10. Memastikan

3.6K 611 91
                                    

Irene POV

Irene sedari tadi terus saja mengetukkan tangannya ke meja sembari melihat ponselnya ragu. Sekarang ia sedang berada di kantor, sebenarnya ia tidak ingin masuk kerja hari ini tapi apa boleh buat. Karena sibuk mengurusi seulgi, akibatnya perkerjaannya jadi menumpuk.

Sebenarnya irene bisa saja membiarkan seulgi mengurus dirinya sendiri di rumah sakit. Tapi tidak, irene tidak bisa membiarkan seulgi melakukan semuanya sendiri setelah apa yang seulgi alami. Irene berusaha sebisa mungkin untuk tidak peduli dengan seulgi tapi lagi-lagi ia gagal dan irene terus bertanya ada apa dengan dirinya.

Irene lagi-lagi menatap ponselnya berharap orang yang ia tunggu mengabarinya tapi hasilnya nihil. Sudah 1 jam ia menunggu tetapi belum juga ada pesan masuk ke ponselnya.

Yap, orang yang ia tunggu adalah seulgi. Irene juga tidak tahu dengan dirinya sendiri kenapa dia terus saja mengkhawatirkan seulgi padahal seulgi baik-baik saja.

"Aku kenapa sih? Nggak mungkin kan aku suka sama dia?" gumam irene sembari memukul kepalanya sendiri

Sementara sibuk dengan pikirannya tiba-tiba saja tangannya tergerak mengambil ponsel dan mengirimkan chat kepada lisa.

Lilis Badriah

Lis

Apa? Tumben lu chat gue

Minta nomor seulgi, anak murid lo di kelas 12 A

Ha? Lo kenal sama dia?

Jangan bacot, cepetan

+62892---

Makasih

Buat apa ren?

Irene tak membalas pertanyaan lisa. Sekarang yang ia pikirkan hanyalah seulgi. 5 menit ia sibuk beradu dengan pikirannya apa yang harus ia lakukan. Ia tidak ingin memberikan ruang untuk seulgi, tapi dia juga tidak mau membebaskan seulgi.

"Ya Tuhan ini membuatku gila" kesal irene

Sedetik kemudian ia mengambil ponselnya dan segera menghubungi seulgi. Persetanan dengan apa yang akan seulgi pikirkan, ia hanya khawatir dengan seulgi dan ia tidak mau kalut lagi dengan pemikirannya. Pekerjaan yang menumpuk saja sudah membuatnya frustasi.

'Hallo? Ini siapa?'

'Menurut kamu?'

'Irene? Kamu punya nomor aku?'

'Harus banget ditanya?'

'Em.. nggak sih'

'Lagi apa? Jangan bilang kamu belum makan?'

'Udah, aku lagi ngerjain tugas sekolah yang belum selesai'

'Oh. Aku tutup ya'

'Kenapa sih ren? Tiba-tiba aja'

'Gapapa. Aku pulang malam, asisten aku nanti bawain makanan ke apart. Jangan lupa dihabisin'

'Makasih. Semangat kerjanya'

Sambungan terputus dan irene masih menatap ponselnya. Jika seulgi mengira bahwa irene sangat cuek kepadanya, SEULGI SALAH BESAR. Irene tersenyum melihat ponselnya, sekali lagi aku tegaskan. Irene tersenyum.

Your Eyes Tell | [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang