8. One step ahead

3.5K 558 51
                                    

Wendy berlari menuju ruangan seulgi dan membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

"LO TUH NGAPAIN LAGI SIH ANJING" Ucap wendy berteriak dan terkejut ketika melihat irene berada di hadapannya.

Wendy menutup mulutnya dan tersenyum malu "Maaf bu, mulut saya ngomong sendiri tadi"

Irene tersenyum dan beranjak dari kursi, ia mengambil tas dan ponselnya di atas meja.

"Aku pulang dulu" pamit irene kepada seulgi yang langsung ditanggapi dengan anggukan canggung

Irene keluar dari ruangan, sementara wendy menatap seulgi tak percaya.

"Bentar, gue gak salah denger? Aak-ku? Bu irene ngomong sama lu pake aku-kamu?"

Seulgi lantas melempar botol aqua kepada wendy "Lu bisa nggak sehari aja nggak malu-maluin?"

"Gue nanya beneran ini gi" kesal wendy

"Dia bukan guru kita lagi wen, emang salah manggil aku-kamu?"

"Bodo ah" ucap wendy sembari melemparkan pringles dan rokok kepada seulgi

"Love you seungwan"

Wendy menatap tajam seulgi "NAJIS"

Seulgi tertawa melihat sahabatnya tersebut. Ia kemudian membuka pringles dan memakannya. Sementara wendy masih tidak tahu apa yang terjadi dengan seulgi.

"Jangan bilang papa lo nyamperin mama lo kerumah lagi?"

Seulgi mengangguk "Iya, tumben lo pinter"

Mata wendy terbuka lebar "Dia udah keluar dari penjara?"

"Lo tau nggak gunanya uang? Ya buat keluar dari penjara lah"

Wendy menatap seulgi tidak percaya "Besok kita temuin papa lo, gue siap bantuin lo buat bunuh dia. Gapapa deh gue masuk penjara"

"Inget Tuhan wen, berdosa banget lo"

"Gi gue lagi nggak mau bercanda ya"

Seulgi menghembuskan nafas beratnya menghadapi sahabatnya yang terlalu banyak berbicara.

"Gapapa wen, mama nggak luka parah. Dia udah ditanganin sama dokter, kayaknya mama harus ke psikiater lagi deh"

"Terus lo kali ini dipukul sama apa?" tanya wendy

"Tongkat bisbol" jawab seulgi santai

Lagi-lagi wendy melebarkan matanya, tidak menyangka papa seulgi akan sampai sejauh ini.

"Gue laporin sama papa gue aja ya gi? Ini udah nggak bisa dianggap sepele lagi. Luka di bahu lo aja belum sembuh kan? Plis gi, jangan bego sekali aja bisa nggak?"

Seulgi menggeleng pelan "Mau gimanapun dia masih papa gue wen...."

"Terus mau sampai kapan gi? Udah 3 tahun lo gini mulu. Mau sampai lo mati dulu baru mau ngelaporin papa lo?" kesal wendy

Seulgi berhenti memakan pringlesnya dan menatap wendy heran.

"Lo kok kayak gini sih wen? Lo nggak ngerasain wen, lo nggak tau. Gue mau bunuh dia tapi bodohnya mama gue masih sayang sama papa. GUE HARUS APA WEN? BILANG KE GUE, GUE HARUS APA?!" Bentak seulgi

Wendy terdiam. Menyesali perkataan yang ia lontarkan. Ia duduk di sofa dan menutup matanya.

"Gue minta maaf gi, gue cuman ga mau lo gini terus" ucap wendy jujur

"Gue tau, udah ah gue gak mau bahas ini lagi. Maaf gue bentak lo"

"It's okay"

Mereka kembali diam, wendy sibuk dengan pikirannya dan seulgi sibuk memakan pringlesnya.

Your Eyes Tell | [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang