti orang orang terdekat disa, di tinggal dengan cara tiba tiba bukanlah hal yang mudah untuk dilewati.

Beberapa menit berlalu kini ara dan Venus sudah sampai di tempat tujuan, mereka langsung mencari tempat duduk yang pas agar lebih dapat menikmati viewnya.

"Kak," Ara menyenderkan kepalanya di bahu kiri Venus

"Hm?"

"Aminin ya!!! Semoga kita bisa terus kaya gini, ara ga mau kak Venus pergi ninggalin ara!"

"Kok ngomong gitu? Venus ga bakal ninggalin ara kok,"

"Janjii ya! Kita bakal sama sama terus sampe Meried,"

"InsyaAllah, emang ara mau hidup bareng sama venus??"

"Maauuuuuuuuu!!! kalau kita punya anak nanti kita namain Disa Venara hehehehehe,"

"Belajar dulu yang bener, ara tuh masih kelas 11 udah mikir ke sana aja"

"Gapapa itu namanya prepare,"

"Hahahahaha ada ada aja,"

Venus merangkul pundak ara yang masih setia menaruh kepalanya di pundak Venus. mereka tersenyum memandang senja kala itu, ah.. Senja..
Selalu indah walau hanya sesaat, datang lalu pergi bersama tamatnya kisah ini.

--------------------------------------------------

ga kerasa, rasanya baru kemarin mikir judul dan cover yang tepat buat karyaku kali ini, ternyata udah ending aja.
Makasih buat yang udah baca dari eps 1 sampai tamat, i love you so much. See u!! Jangan lupa vote ya!! Dan tunggu karya tipeti Berikutnya~

-Thankyou-

VENUS & ARA [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang