Seulgi duduk di pinggir kolam sembari sesekali menepakkan kakinya ke air, sementara itu di sampingnya ada wendy yang tengah membaca buku favoritnya. Kemarin adalah hari perpisahannya dan irene sama sekali tidak datang menemuinya.
Jangankan menemuinya, membalas pesannya saja tidak. Menyerah? Tidak, seulgi tidak menyerah untuk memperjuangkan irene. Ia hanya ingin berdamai sebentar dengan hatinya, mencoba menenangkan diri sendiri agar tidak melakukan hal yang bodoh lagi.
Wendy mengambil rokok di kantongnya dan melemparkan kepada seulgi "Tuh rokok, jangan diem mulu"
Seulgi menggeleng pelan "Gue nggak ngerokok lagi"
Wendy menatap seulgi tak percaya, selama yang ia tahu seulgi tidak bisa lepas dari rokok meskipun ia dulu pernah mencobanya.
"Lo serius?"
"Lo pikir gue bercanda? Irene gak suka gue ngerokok"
"Wtf, lo masih mau perjuangin dia? Dia bahkan gak ngehubungin lo lagi"
Seulgi menatap wendy dan meminum air mineralnya "Lo pikir gue perjuangin dia karena kepaksa? Nggak bego, dia dunia gue. Gue nggak bisa pergi gini aja"
"Hari ini terakhir kalinya lo disini gi, lo yakin dia bakal nyamperin lo?" tanya wendy ragu
"Seengaknya gue udah nunggu, rasanya nggak adil aja gitu kalo gue nggak berusaha dulu. Mau dia nemuin gue atau nggak, gue bakal hargain keputusan dia. Gue nggak bisa maksa wen, gue juga tau hubungan kayak gini nggak bakal bertahan lama tapi bodohnya gue harap itu nggak terjadi ke gue. Gue masih berharap hidup selamanya sama dia"
Wendy tersenyum dan menepuk bahu seulgi pelan "Bangga gue melihara lo, akhirnya lo bisa mikir dewasa kayak gini"
"Sialan, lo pikir gue animal"
Wendy dan seulgi tertawa sembari menikmati matahari yang tenggelam. Wendy akan melanjutkan kuliahnya di kanada dan seulgi di AS. Berkat doa dan usaha akhirnya mereka diterima di universitas impian mereka.
Hari ini adalah hari terakhir mereka bertemu karena besok seulgi sudah harus pergi meninggalkan kota ini bersama dengan ibunya. Jujur saja seulgi ingin menangis ketika melihat wendy tertawa, ia pasti akan merindukan wendy di sana.
Tidak mudah bagi seulgi untuk memilih keputusan ini, tetapi ia tidak bisa bertindak semaunya lagi. Dia sudah dewasa dan dia harus memikirkan masa depannya. Meskipun akhirnya ia terus memikirkan irene, ia tetap tidak bisa melakukan apapun.
"Wen" panggil seulgi
"Hmm"
"Dulu dia suka marah kalo gue bergadang, sekarang dia marahnya ke siapa ya?" tanya seulgi yang membuat wendy terdiam
Wendy menatap mata seulgi yang menatapnya sendu "Nangis aja, nggak usah ditahan"
Seulgi tersenyum dan menggeleng pelan "Gue nggak nangis, gue nanya"
"Gi, percaya sama gue. Nggak ada yang bisa gantiin lo di hati dia, gue yakin dia punya alasan nggak ngehubungin lo kayak gini"
"Tapi apa? Apa alasannya? Terakhir kali kita baik-baik aja, dia bahkan ngajakin gue liburan kalo gue dapet nilai tinggi! Tapi dia bohong, dia bahkan nggak datang waktu kita perpisahan" kesal seulgi
"Dia butuh waktu gi, kata lo ini baru buat dia? Dia mungkin udah mulai ngerti, tapi nggak sama sekelilingnya. Papanya? Mamanya? Irene udah umur 30 gi, gue yakin itu nggak mudah buat dia. Batalin pernikahan? Jujur itu langkah yang besar gi yang bahkan gue nggak yakin gue sendiri bisa ngelakuin itu"
Seulgi terdiam mendengar ucapan wendy, apa yang dikatakan wendy semuanya benar. Jika ia diposisi irene mungkin ia tidak bisa melakukan hal yang sama seperti apa yang irene lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Eyes Tell | [END]
FanfictionTentang wanita tegar yang berkali-kali patah. [gxg] [SEULRENE] END✔️