18. Labil

3.1K 491 99
                                    

Wendy sedari tadi memperhatikan seulgi yang terus saja melamun selama pembelajaran. Wendy tahu semuanya berawal dari dirinya yang menghasut seulgi untuk datang ke ulang tahun jisoo. Tapi wendy tidak mengira masalahnya akan membesar seperti ini.

Melihat seulgi seperti itu, ia segera mendekatinya dan memberikan seulgi air mineral.

"Gi"

"Hmm"

"Lo nggak mau ketemu sama irene? Udah hampir 5 hari gi"

"Gue nggak salah wen, dia aja yang overprotective ke gue"

"Sekarang ganti posisi lo jadi irene deh gi. Cemburu nggak lo waktu liat irene sama cowok lain?" tanya wendy

"Kalo dia sama temennya sih gapapa" jawab seulgi

"Gandengan tangan gi. Lo yakin?"

Seulgi terdiam, mencoba untuk mencerna ucapan wendy. Ia menghela nafasnya dan meminum air mineral yang diberikan wendy.

"Gue nggak salah kan wen? Sebelum gue ketemu irene, gue udah temenan sama jisoo. Dia nggak bisa seenak itu mau misahin gue sama jisoo. Lagian juga kita cuma temenan"

"Lo salah gi. Iya lo nggak punya perasaan ke dia, tapi jisoo? Dia nggak sama kayak lo. Dia suka sama lo gi, bisa nggak lo nggak bego sehari aja?"kesal wendy

Seulgi menoleh ke arah wendy dan menggelengkan kepalanya "Nggak mungkin wen dia suka sama gue"

"Lo yakin bangsat?!"umpat wendy yang membuat seulgi terkejut

"Lo kenapa sih wen? Lagian juga yang ngejalanin hubungan bukan lo, nggak usah sok ngatur gue" jawab seulgi kesal

"Ok. Jangan sampai lo nangis depan gue, nggak sudi gue tanggepin lo. Oh ya, tolong jangan libatin sifat labil lo ke dalam hubungan lo sama irene gi. Dia cewe baik-baik, kalo lo merasa ga pantes buat dia mendingan lo tinggalin dia" wendy pergi meninggalkan seulgi yang masih terdiam mendengar ucapan wendy

....

Irene membanting ponselnya kesal, ia menatap cermin yang memperlihatkan dirinya yang sangat berantakan. Irene tidak mengira seulgi bahkan tidak meminta maaf setelah kejadian itu, ia tidak tahu apa yang ada di pikiran seulgi sekarang.

Dia ingin mengumpat di depan seulgi, tetapi sayangnya seulgi bahkan tidak menemuinya untuk sekedar menyapa apa lagi meminta maaf. Setelah kejadian malam itu irene terus-terusan menangis karena mengingat seulgi yang menggandeng lengan jisoo erat.

Sebenarnya tidak masalah jika seulgi datang ke pesta ulang tahun jisoo, tapi yang membuat dirinya sakit adalah ketika ia melihat seulgi bahkan tidak melepas lengannya dari jisoo ketika ia ada di hadapan mereka.

Tak lama kemudian suara bel terdengar di dalam rumahnya, ia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 10 malam dan ia heran siapa yang datang malam-malam seperti ini. Irene lekas berlari dan membuka pintu rumahnya yang memperlihatkan seulgi dengan penampilannya yang urakan.

Irene terdiam dan menyuruh seulgi untuk segera masuk, bau asap rokok bisa ia cium ketika seulgi melewati dirinya. Irene kira seulgi menepati janjinya untuk tidak merokok lagi tapi lagi-lagi ia berekspektasi terlalu tinggi.

Irene duduk di hadapan seulgi yang tengah menatapnya. Jujur saja irene sangat merindukan kekasihnya, tetapi ketika melihat seulgi ia kembali teringat dengan jisoo. Irene menghela nafasnya dan membuka suara.

"Mau apa lagi? Belum puas nyakitin aku?" tanya irene

"Aku minta maaf"

"Aku udah gak bisa hitung berapa banyak kamu minta maaf ke aku dan sayangnya hasilnya tetap sama. Kamu ngulang lagi dan kamu minta maaf lagi, kalo kamu main-main sama aku mendingan pergi sekarang" ucap irene yang membuat seulgi menoleh

"Aku nggak main-main ren sama kamu"

Irene menghela nafasnya "Aku capek gi, kamu pulang aja"

"Ren aku kesini mau jelasin" ucap seulgi menatap irene lekat

"Apa yang mau kamu jelasin? Kamu kalo emang suka ke jisoo bilang aja, aku nggak keberatan. Aku udah nggak peduli lagi"

"Kamu udah nggak suka aku lagi ren?"

"Aku gak tau lagi mau jelasin ke kamu kayak gimana. Percuma gi kita pacaran kalo kamu aja sering bohong ke aku, apa susahnya sih gi bilang ke aku?!" kesal irene

"Kamu pasti marah ren"

"Iya aku marah, tapi seengaknya aku tau kamu nggak bohong ke aku. Jujur aku benci liat kamu gandengan tangan sama jisoo dan bahkan kamu tangkis tangan aku. Pacar kamu jisoo ya gi?" tanya irene yang hampir saja menangis, ia lekas menahannya agar tidak kelihatan lemah di hadapan seulgi

"Aku cuma nggak mau kalo masalahnya makin besar ren, disana banyak temen-temen aku"

"Tapi kamu nggak harus gandengan tangan sama dia gi atau emang dia yang kegatelan?"

Seulgi menatap irene heran "Ren kok kamu kayak gini sih?"

"Kamu bela dia lagi? Belum cukup bikin aku sakit hati? Bilang gi ke aku!" Bentak irene

"Ren dia cuma temen aku, kamu kenapa sih?"

"Dia suka gi sama kamu, kamu buta? Sengaja gini biar bisa deketan sama jisoo? Iya?"

"Apaan sih ren, aku kesini buat minta maaf bukan mau berantem"

Irene menatap seulgi lekat "Aku cuma mau tau apa alasan kamu gandeng dia waktu itu. Aku bisa liat kok dia punya kaki dan dia bahkan bisa jalan gi"

"E-em waktu itu hak sepatu dia tinggi banget jadi dia minta tolong"

Irene tertawa sembari melihat wajah seulgi yang pucat "Cocok. Kamu tukang bohong, dia murahan. Tunggu apa lagi?"

"Ren jangan pancing emosi aku" kesal seulgi

Irene melihat tangan seulgi yang mengepal "Kenapa? Mau nampar aku? Tampar aja gi biar kamu puas"

"Ren aku mohon, aku cuma sayang ke kamu. Tolong jangan berlebihan, aku bahkan nggak pernah ngelarang kamu main sama temen cowo kamu"

"Aku nggak pernah main sama temen cowo karena aku jaga perasaan kamu gi, tapi kamu malah seenaknya. Hahaha lucu banget ya?"

"Aku minta maaf ren, aku nggak bakal ngulangin lagi"

Irene mengangguk dan pergi ke dapur untuk mengambil air mineral, beradu argumen dengan seulgi sangat membuatnya kelelahan. Ia kemudian menghampiri seulgi dan menatapnya.

"Kalo kamu nggak yakin mendingan pergi. Aku nggak punya waktu buat main-main sama kamu. Dari awal aku nerima kamu karena aku yakin kamu bisa jagain aku, tapi nyatanya nggak. Hubungan kita selucu ini ya gi buat kamu?"





















































































Ini si jisoo ga mau jambak-jambakan sama irene apa?

Yellow u:*




Your Eyes Tell | [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang